PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Melongok tambak garam terbesar di Jateng (3) Kamis, 13 Juli 2017 / 08:10 WIB
Pada dasarnya proses pembuatan garam cukup sederhana. Prosesnya hanya berupa pengambilan atau pemisahan garam dari air laut. Biasanya para petani garam terlebih dahulu akan mengumpulkan air laut di dalam tambak. Wilayah pesisir Kabupaten Pati sendiri berdekatakan dengan Laut Jawa.
Sutarman, salah satu petani garam mengatakan, kendati terkesan sederhana, proses produksi garam tidak bisa asal-asalan. Menurutnya, terdapat standar pengukuran berapa banyak air laut yang harus ditampung di tambak. Selanjutnya, proses pembuatan garam akan sangat bergantung pada terik matahari. Garam akan terbentuk bila hamparan air laut di tambak mendapat penjemuran panas matahari yang cukup.
Jika air dalam tambak sudah berubah menjadi merah, itulah saatnya petani garam menguras air. Berikutnya pengurasan air garam berlanjut ke kolam kritalisasi atau tempat pengasinan. Oleh karena itu tidak semua tambak diisi air laut.
"Misal ada enam petak, per hari hanya bisa ambil dari dua petak, petak lain gantian ada yang disiram air laut lagi, ada yang dipanen," kata Sutarman.
Di kolam pengkristalan, air laut akan mengkristal di dasar kolam. Saat itulah, petani akan memanen atau mengumpulkan garam dengan alat pengeruk.
Namun, proses pembuatan garam ini hanya berhenti pada tahap memanen garam di tambak. Selanjutnya, tumpukan garam langsung dijual kepada pengepul. "Dari petani hanya menjual garam 'grosok' (kasar) ke pengepul," kata Sutarman.
Adapun proses penghalusan garam hingga siap menjadi garam konsumsi dilakukan di tempat pengepul. KONTAN sendiri sempat melihat tempat pengepulan garam di Desa Bumimulyo. Lasidi, pekerja di tempat pengepul garam biasa menerima garam kasar dari petani yang dibungkus dalam karung seberat 50 kilogram.
Saat KONTAN berkunjung, kebetulan sentra garam ini sedang tidak masa panen. Alhasil, gudang penyimpanan garam di tempat pengepul tampak kosong. Tumpukan karung berisi garam hanya memenuhi gudang di beberapa sisi saja.
Jika stok garam sedang menurun, pemilik tempat pengepul kerap menerima garam impor atau mendapat garam dari daerah di luar Pati. Hanya, garam dari luar Pati ini memiliki kualitas yang lebih rendah.
Seperti garam asal Jepara yang warnanya lebih kuning dibanding garam asli Pati. Menurut Lasidi, kualitas garam sangat dipengaruhi tekstur dan jenis tanah pada tambak. "Garam di Pati teksturnya halus seperti pasir sehingga hasil garamnya putih," katanya.
Sedangkan di Jepara, tanahnya bercampur lumpur. Selain mengumpulkan garam, pengepul garam biasanya juga mengolah garam, baik untuk konsumsi maupun industri. Khusus garam konsumsi, proses pengolahan dilakukan berkali-kali sampai benar-benar bersih.
Melongok tambak garam terbesar di Jateng (3)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Melongok tambak garam terbesar di Jateng (3) Kamis, 13 Juli 2017 / 08:10 WIB
Pada dasarnya proses pembuatan garam cukup sederhana. Prosesnya hanya berupa pengambilan atau pemisahan garam dari air laut. Biasanya para petani garam terlebih dahulu akan mengumpulkan air laut di dalam tambak. Wilayah pesisir Kabupaten Pati sendiri berdekatakan dengan Laut Jawa.
Sutarman, salah satu petani garam mengatakan, kendati terkesan sederhana, proses produksi garam tidak bisa asal-asalan. Menurutnya, terdapat standar pengukuran berapa banyak air laut yang harus ditampung di tambak.
Selanjutnya, proses pembuatan garam akan sangat bergantung pada terik matahari. Garam akan terbentuk bila hamparan air laut di tambak mendapat penjemuran panas matahari yang cukup.
Jika air dalam tambak sudah berubah menjadi merah, itulah saatnya petani garam menguras air. Berikutnya pengurasan air garam berlanjut ke kolam kritalisasi atau tempat pengasinan. Oleh karena itu tidak semua tambak diisi air laut.
"Misal ada enam petak, per hari hanya bisa ambil dari dua petak, petak lain gantian ada yang disiram air laut lagi, ada yang dipanen," kata Sutarman.
Di kolam pengkristalan, air laut akan mengkristal di dasar kolam. Saat itulah, petani akan memanen atau mengumpulkan garam dengan alat pengeruk.
Namun, proses pembuatan garam ini hanya berhenti pada tahap memanen garam di tambak. Selanjutnya, tumpukan garam langsung dijual kepada pengepul. "Dari petani hanya menjual garam 'grosok' (kasar) ke pengepul," kata Sutarman.
Adapun proses penghalusan garam hingga siap menjadi garam konsumsi dilakukan di tempat pengepul. KONTAN sendiri sempat melihat tempat pengepulan garam di Desa Bumimulyo. Lasidi, pekerja di tempat pengepul garam biasa menerima garam kasar dari petani yang dibungkus dalam karung seberat 50 kilogram.
Saat KONTAN berkunjung, kebetulan sentra garam ini sedang tidak masa panen. Alhasil, gudang penyimpanan garam di tempat pengepul tampak kosong. Tumpukan karung berisi garam hanya memenuhi gudang di beberapa sisi saja.
Jika stok garam sedang menurun, pemilik tempat pengepul kerap menerima garam impor atau mendapat garam dari daerah di luar Pati. Hanya, garam dari luar Pati ini memiliki kualitas yang lebih rendah.
Seperti garam asal Jepara yang warnanya lebih kuning dibanding garam asli Pati. Menurut Lasidi, kualitas garam sangat dipengaruhi tekstur dan jenis tanah pada tambak. "Garam di Pati teksturnya halus seperti pasir sehingga hasil garamnya putih," katanya.
Sedangkan di Jepara, tanahnya bercampur lumpur. Selain mengumpulkan garam, pengepul garam biasanya juga mengolah garam, baik untuk konsumsi maupun industri. Khusus garam konsumsi, proses pengolahan dilakukan berkali-kali sampai benar-benar bersih.
(Selesai)
Reporter Danielisa Putriadita Editor Johana K.
SENTRA UKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x