Ayo Borong Sangkar Burung Buatan Talok, Malang (2)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Ayo Borong Sangkar Burung Buatan Talok, Malang (2) Selasa, 25 April 2017 / 18:02 WIB
Sentra pembuatan sangkar burung di Desa Talok, Kecamatan Turen, Malang, Jawa Timur sudah tersohor. Sebab, para perajin di sentra ini menjadi pemasok utama bagi pedagang sangkar burung di seluruh Indonesia.
Sore hari, Saat KONTAN menyambangi sentra ini, beberapa perajin telah selesai menggarap sangkar burung. Kebetulan, sore itu turun hujan gerimis. Bagi para perajin, hujan menjadi salah satu kendala yang menghambat proses pembuatan burung.
Pasalnya, sangkar burung yang sudah dicat harus dijemur di bawah terik matahari. Alhasil, jika musim hujan tiba, produksi menyusut dan omzet pun turun. "Kalau biasanya bisa membuat 200 sangkar per bulan, saat musim hujan turun menjadi 100-an saja," tutur Rudi Hanto, salah penjual sangkar burung di Desa Talok.
Pembuatan sangkar burung butuh waktu panjang. Rudi bilang, dari pemilahan kayu, butuh waktu sebulan untuk menyelesaikan pesanan sangkar burung. Apalagi jika harus mendesain dan membuat ukiran di sangkar burung. "Kedua proses itu bisa makan waktu hingga dua hari," kata dia.
Namun, biasanya, perajin menggarap dalam jumlah banyak sekaligus. Mereka membagi tugas pada masing-masing bagian. "Jadi, ada perajin yang mengerjakan rangkanya saja, saya bagian cat, dan sebagainya. Itulah yang membuat proses produksi bisa terus berjalan meski terkendala hujan," terang Rudi.
Oleh sebab itu, Rudi berharap daerahnya mendapat musim kemarau panjang. Selain menghambat proses produksi sangkar burung, penjualan pun menurun drastis. Dia bilang, hampir 40% omzet menurun jika musim hujan. “Kebanyakan pembeli tidak akan datang ke pasar burung karena lembab dan kerepotan. Jadi usaha sangkar burung sangat sepi pada musim hujan, sedangkan musim kemarau laris manis,” ucap pria 32 tahun ini.
Selain hujan, bisnis ini juga tergantung pada pasokan kayu, sebagai bahan utama sangkar burung. Menurut Vanda Sistian, anak Hasanudin, salah satu perajin sangkar burung, dalam proses pembuatan sangkar burung yang terpenting kondisi kayu. “Kalau kami, cuaca sedikit pengaruhnya. Yang besar justru pasokan kayu untuk membuat sangkar burung,” sebut Vanda.
Ada dua jenis kayu sebagai bahan pembuatan sangkar burung. Yakni, kayu mahoni dan kayu jati. "Kedua kayu ini yang paling cocok untuk sangkar burung," ujar Vanda.
Kedua kayu tersebut juga harus memenuhi spesifikasi khusus. Ambil contoh umur kayu. Kayu jati yang dipakai harus berumur lebih dari 30 tahun. Sementara, untuk mahoni lebih muda, cukup kayu yang berumur 10 tahun.
Setelah berbelanja, kayu itu tak langsung diolah. Baru 10 hari setelah kayu datang, para perajin mulai memprosesnya.
Lebih lanjut, Vanda menjelaskan warna dan ukiran sangkar burung juga berpengaruh pada penjualan. “Banyak yang beli sangkar warna hitam. Sementara, hiasan ukiran biasanya warna-warni," jelas dia.
Ayo Borong Sangkar Burung Buatan Talok, Malang (2)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Ayo Borong Sangkar Burung Buatan Talok, Malang (2) Selasa, 25 April 2017 / 18:02 WIB
Sentra pembuatan sangkar burung di Desa Talok, Kecamatan Turen, Malang, Jawa Timur sudah tersohor. Sebab, para perajin di sentra ini menjadi pemasok utama bagi pedagang sangkar burung di seluruh Indonesia.
Sore hari, Saat KONTAN menyambangi sentra ini, beberapa perajin telah selesai menggarap sangkar burung. Kebetulan, sore itu turun hujan gerimis. Bagi para perajin, hujan menjadi salah satu kendala yang menghambat proses pembuatan burung.
Pasalnya, sangkar burung yang sudah dicat harus dijemur di bawah terik matahari. Alhasil, jika musim hujan tiba, produksi menyusut dan omzet pun turun. "Kalau biasanya bisa membuat 200 sangkar per bulan, saat musim hujan turun menjadi 100-an saja," tutur Rudi Hanto, salah penjual sangkar burung di Desa Talok.
Pembuatan sangkar burung butuh waktu panjang. Rudi bilang, dari pemilahan kayu, butuh waktu sebulan untuk menyelesaikan pesanan sangkar burung. Apalagi jika harus mendesain dan membuat ukiran di sangkar burung. "Kedua proses itu bisa makan waktu hingga dua hari," kata dia.
Namun, biasanya, perajin menggarap dalam jumlah banyak sekaligus. Mereka membagi tugas pada masing-masing bagian. "Jadi, ada perajin yang mengerjakan rangkanya saja, saya bagian cat, dan sebagainya. Itulah yang membuat proses produksi bisa terus berjalan meski terkendala hujan," terang Rudi.
Oleh sebab itu, Rudi berharap daerahnya mendapat musim kemarau panjang. Selain menghambat proses produksi sangkar burung, penjualan pun menurun drastis. Dia bilang, hampir 40% omzet menurun jika musim hujan. “Kebanyakan pembeli tidak akan datang ke pasar burung karena lembab dan kerepotan. Jadi usaha sangkar burung sangat sepi pada musim hujan, sedangkan musim kemarau laris manis,” ucap pria 32 tahun ini.
Selain hujan, bisnis ini juga tergantung pada pasokan kayu, sebagai bahan utama sangkar burung. Menurut Vanda Sistian, anak Hasanudin, salah satu perajin sangkar burung, dalam proses pembuatan sangkar burung yang terpenting kondisi kayu. “Kalau kami, cuaca sedikit pengaruhnya. Yang besar justru pasokan kayu untuk membuat sangkar burung,” sebut Vanda.
Ada dua jenis kayu sebagai bahan pembuatan sangkar burung. Yakni, kayu mahoni dan kayu jati. "Kedua kayu ini yang paling cocok untuk sangkar burung," ujar Vanda.
Kedua kayu tersebut juga harus memenuhi spesifikasi khusus. Ambil contoh umur kayu. Kayu jati yang dipakai harus berumur lebih dari 30 tahun. Sementara, untuk mahoni lebih muda, cukup kayu yang berumur 10 tahun.
Setelah berbelanja, kayu itu tak langsung diolah. Baru 10 hari setelah kayu datang, para perajin mulai memprosesnya.
Lebih lanjut, Vanda menjelaskan warna dan ukiran sangkar burung juga berpengaruh pada penjualan. “Banyak yang beli sangkar warna hitam. Sementara, hiasan ukiran biasanya warna-warni," jelas dia.
(Bersambung)
Reporter Jane Aprilyani Editor Johana K.
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x