KONTAN.CO.ID – Sampai saat ini, bisnis ayam goreng renyah masih tetap populer di masyarakat. Rasanya yang gurih dan renyah memang cocok untuk semua kalangan. Tak heran jika sejak beberapa tahun belakangan, pelaku usaha ayam goreng banyak bermunculan. Salah satunya Dwi Suswinarno yang mendirikan Kane Fried Chicken di Cinere, Depok, Jawa Barat sejak 2010 silam.
Supaya tetap berjalan, Dwi terus berinovasi. Tak cuma berjualan ayam goreng versi booth tapi juga menawarkan kemitraan Kane Resto & Cafe di pertengahan tahun 2012. Kini, sedikitnya 470 booth dan 60 restoran itu telah beroperasi hampir di seluruh Indonesia.
Demi menjangkau dan menyuplai ratusan mitra hampir di seluruh Indonesia, tahun 2015 Dwi menawarkan kemitraan paket Master. "Mitra nanti akan menjadi pemasok resmi Kane di tiap kota. Kami buat paket ini untuk membantu distribusi bahan baku ke mitra booth maupun restoran yang jaraknya jauh," terang Dwi kepada KONTAN.
Nilai investasi yang ditawarkan paket Master yakni Rp 230 juta. Dengan modal tersebut, mitra mendapatkan fasilitas hak pemasok resmi Kane Fried Chicken, peralatan usaha lengkap, perlengkapan usaha lengkap, franchise fee selama lima tahun senilai Rp 90 juta, bahan baku awal senilai Rp 20 juta serta pelatihan karyawan.
Nah, si mitra nanti bakal mendapat pemasukan ganda. Selain dari gerai restoran Kane Resto & Cafe juga dari penjualan bahan baku ke mitra lain yang ada di provinsi atau kota tersebut.
Saat ini, mitra Master kebanyakan sudah ada di luar Jawa, seperti Denpasar, Bengkulu, Banjarmasin, Pekanbaru dan Palembang. Dwi mengatakan untuk kota Jakarta dan sekitarnya, pasokannya masih dipegang kantor pusat.
Dwi menambahkan, syarat untuk menjadi mitra paket Master adalah minimal memiliki tempat usaha cukup luas untuk gudang dan gerai restoran. Luas gudang minimal 15 meter persegi (m²) dan gerai restoran minimal 60 m².
Selain itu ada biaya royalti yang dikenakan pada mitra Master, yakni 5% dari total omzet. Dengan catatan, biaya royalti tersebut dikenakan apabila mitra sudah bisa mencapai target omzet minimal. Selain itu, mitra juga wajib membeli bahan baku, terutama berupa bumbu khas Kane tiap bulan.
Target minimal omzet yang harus dicapai, yakni Rp 2 juta per hari. Praktis dalam sebulan mitra Master minimal harus mengantongi omzet Rp 60 juta. "Rata-rata dalam sebulan omzet mitra bisa Rp 120 juta sampai Rp 200 juta," tutur Dwi.
Dengan perolehan omzet tersebut, Dwi optimistis jika mitranya bisa balik modal sekitar 12 – 13 bulan. Bahkan beberapa mitra ia klaim bisa balik modal kurang dari setahun. "Ada yang 10 bulan sudah bisa balik modal. Kami terus berinovasi, baik menu dan pelayanan agar bisa terus bertahan," tuturnya.
Konsultan Waralaba dari Entrepreneur College, Khoerussalim Ikhsan menuturkan para pelaku usaha wajib menjaga kualitas rasa dan manajemen bisnis. Tak hanya itu, para pelaku usaha lama perlu rajin berinovasi agar tidak tergerus para pemain baru. "Inovasi itu wajib Karena pemain baru memunculkan inovasi baru," tandasnya.
Menjadi pemasok plus pengelola restoran
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Menjadi pemasok plus pengelola restoran Rabu, 04 Oktober 2017 / 11:45 WIB
KONTAN.CO.ID – Sampai saat ini, bisnis ayam goreng renyah masih tetap populer di masyarakat. Rasanya yang gurih dan renyah memang cocok untuk semua kalangan. Tak heran jika sejak beberapa tahun belakangan, pelaku usaha ayam goreng banyak bermunculan. Salah satunya Dwi Suswinarno yang mendirikan Kane Fried Chicken di Cinere, Depok, Jawa Barat sejak 2010 silam.
Supaya tetap berjalan, Dwi terus berinovasi. Tak cuma berjualan ayam goreng versi booth tapi juga menawarkan kemitraan Kane Resto & Cafe di pertengahan tahun 2012. Kini, sedikitnya 470 booth dan 60 restoran itu telah beroperasi hampir di seluruh Indonesia.
Demi menjangkau dan menyuplai ratusan mitra hampir di seluruh Indonesia, tahun 2015 Dwi menawarkan kemitraan paket Master. "Mitra nanti akan menjadi pemasok resmi Kane di tiap kota. Kami buat paket ini untuk membantu distribusi bahan baku ke mitra booth maupun restoran yang jaraknya jauh," terang Dwi kepada KONTAN.
Nilai investasi yang ditawarkan paket Master yakni Rp 230 juta. Dengan modal tersebut, mitra mendapatkan fasilitas hak pemasok resmi Kane Fried Chicken, peralatan usaha lengkap, perlengkapan usaha lengkap, franchise fee selama lima tahun senilai Rp 90 juta, bahan baku awal senilai Rp 20 juta serta pelatihan karyawan.
Nah, si mitra nanti bakal mendapat pemasukan ganda. Selain dari gerai restoran Kane Resto & Cafe juga dari penjualan bahan baku ke mitra lain yang ada di provinsi atau kota tersebut.
Saat ini, mitra Master kebanyakan sudah ada di luar Jawa, seperti Denpasar, Bengkulu, Banjarmasin, Pekanbaru dan Palembang. Dwi mengatakan untuk kota Jakarta dan sekitarnya, pasokannya masih dipegang kantor pusat.
Dwi menambahkan, syarat untuk menjadi mitra paket Master adalah minimal memiliki tempat usaha cukup luas untuk gudang dan gerai restoran. Luas gudang minimal 15 meter persegi (m²) dan gerai restoran minimal 60 m².
Selain itu ada biaya royalti yang dikenakan pada mitra Master, yakni 5% dari total omzet. Dengan catatan, biaya royalti tersebut dikenakan apabila mitra sudah bisa mencapai target omzet minimal. Selain itu, mitra juga wajib membeli bahan baku, terutama berupa bumbu khas Kane tiap bulan.
Target minimal omzet yang harus dicapai, yakni Rp 2 juta per hari. Praktis dalam sebulan mitra Master minimal harus mengantongi omzet Rp 60 juta. "Rata-rata dalam sebulan omzet mitra bisa Rp 120 juta sampai
Rp 200 juta," tutur Dwi.
Dengan perolehan omzet tersebut, Dwi optimistis jika mitranya bisa balik modal sekitar 12 – 13 bulan. Bahkan beberapa mitra ia klaim bisa balik modal kurang dari setahun. "Ada yang 10 bulan sudah bisa balik modal. Kami terus berinovasi, baik menu dan pelayanan agar bisa terus bertahan," tuturnya.
Konsultan Waralaba dari Entrepreneur College, Khoerussalim Ikhsan menuturkan para pelaku usaha wajib menjaga kualitas rasa dan manajemen bisnis. Tak hanya itu, para pelaku usaha lama perlu rajin berinovasi agar tidak tergerus para pemain baru. "Inovasi itu wajib Karena pemain baru memunculkan inovasi baru," tandasnya.
Reporter Elisabeth Adventa Editor Johana K.
WARALABA
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=Z76KqbJTbOs]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]