Sulap mendong dan enceng gondok menjadi tas cantik
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Sulap mendong dan enceng gondok menjadi tas cantik Kamis, 08 Juni 2017 / 16:01 WIB
JAKARTA. Tanaman eceng gondok dan mendong (rumput yang hidup di rawa) yang dikenal sebagai hama, bisa menjadi komoditas bernilai di tangan Shella Harmanto. Pasalnya, dia menyulap tanaman liar itu menjadi tas cantik, berpadu dengan berbagai hiasan dan bordir.
Perempuan berhijab ini tertarik mengolah enceng gondak dan mendong karena biayanya murah. Selain itu, sebagai bahan baku, kedua jenis tanaman itu mudah didapatkan serta menjadi langkah penyelamatan lingkungan. "Eceng gondok sangat sulit untuk dimusnahkan, sebab pertumbuhannya sangat cepat," jelas Shella.
Asal tahu saja, usaha yang dia beri nama Perca Indah ini sudah berjalan sejak 2008 lalu. Untuk mendukung usahanya, Shella menjalin kerjasama dengan para perajin ayaman di Desa Gamplong, Godean, Yogyakarta. Dia mendapatkan bahan baku, enceng gondok dan mendong pun dari daerah tersebut.
Tidak hanya itu, dia juga memperkerjakan ibu-ibu rumah tangga dan para remaja sebagai perajut dan pembordir. Sampai sekarang sudah ada 15 orang yang bergabung dalam pembuatan tas ini.
Meski sudah membentuk kemitraan dengan mereka, Shella masih campur tangan dalam tahap produksi. Dia yang memasang kain bagian dalam tas anyam tersebut, serta menempel berbagai aksesoris.
Dalam sebulan, Perca Indah bisa membuat 80 sampai 100 unit tas. Tapi, bila datang pesanan khusus, kapasitas produksi bisa meningkat hingga mencapai 300 tas sebulan.
Jumlah produksi yang terbatas ini karena Shella masih mengandalkan proses tradisional dalam pembuatannya. Tahapannya pun sangat panjang, mulai dari proses pemilahan, penjemuran, sampai menganyam.
Meski begitu, harga tas cukup bersahabat. Shella membanderol Rp 200.000- Rp 500.000 per tas. Meski pemasaran hanya dari galeri dan ajang pameran, namun konsumen Perca Indah datang dari seluruh Indonesia.
Bahkan, produknya sudah melalang buana ke Amerika Serikat, Italia dan lainnya. Shella bilang, para buyer yang menajdi kepanjangan tangannya di sana. .
Sekitar 15 tahun menggeluti usaha ramah lingkungan ini, tidak ada kendala yang berarti yang dihadapi olehnya. Hanya, masalah yang kerap ditemui adalah pemasaran produk. Dia mengaku susah untuk memajang produknya kedalam pusat perbelanjaan karena nilai konsinyasinya terlalu tinggi.
Bila tidak ada halangan, Juli 2017 nanti, Shella bakal ikut dalam ajang pameran di Korea Selatan. Melalui ajang tersebut dia berharap dalam memperluas pasar. Setelah itu, dia akan meneruskan perjalanan pameran internasionalnya sampai akhir tahun.
Sulap mendong dan enceng gondok menjadi tas cantik
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Sulap mendong dan enceng gondok menjadi tas cantik Kamis, 08 Juni 2017 / 16:01 WIB
JAKARTA. Tanaman eceng gondok dan mendong (rumput yang hidup di rawa) yang dikenal sebagai hama, bisa menjadi komoditas bernilai di tangan Shella Harmanto. Pasalnya, dia menyulap tanaman liar itu menjadi tas cantik, berpadu dengan berbagai hiasan dan bordir.
Perempuan berhijab ini tertarik mengolah enceng gondak dan mendong karena biayanya murah. Selain itu, sebagai bahan baku, kedua jenis tanaman itu mudah didapatkan serta menjadi langkah penyelamatan lingkungan. "Eceng gondok sangat sulit untuk dimusnahkan, sebab pertumbuhannya sangat cepat," jelas Shella.
Asal tahu saja, usaha yang dia beri nama Perca Indah ini sudah berjalan sejak 2008 lalu. Untuk mendukung usahanya, Shella menjalin kerjasama dengan para perajin ayaman di Desa Gamplong, Godean, Yogyakarta. Dia mendapatkan bahan baku, enceng gondok dan mendong pun dari daerah tersebut.
Tidak hanya itu, dia juga memperkerjakan ibu-ibu rumah tangga dan para remaja sebagai perajut dan pembordir. Sampai sekarang sudah ada 15 orang yang bergabung dalam pembuatan tas ini.
Meski sudah membentuk kemitraan dengan mereka, Shella masih campur tangan dalam tahap produksi. Dia yang memasang kain bagian dalam tas anyam tersebut, serta menempel berbagai aksesoris.
Dalam sebulan, Perca Indah bisa membuat 80 sampai 100 unit tas. Tapi, bila datang pesanan khusus, kapasitas produksi bisa meningkat hingga mencapai 300 tas sebulan.
Jumlah produksi yang terbatas ini karena Shella masih mengandalkan proses tradisional dalam pembuatannya. Tahapannya pun sangat panjang, mulai dari proses pemilahan, penjemuran, sampai menganyam.
Meski begitu, harga tas cukup bersahabat. Shella membanderol Rp 200.000- Rp 500.000 per tas. Meski pemasaran hanya dari galeri dan ajang pameran, namun konsumen Perca Indah datang dari seluruh Indonesia.
Bahkan, produknya sudah melalang buana ke Amerika Serikat, Italia dan lainnya. Shella bilang, para buyer yang menajdi kepanjangan tangannya di sana. .
Sekitar 15 tahun menggeluti usaha ramah lingkungan ini, tidak ada kendala yang berarti yang dihadapi olehnya. Hanya, masalah yang kerap ditemui adalah pemasaran produk. Dia mengaku susah untuk memajang produknya kedalam pusat perbelanjaan karena nilai konsinyasinya terlalu tinggi.
Bila tidak ada halangan, Juli 2017 nanti, Shella bakal ikut dalam ajang pameran di Korea Selatan. Melalui ajang tersebut dia berharap dalam memperluas pasar. Setelah itu, dia akan meneruskan perjalanan pameran internasionalnya sampai akhir tahun.
Reporter Tri Sulistiowati Editor Havid Vebri
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]