KONTAN.CO.ID – Demam thai tea sedang menyelimuti bisnis minuman tanah air. Bahkan, minuman asal negeri Gajah Putih ini sangat mudah ditemukan, khususnya di Jakarta. Banyak pelaku usaha baru yang terjun menggeluti bisnis thai tea karena melihat potensi pasarnya.
Tawaran kemitraan thai tea kali ini datang dari Dju Dju Thai Tea asal Jakarta Timur, debutan Frieska Pratiwi. Ia mendirikan gerai perdana Dju Dju Thai Tea yang berlokasi di CFD Rawamangun, Jakarta Timur, pada September 2017.
Ia mengklaim, gerai Dju Dju Thai Tea di CFD Rawamangun bisa menjual sampai 300 porsi. "Selalu ramai pengunjung. Makanya langsung berpikir buka kemitraan," klaimnya.
Paket kemitraan Dju Dju Thai Tea ditawarkan senilai Rp 7 juta. Dengan modal tersebut, mitra akan mendapat fasilitas berupa gerobak, peralatan dan perlengkapan usaha lengkap, kemasan, media promosi, banner, pelatihan karyawan dan bahan baku 200 porsi.
Dju Dju Thai Tea menyajikan aneka varian rasa thai tea seperti thai iced tea original, thai iced green tea, thai iced tea milo, thai iced tea coffee dan thai iced lemon tea. Harganya berkisar Rp 7.000-Rp 9.000 per porsi. Ada pula tambahan topping berupa bubble dan jelly seharga Rp 2.000 per jenis.
Frieska membebaskan mitra dalam menetapkan harga jual. "Mereka bisa menyesuaikan dengan sewa tempat, karena biaya sewa ini berbeda-beda. Nanti informasi harga jual di banner bisa kami sesuaikan juga," katanya.
Frieska memperkirakan dalam sehari setiap gerai Dju Dju Thai Tea bisa menjual 100-200 cup. Jika dihitung, dalam sehari rata-rata omzet mencapai Rp 700.000–Rp 1 juta. Dari penjualan itu, omzet yang bisa dikumpulkan per bulan berkisar Rp 21 juta–Rp 25 juta.
Mitra tidak dikenakan biaya apapun per bulan, hanya membeli bahan baku berupa bubuk minuman, teh dan kemasan ke pusat. Hitungan Frieska, laba bersih yang diraih mitra bisa sekitar 30%- 35%. "Jadi mitra bisa balik modal sekitar dua hingga tiga bulan. Namun, sekali lagi, tergantung biaya sewa tempat juga dan pilihan lokasi," ujar Frieska.
Frieska berharap bisa menambah gerai sebanyak-banyaknya, tanpa menetapkan target jumlah tertentu. Namun, saat ini dirinya tengah fokus mempersiapkan gerai sendiri dan beberapa gerai calon mitra yang sudah tertarik.
Mengintai cuan Dju Dju Thai Tea
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Mengintai cuan Dju Dju Thai Tea Jumat, 15 Desember 2017 / 12:05 WIB
KONTAN.CO.ID – Demam thai tea sedang menyelimuti bisnis minuman tanah air. Bahkan, minuman asal negeri Gajah Putih ini sangat mudah ditemukan, khususnya di Jakarta. Banyak pelaku usaha baru yang terjun menggeluti bisnis thai tea karena melihat potensi pasarnya.
Tawaran kemitraan thai tea kali ini datang dari Dju Dju Thai Tea asal Jakarta Timur, debutan Frieska Pratiwi. Ia mendirikan gerai perdana Dju Dju Thai Tea yang berlokasi di CFD Rawamangun, Jakarta Timur, pada September 2017.
BACA JUGA :
Ia mengklaim, gerai Dju Dju Thai Tea di CFD Rawamangun bisa menjual sampai 300 porsi. "Selalu ramai pengunjung. Makanya langsung berpikir buka kemitraan," klaimnya.
Paket kemitraan Dju Dju Thai Tea ditawarkan senilai Rp 7 juta. Dengan modal tersebut, mitra akan mendapat fasilitas berupa gerobak, peralatan dan perlengkapan usaha lengkap, kemasan, media promosi, banner, pelatihan karyawan dan bahan baku 200 porsi.
Dju Dju Thai Tea menyajikan aneka varian rasa thai tea seperti thai iced tea original, thai iced green tea, thai iced tea milo, thai iced tea coffee dan thai iced lemon tea. Harganya berkisar Rp 7.000-Rp 9.000 per porsi. Ada pula tambahan topping berupa bubble dan jelly seharga Rp 2.000 per jenis.
Frieska membebaskan mitra dalam menetapkan harga jual. "Mereka bisa menyesuaikan dengan sewa tempat, karena biaya sewa ini berbeda-beda. Nanti informasi harga jual di banner bisa kami sesuaikan juga," katanya.
Frieska memperkirakan dalam sehari setiap gerai Dju Dju Thai Tea bisa menjual 100-200 cup. Jika dihitung, dalam sehari rata-rata omzet mencapai Rp 700.000–Rp 1 juta. Dari penjualan itu, omzet yang bisa dikumpulkan per bulan berkisar Rp 21 juta–Rp 25 juta.
Mitra tidak dikenakan biaya apapun per bulan, hanya membeli bahan baku berupa bubuk minuman, teh dan kemasan ke pusat. Hitungan Frieska, laba bersih yang diraih mitra bisa sekitar 30%- 35%. "Jadi mitra bisa balik modal sekitar dua hingga tiga bulan. Namun, sekali lagi, tergantung biaya sewa tempat juga dan pilihan lokasi," ujar Frieska.
Frieska berharap bisa menambah gerai sebanyak-banyaknya, tanpa menetapkan target jumlah tertentu. Namun, saat ini dirinya tengah fokus mempersiapkan gerai sendiri dan beberapa gerai calon mitra yang sudah tertarik.
Reporter Elisabeth Adventa Editor Johana K.
0
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=f7snp7QHGlE]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x