JAKARTA. Bisnis kuliner olahan bebek sempat menarik perhatian sejumlah pengusaha. Rasanya yang gurih dengan tekstur daging yang khas, membuat sajian ini mengundang banyak penikmat. Banyak pengusaha kuliner mengendus peluang ini, dan mengemas kemitraannya.
Namun saat ini usaha kemitraan bebek kurang gurih. Beberapa usaha kuliner bebek yang sempat diulas KONTAN, tak menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, masih ada yang bertahan dengan kiat-kiat khusus. Berikut ulasannya:
Warung Bebek Pak Joss
Usaha racikan Sigit Hendrawan ini mengalami perkembangan meskipun tidak agresif. Saat KONTAN pernah mengulasnya pada tahun 2013, jumlah gerai Warung Bebek Pak Joss ada enam. Rinciannya, empat gerai milik mitra, sisanya adalah gerai pribadi. Lokasinya tersebar di Surabaya, Bandung, Palembang, Depok dan Mataram.
Untuk menunya sendiri, ada 17 varian dengan patokan harga mulai dari Rp 16.500 sampai Rp 22.000 per porsi. Sedangkan untuk investasi kemitraannya hanya sebesar Rp 200 juta.
Empat tahun berselang, gerai yang beroperasi bertambah dua. Yakni, gerai pribadi dan gerai mitra. Lokasinya masih di Surabaya. Sigit mengaku tidak banyak menerima mitra baru karena fokus untuk pembenahan manajemen dan mengembangkan usaha yang sudah berjalan.
Hasilnya, kini Warung Bebek Pak Joss tidak hanya menjual olahan bebek dengan citarasa tradisional, tapi juga dengan gaya fusion. Mereka menyajikan bebek oven mozarela. Sekarang, total menunya ada 35, dengan banderol mulai dari Rp 22.000 sampai Rp 87.500 per porsi.
Tidak hanya itu, nilai kerjasama kemitraannya pun juga dikerek naik menjadi Rp 600 juta. "Itu sudah termasuk sewa lokasi selama dua tahun," katanya pada KONTAN, Jumat(26/5).
Seiring dengan perubahan tersebut, omzet penjualan yang didapatkannya pun juga ikut berubah. Sigit mengaku, dalam satu tahun pendapatan untuk satu gerai dapat mencapai Rp 2,4 miliar sampai Rp 2,5 miliar. Tingginya pendapatan tersebut didorong dari getolnya Warung Bebek Pak Joss berpromosi, melalui media digital yang langsung sampai kepada target konsumen.
Bebek Kaget
Pelaku usaha bebek lainnya adalah Rahmintama atau yang biasa dipanggil Bang Kiting. Nama bisnis bebek Bang Kiting adalah Bebek Kaget yang berdiri sejak 2012 di Depok, Jawa Barat. Bebek kaget menawarkan olahan bebek dengan konsep warung.
Terakhir, saat Kontan ulas pada Mei 2015, Bebek Kaget memiliki dua mitra yang bekerjasama hanya untuk suplai bahan baku. Kerjasama ini otomatis membuat brand warungnya berubah, bukan Bebek Kaget lagi. Memiliki mitra yang kebanyakan ingin memiliki merek sendiri, memantapkan Bang Kiting untuk menutup usaha Bebek Kaget.
Saat Kontan menghubungi pada Jumat (26/5) Bang Kiting mengatakan saat ini Bebek Kaget tidak memiliki mitra dan usahanya sudah ditutup. Kini, Bang Kiting mengganti label usahanya dengan nama Ayam Gentary. "Bebek Kaget kita tutup karena kurang berkembang, sekarang kita ganti label," kata Bang Kiting.
Menurut Bang Kiting olahan bebek sangat tersegmentasi. Alasan Bang Kiting mengganti merek dagang menjadi Ayam Gentary karena pasar bebek semakin tersegmentasi. "Tidak semua orang suka bebek dan masih lebih banyak orang yang suka olahan ayam," kata Bang Kiting.
Saat ini Bang Kiting pun fokus mengurus satu gerai Ayam Gentary yang buka di Cilebut, Bogor. Namun, meski namanya Ayam Gentary, Bang Kiting tetap menyajikan olahan bebek sebagai menu.
Penutupan Bebek Kaget dan membuka gerai Ayam Gentary, tak membuat Bang Kiting menutup kesempatan calon mitra untuk membuka Bebek Kaget. "Kemitraan Bebek Kaget masih saya buka bila ada mitra yang mau," kata Bang Kiting.
Namun, Bang Kiting melakukan perubahan harga paket investasi awal dengan mengerek harga 5%-10% dari harga paket investasi awal 2015. Sekedar info, saat itu, ia menawarkan dua paket investasi, yakni paket gerobak senilai Rp 8 juta dan paket garasi senilai Rp 5 juta.
Dengan nilai tersebut, mitra mendapatkan fasilitas berupa kompor, tabung gas, penanak nasi, spanduk, bumbu dan bahan baku sebanyak 40 potong. Bedanya pada paket Rp 8 juta, mitra mendapatkan gerobak lengkap dengan rak kaca untuk memajang potongan bebek.
Varian menu yang hendak ditawarkan pun masih sama. Bebek Kaget menawarkan menu olahan bebek seperti bebek goreng dan bebek bakar. Selain itu ada menu lainnya seperti ayam bakar, soto ayam, dan mie engkong yang menjadi menu baru andalannya.
Harganya cukup terjangkau, mulai dari Rp 21 ribu hingga Rp 23 ribu. Dari semua menu yang tersedia, menu olahan bebek dan mie engkong yang paling banyak diminati.
Bang Kiting mengaku tidak menetapkan target mitra Bebek Kaget. Sedangkan pada usahanya yang baru, Ayam Gentary, Bang Kiting berharap bisa menambah 15 mitra di akhir tahun ini.
Bebek Royal
Banyak pemain bisnis ini yang gencar menawarkan kemitraan. Salah satunya adalah bebek Royal di Tangerang, Banten. Berdiri tahun 2009, Bebek Royal menawarkan kemitraan tahun 2010.
Saat diulas KONTAN pada Desember 2012, Adri Prasetyandara, Owner Representative Bebek Royal mengatakan, sudah membuka 12 gerai mitra. Gerai ini tersebar di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor. Kini, jumlah gerai yang ada masih sama dan belum bertambah lagi.
Selain itu, Adri menuturkan jika kemitraan tidak lagi ditawarkan pada tahun ini. “Rencananya, baru tahun depan akan dibuka lagi kemitraan. Karena tahun ini fokus mengembangkan gerai mitra dan gerai yang ada,” ujarnya.
Ada tiga paket yang ditawarkan. Pertama, paket Rumah Makan bebek Royal yang didirikan di atas lahan seluas 200 m2. Biaya investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 110 juta-Rp 150 juta. Biaya itu akan dipakai untuk renovasi, pembuatan saung bambu, bahan baku, perlengkapan masak, dan peralatan makan.
Kedua, paket bebek Royal Express dengan estimasi biaya Rp 50 juta-Rp Rp 100 juta. Mitra yang mengambil paket ini bisa membuka cabang di ruko. Fasilitas dari pusat terdiri dari renovasi ruko, bahan baku, perlengkapan masak, dan peralatan makan.
Ketiga, paket bebek Royal Nyosor (On the Road) dengan perkiraan biaya Rp 70 juta-Rp 100 juta. Mitra harus menyiapkan satu unit kendaraan niaga Daihatsu Gran Max, bahan baku, serta pelbagai perlengkapan, termasuk tenda berlogo dan spanduk.
Bebek Royal tidak memungut biaya franchise atau pun biaya royalti. Namun, pusat memungut 25%-30% laba mitra untuk pendampingan. Mitra juga wajib membeli bahan baku dan bumbu dari pusat.
Menu yang disajikan di bebek Royal antara lain bebek gertak sambal, bebek sambal hijau, dan bebek goreng kering. Harganya Rp 16.500 sampai Rp 18.000 per porsi.
Salah satu kendala yang masih dihadapi adalah soal karyawan yang sering keluar masuk. Selain itu, persaingan merek bebek ternama yang membuat mitra baru enggan memilih merek kemitraan bebek baru.
Awal tahun 2018, Adri tengah mempersiapkan untuk tawaran kemitraan baru dengan paket investasi yang terjangkau. Serta fokus mengembangkan mitra yang ada untuk memperoleh omzet dengan balik modal yang ditargetkan.
Reporter Danielisa Putriadita, Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati Editor Havid Vebri
Kedai bebek mulai termehek-mehek
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Kedai bebek mulai termehek-mehek Selasa, 30 Mei 2017 / 16:23 WIB
JAKARTA. Bisnis kuliner olahan bebek sempat menarik perhatian sejumlah pengusaha. Rasanya yang gurih dengan tekstur daging yang khas, membuat sajian ini mengundang banyak penikmat. Banyak pengusaha kuliner mengendus peluang ini, dan mengemas kemitraannya.
Namun saat ini usaha kemitraan bebek kurang gurih. Beberapa usaha kuliner bebek yang sempat diulas KONTAN, tak menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, masih ada yang bertahan dengan kiat-kiat khusus. Berikut ulasannya:
Warung Bebek Pak Joss
Usaha racikan Sigit Hendrawan ini mengalami perkembangan meskipun tidak agresif. Saat KONTAN pernah mengulasnya pada tahun 2013, jumlah gerai Warung Bebek Pak Joss ada enam. Rinciannya, empat gerai milik mitra, sisanya adalah gerai pribadi. Lokasinya tersebar di Surabaya, Bandung, Palembang, Depok dan Mataram.
Untuk menunya sendiri, ada 17 varian dengan patokan harga mulai dari Rp 16.500 sampai Rp 22.000 per porsi. Sedangkan untuk investasi kemitraannya hanya sebesar Rp 200 juta.
Empat tahun berselang, gerai yang beroperasi bertambah dua. Yakni, gerai pribadi dan gerai mitra. Lokasinya masih di Surabaya. Sigit mengaku tidak banyak menerima mitra baru karena fokus untuk pembenahan manajemen dan mengembangkan usaha yang sudah berjalan.
Hasilnya, kini Warung Bebek Pak Joss tidak hanya menjual olahan bebek dengan citarasa tradisional, tapi juga dengan gaya fusion. Mereka menyajikan bebek oven mozarela. Sekarang, total menunya ada 35, dengan banderol mulai dari Rp 22.000 sampai Rp 87.500 per porsi.
Tidak hanya itu, nilai kerjasama kemitraannya pun juga dikerek naik menjadi Rp 600 juta. "Itu sudah termasuk sewa lokasi selama dua tahun," katanya pada KONTAN, Jumat(26/5).
Seiring dengan perubahan tersebut, omzet penjualan yang didapatkannya pun juga ikut berubah. Sigit mengaku, dalam satu tahun pendapatan untuk satu gerai dapat mencapai Rp 2,4 miliar sampai Rp 2,5 miliar. Tingginya pendapatan tersebut didorong dari getolnya Warung Bebek Pak Joss berpromosi, melalui media digital yang langsung sampai kepada target konsumen.
Bebek Kaget
Pelaku usaha bebek lainnya adalah Rahmintama atau yang biasa dipanggil Bang Kiting. Nama bisnis bebek Bang Kiting adalah Bebek Kaget yang berdiri sejak 2012 di Depok, Jawa Barat. Bebek kaget menawarkan olahan bebek dengan konsep warung.
Terakhir, saat Kontan ulas pada Mei 2015, Bebek Kaget memiliki dua mitra yang bekerjasama hanya untuk suplai bahan baku. Kerjasama ini otomatis membuat brand warungnya berubah, bukan Bebek Kaget lagi. Memiliki mitra yang kebanyakan ingin memiliki merek sendiri, memantapkan Bang Kiting untuk menutup usaha Bebek Kaget.
Saat Kontan menghubungi pada Jumat (26/5) Bang Kiting mengatakan saat ini Bebek Kaget tidak memiliki mitra dan usahanya sudah ditutup. Kini, Bang Kiting mengganti label usahanya dengan nama Ayam Gentary. "Bebek Kaget kita tutup karena kurang berkembang, sekarang kita ganti label," kata Bang Kiting.
Menurut Bang Kiting olahan bebek sangat tersegmentasi. Alasan Bang Kiting mengganti merek dagang menjadi Ayam Gentary karena pasar bebek semakin tersegmentasi. "Tidak semua orang suka bebek dan masih lebih banyak orang yang suka olahan ayam," kata Bang Kiting.
Saat ini Bang Kiting pun fokus mengurus satu gerai Ayam Gentary yang buka di Cilebut, Bogor. Namun, meski namanya Ayam Gentary, Bang Kiting tetap menyajikan olahan bebek sebagai menu.
Penutupan Bebek Kaget dan membuka gerai Ayam Gentary, tak membuat Bang Kiting menutup kesempatan calon mitra untuk membuka Bebek Kaget. "Kemitraan Bebek Kaget masih saya buka bila ada mitra yang mau," kata Bang Kiting.
Namun, Bang Kiting melakukan perubahan harga paket investasi awal dengan mengerek harga 5%-10% dari harga paket investasi awal 2015. Sekedar info, saat itu, ia menawarkan dua paket investasi, yakni paket gerobak senilai Rp 8 juta dan paket garasi senilai Rp 5 juta.
Dengan nilai tersebut, mitra mendapatkan fasilitas berupa kompor, tabung gas, penanak nasi, spanduk, bumbu dan bahan baku sebanyak 40 potong. Bedanya pada paket Rp 8 juta, mitra mendapatkan gerobak lengkap dengan rak kaca untuk memajang potongan bebek.
Varian menu yang hendak ditawarkan pun masih sama. Bebek Kaget menawarkan menu olahan bebek seperti bebek goreng dan bebek bakar. Selain itu ada menu lainnya seperti ayam bakar, soto ayam, dan mie engkong yang menjadi menu baru andalannya.
Harganya cukup terjangkau, mulai dari Rp 21 ribu hingga Rp 23 ribu. Dari semua menu yang tersedia, menu olahan bebek dan mie engkong yang paling banyak diminati.
Bang Kiting mengaku tidak menetapkan target mitra Bebek Kaget. Sedangkan pada usahanya yang baru, Ayam Gentary, Bang Kiting berharap bisa menambah 15 mitra di akhir tahun ini.
Bebek Royal
Banyak pemain bisnis ini yang gencar menawarkan kemitraan. Salah satunya adalah bebek Royal di Tangerang, Banten. Berdiri tahun 2009, Bebek Royal menawarkan kemitraan tahun 2010.
Saat diulas KONTAN pada Desember 2012, Adri Prasetyandara, Owner Representative Bebek Royal mengatakan, sudah membuka 12 gerai mitra. Gerai ini tersebar di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor. Kini, jumlah gerai yang ada masih sama dan belum bertambah lagi.
Selain itu, Adri menuturkan jika kemitraan tidak lagi ditawarkan pada tahun ini. “Rencananya, baru tahun depan akan dibuka lagi kemitraan. Karena tahun ini fokus mengembangkan gerai mitra dan gerai yang ada,” ujarnya.
Ada tiga paket yang ditawarkan. Pertama, paket Rumah Makan bebek Royal yang didirikan di atas lahan seluas 200 m2. Biaya investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 110 juta-Rp 150 juta. Biaya itu akan dipakai untuk renovasi, pembuatan saung bambu, bahan baku, perlengkapan masak, dan peralatan makan.
Kedua, paket bebek Royal Express dengan estimasi biaya Rp 50 juta-Rp Rp 100 juta. Mitra yang mengambil paket ini bisa membuka cabang di ruko. Fasilitas dari pusat terdiri dari renovasi ruko, bahan baku, perlengkapan masak, dan peralatan makan.
Ketiga, paket bebek Royal Nyosor (On the Road) dengan perkiraan biaya Rp 70 juta-Rp 100 juta. Mitra harus menyiapkan satu unit kendaraan niaga Daihatsu Gran Max, bahan baku, serta pelbagai perlengkapan, termasuk tenda berlogo dan spanduk.
Bebek Royal tidak memungut biaya franchise atau pun biaya royalti. Namun, pusat memungut 25%-30% laba mitra untuk pendampingan. Mitra juga wajib membeli bahan baku dan bumbu dari pusat.
Menu yang disajikan di bebek Royal antara lain bebek gertak sambal, bebek sambal hijau, dan bebek goreng kering. Harganya Rp 16.500 sampai Rp 18.000 per porsi.
Salah satu kendala yang masih dihadapi adalah soal karyawan yang sering keluar masuk. Selain itu, persaingan merek bebek ternama yang membuat mitra baru enggan memilih merek kemitraan bebek baru.
Awal tahun 2018, Adri tengah mempersiapkan untuk tawaran kemitraan baru dengan paket investasi yang terjangkau. Serta fokus mengembangkan mitra yang ada untuk memperoleh omzet dengan balik modal yang ditargetkan.
Reporter Danielisa Putriadita, Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati Editor Havid Vebri
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]