Kini, giliran buku dan alat tulis jadi buruan! (2)
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Kini, giliran buku dan alat tulis jadi buruan! (2) Jumat, 14 Juli 2017 / 07:05 WIB
Awal pekan ini KONTAN berkesempatan menyambangi Pasar Jatinegara. Tak asing lagi, pasar ini memang menjadi incaran bagi mereka pemburu barang berharga miring. Termasuk saat tahun ajaran baru. Toko-toko perlengkapan sekolah di pasar ini juga diserbu pembeli.
Di Pasar Jatinegara memang cukup banyak toko buku dan alat tulis yang menjual produk secara grosir. Saat usai libur panjang dan anak-anak kembali ke sekolah seperti sekarang, pasar buku dan alat tulis juga riuh oleh para pedagang musiman.
Salah satunya Johari yang membuka lapak di pinggir Jalan Pintu Pasar, Bali Mester, Jatinegara. “Biasanya saya jual payung, tapi sekarang jual buku. Musiman aja,” ucap Hari, panggilannya. Bersebelahan dengan lapak Johari, juga ada lapak-lapak buku musiman lainnya.
Johari mulai berjualan buku tiga hari setelah hari lebaran. Dengan modal Rp 15 juta, dia mempersiapkan stok buku. Ia pun bisa raup omzet hingga Rp 5 juta dalam satu hari.
Meski hanya lapak kaki lima, Johari tak kalah dengan toko-toko buku dan alat tulis yang ada di Pasar Jatinegara. Dagangannya terbilang lengkap. Selain buku, ada pula pulpen, pensil, penggaris, peraut, sampul buku, hingga kotak pensil.
Tak lupa dia menyelipkan kerta bertuliskan “Terima KJP”. Hal ini sebagai tanda bahwa pembelian buku dan alat tulis di lapaknya bisa menggunakan Kartu Jakarta Pintar (KJP). “Ini berpengaruh terhadap daya tarik pembeli,” ucap Hari.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Hendra, penjual buku di Utan Kayu, Jakarta Timur. “Sekarang lebih 50% siswa sudah dapat KJP, otomatis kami yang belum terima KJP jadi berkurang peminatnya,” jelas Hendra.Hendra sendiri memang belum bisa menerima pembayaran menggunakan KJP karena belum mendapatkan mesin Electronic Data Capture (EDC) agar dapat bertransaksi menggunakan KJP.
Penggunaan KJP sangat membantu ditengah melonjaknya harga buku dan alat tulis. Terutama di kawasan Jakarta Timur, kenaikan harga buku bisa mencapai 15%.
Meski sama-sama merasakan kenaikan permintaan, ternyata tak semua pemasok buku mengerek harga jualnya. Di Surabaya, Fendi Setiawan, pemilik Pyramedia tak mau menambah harga bukunya lebih mahal. Meski permintaan meningkat, laki-laki yang lebih akrab disapa Fendi ini tetap mempertahankan harga jual barangnya.
Asal tahu saja, Pyramedia merupakan salah satu pemasok alat tulis kantor yang menyuplai kebutuhan toko ritel di Surabaya dan sekitarnya. Kebanyakan barang-barang koleksinya dikirim langsung dari China.Supaya berbeda dengan pedagang lain, Feni menjual produk kebutuhan sekolah, seperti kotak pensil, stiker, binder, dan alat tulis, notes, buku, penghapus, rautan, dan lainnya bertema fancy.
(Selesai)
Reporter Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati Editor Johana K.
Kini, giliran buku dan alat tulis jadi buruan! (2)
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Kini, giliran buku dan alat tulis jadi buruan! (2) Jumat, 14 Juli 2017 / 07:05 WIB
Awal pekan ini KONTAN berkesempatan menyambangi Pasar Jatinegara. Tak asing lagi, pasar ini memang menjadi incaran bagi mereka pemburu barang berharga miring. Termasuk saat tahun ajaran baru. Toko-toko perlengkapan sekolah di pasar ini juga diserbu pembeli.
Di Pasar Jatinegara memang cukup banyak toko buku dan alat tulis yang menjual produk secara grosir. Saat usai libur panjang dan anak-anak kembali ke sekolah seperti sekarang, pasar buku dan alat tulis juga riuh oleh para pedagang musiman.
Salah satunya Johari yang membuka lapak di pinggir Jalan Pintu Pasar, Bali Mester, Jatinegara. “Biasanya saya jual payung, tapi sekarang jual buku. Musiman aja,” ucap Hari, panggilannya. Bersebelahan dengan lapak Johari, juga ada lapak-lapak buku musiman lainnya.
Johari mulai berjualan buku tiga hari setelah hari lebaran. Dengan modal Rp 15 juta, dia mempersiapkan stok buku. Ia pun bisa raup omzet hingga Rp 5 juta dalam satu hari.
Meski hanya lapak kaki lima, Johari tak kalah dengan toko-toko buku dan alat tulis yang ada di Pasar Jatinegara. Dagangannya terbilang lengkap. Selain buku, ada pula pulpen, pensil, penggaris, peraut, sampul buku, hingga kotak pensil.
Tak lupa dia menyelipkan kerta bertuliskan “Terima KJP”. Hal ini sebagai tanda bahwa pembelian buku dan alat tulis di lapaknya bisa menggunakan Kartu Jakarta Pintar (KJP). “Ini berpengaruh terhadap daya tarik pembeli,” ucap Hari.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Hendra, penjual buku di Utan Kayu, Jakarta Timur. “Sekarang lebih 50% siswa sudah dapat KJP, otomatis kami yang belum terima KJP jadi berkurang peminatnya,” jelas Hendra.Hendra sendiri memang belum bisa menerima pembayaran menggunakan KJP karena belum mendapatkan mesin Electronic Data Capture (EDC) agar dapat bertransaksi menggunakan KJP.
Penggunaan KJP sangat membantu ditengah melonjaknya harga buku dan alat tulis. Terutama di kawasan Jakarta Timur, kenaikan harga buku bisa mencapai 15%.
Meski sama-sama merasakan kenaikan permintaan, ternyata tak semua pemasok buku mengerek harga jualnya. Di Surabaya, Fendi Setiawan, pemilik Pyramedia tak mau menambah harga bukunya lebih mahal. Meski permintaan meningkat, laki-laki yang lebih akrab disapa Fendi ini tetap mempertahankan harga jual barangnya.
Asal tahu saja, Pyramedia merupakan salah satu pemasok alat tulis kantor yang menyuplai kebutuhan toko ritel di Surabaya dan sekitarnya. Kebanyakan barang-barang koleksinya dikirim langsung dari China.Supaya berbeda dengan pedagang lain, Feni menjual produk kebutuhan sekolah, seperti kotak pensil, stiker, binder, dan alat tulis, notes, buku, penghapus, rautan, dan lainnya bertema fancy.
(Selesai)
Reporter Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati Editor Johana K.
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x