PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Ayo borong panci buatan Banyuwangi! (1) Kamis, 21 September 2017 / 11:00 WIB
KONTAN.CO.ID – Dak.. dok…dak…dok.. Riuhnya suara palu yang beradu dengan lempeng aluminium sudah akrab terdengar di telinga warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Sejak puluhan tahun silam, desa ini terkenal dengan sentra pembuatan panci di Banyuwangi.
Menelusuri rumah-rumah warga di sepanjang jalan Desa Aliyan, tim Kontan.co.id menemukan lebih dari 20 warga yang menekuni kerajinan panci ini. Namun ternyata, kebanyakan dari mereka bukan penduduk asli, melainkan pendatang dari Pulau Madura, Jawa Timur.
Saat KONTAN mengunjungi Desa Aliyan, akhir bulan lalu, terlihat para perajin sedang mengerjakan panci. Uniknya, hampir sebagian besar perajin itu telanjang dada. Namun, KONTAN cukup memaklumi, lantaran udara di wilayah ujung Pulau Jawa tersebut sangat panas oleh terik mentari siang hari.
Untuk menghemat biaya, mereka menggunakan halaman depan rumah sebagai lokasi produksi. Jadi jangan kaget bila suara bising sudah terdengar dari saat Anda masuk lokasi ini.
Apabila ingin melihat proses produksi secara langsung, Anda bisa berkunjung pada Senin-Sabtu sekitar pukul 07.00-16.00 WIB. Berbeda dengan tempat lainnya, jam istirahat di sana mulai pukul 11.00 sampai 12.30 WIB.
Sekadar informasi, lokasi Desa Aliyan berada cukup jauh dari pusat kota. Jarak tempuhnya sekitar 28 kilometer dari Pendopo Banyuwangi, ke arah Jember. Lebih baik, Anda menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada kendaraan umum di lokasi tersebut.
Muhammad Al Jufry sang pioner kerajinan panci mengatakan, desa ini menjadi pusat produksi panci atau perabotan rumah tangga sejak 1983. Berawal dari seorang warga asli Desa Aliyan yang datang ke Sumenep, Madura untuk mencari perajin panci.
Karena cukup terampil, Jufri ini diboyong ke Desa Aliyan untuk memberikan pelatihan. Tidak lama, dia kembali ke kampung asalnya.
Tahun 1988, dia memutuskan untuk kembali ke Desa Aliyan dan membuka produksi panci sendiri. Saat ini, jumlah pegawainya ada tiga orang. Dalam sehari, seorang perajin mampu mengolah satu lembar aluminium untuk menghasilkan delapan panci berukuran sedang.
Selain itu, Jufri membuat saringan minyak, tempat menanak nasi dan sendok sayur. Dia membanderol harga panci Rp 24.000-Rp 100.000 per unit.
Perajin lainnya adalah Soekaro. Dia sudah 30 tahun menekuni kerajinan membuat panci ini. "Saya belajar juga dari Jufry," katanya pada KONTAN, Sabtu (22/7).
Karena sudah berusia senja, saat ini, yang memproduksi seluruh panci adalah lima orang karyawannya. Soekaro sendiri hanya mengawasi jalannya produksi panci. Dalam sehari, hasil produksinya mencapai 30-36 unit panci berbagai ukuran. Namun, dia lebih banyak memproduksi panci berukuran jumbo. Dia menjual produknya dalam rentang harga mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 250.000. Sayang, dia enggan mengatakan total omzet yang didapatkannya saban bulan.
Ayo borong panci buatan Banyuwangi! (1)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Ayo borong panci buatan Banyuwangi! (1) Kamis, 21 September 2017 / 11:00 WIB
KONTAN.CO.ID – Dak.. dok…dak…dok.. Riuhnya suara palu yang beradu dengan lempeng aluminium sudah akrab terdengar di telinga warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Sejak puluhan tahun silam, desa ini terkenal dengan sentra pembuatan panci di Banyuwangi.
Menelusuri rumah-rumah warga di sepanjang jalan Desa Aliyan, tim Kontan.co.id menemukan lebih dari 20 warga yang menekuni kerajinan panci ini. Namun ternyata, kebanyakan dari mereka bukan penduduk asli, melainkan pendatang dari Pulau Madura, Jawa Timur.
Saat KONTAN mengunjungi Desa Aliyan, akhir bulan lalu, terlihat para perajin sedang mengerjakan panci. Uniknya, hampir sebagian besar perajin itu telanjang dada. Namun, KONTAN cukup memaklumi, lantaran udara di wilayah ujung Pulau Jawa tersebut sangat panas oleh terik mentari siang hari.
Untuk menghemat biaya, mereka menggunakan halaman depan rumah sebagai lokasi produksi. Jadi jangan kaget bila suara bising sudah terdengar dari saat Anda masuk lokasi ini.
Apabila ingin melihat proses produksi secara langsung, Anda bisa berkunjung pada Senin-Sabtu sekitar pukul 07.00-16.00 WIB. Berbeda dengan tempat lainnya, jam istirahat di sana mulai pukul 11.00 sampai 12.30 WIB.
Sekadar informasi, lokasi Desa Aliyan berada cukup jauh dari pusat kota. Jarak tempuhnya sekitar 28 kilometer dari Pendopo Banyuwangi, ke arah Jember. Lebih baik, Anda menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada kendaraan umum di lokasi tersebut.
Muhammad Al Jufry sang pioner kerajinan panci mengatakan, desa ini menjadi pusat produksi panci atau perabotan rumah tangga sejak 1983. Berawal dari seorang warga asli Desa Aliyan yang datang ke Sumenep, Madura untuk mencari perajin panci.
Karena cukup terampil, Jufri ini diboyong ke Desa Aliyan untuk memberikan pelatihan. Tidak lama, dia kembali ke kampung asalnya.
Tahun 1988, dia memutuskan untuk kembali ke Desa Aliyan dan membuka produksi panci sendiri. Saat ini, jumlah pegawainya ada tiga orang. Dalam sehari, seorang perajin mampu mengolah satu lembar aluminium untuk menghasilkan delapan panci berukuran sedang.
Selain itu, Jufri membuat saringan minyak, tempat menanak nasi dan sendok sayur. Dia membanderol harga panci Rp 24.000-Rp 100.000 per unit.
Perajin lainnya adalah Soekaro. Dia sudah 30 tahun menekuni kerajinan membuat panci ini. "Saya belajar juga dari Jufry," katanya pada KONTAN, Sabtu (22/7).
Karena sudah berusia senja, saat ini, yang memproduksi seluruh panci adalah lima orang karyawannya. Soekaro sendiri hanya mengawasi jalannya produksi panci. Dalam sehari, hasil produksinya mencapai 30-36 unit panci berbagai ukuran.
Namun, dia lebih banyak memproduksi panci berukuran jumbo. Dia menjual produknya dalam rentang harga mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 250.000. Sayang, dia enggan mengatakan total omzet yang didapatkannya saban bulan.
(Bersambung)
Reporter Tri Sulistiowati Editor Johana K.
SENTRA UKM
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=FQcw1hdOc7A]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]