Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (2)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (2) Jumat, 28 April 2017 / 08:25 WIB
Sentra olahan bandeng di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Semarang berdekatan dengan tambak ikan bandeng. Meski dikelilingi tambak ikan, para pelaku usaha bandeng di sentra ini tidak memasok ikan dari para petambak yang ada di dekat wilayah mereka.
Kebanyakan para pengusaha olahan bandeng menyetok ikan dari pasar ikan. Fatkhan, salah seorang produsen olahan bandeng biasa membeli ikan di Pasar Kobong, Rejomulyo, Semarang. Fatkhan lebih memilih menyetok bandeng dari pasar karena tambak di wilayahnya tidak setiap hari panen.
Selain itu, Fatkhan juga menginginkan bandeng dengan ukuran yang sama. Sementara, bila membeli bandeng di tambak tidak bisa memilih dengan ukuran yang sama "Kalau beli di tambak kan ada yang besar dan kecil, tapi kalau di pasar sudah di sortir sesuai ukuran yang sama," kata Fatkhan.
Fatkhan memproduksi olahan bandeng setiap hari. Sekali belanja ikan, Fatkhan biasa memborong bandeng sebanyak 20 kilogram (kg). Pasokan ikan ini tidak langsung habis sekali produksi. "Namanya juga orang jualan ya kadang tidak pasti, kalau lagi sepi saya masaknya sedikit," ungkapnya.
Menurut Fatkhan, penjualan pasti ramai saat masa libur dan Lebaran. "Kalau hari biasa, ya gini saja standar," kata Fatkhan.
Pelaku usaha lainnya, Nasoka juga memasok ikan dari pasar. Nasoka biasa membeli ikan di pasar yang baru buka di malam hari sekitar jam tujuh malam. "Kalau malam hari di pasar sudah mulai berdatangan ikan yang dari luar Semarang," kata Nasoka.
Sekali belanja, Nasoka biasa membeli 10 kg bandeng. Bandeng sebanyak itu biasanya langsung dimasak sekaligus di dalam satu loyang. Produksi bandeng sebanyak itu sudah jauh turun dibanding sebelumnya. Nasoka tidak bisa membeli ikan terlalu banyak lagi karena semakin banyak pelaku usaha yang membuat permintaan sedikit turun.
Selama ini, ia memilih menjajakan bandeng di toko sembako miliknya yang berada di pinggir jalan Purwosari IV No 2, Tambakrejo. Kios milik Nasoka memang lebih strategis dibandingkan dengan kios lain yang berada di dalam gang. "Saya sudah punya langganan sendiri, kalau mereka ke Semarang mereka beli oleh-olehnya dari toko saya," kata Nasoka.
Para produsen biasa mengolah bandeng yang dimasak presto, dijadikan pepes dan otak-otak. Namun produk yang paling banyak peminatnya adalah ikan bandeng presto.
Menurut Fatkhan, dari ketiga olahan bandeng itu, proses yang paling cepat dan praktis adalah bandeng presto. Sementara proses pengolahan ikan bandeng menjadi pepes membutuhkan waktu yang paling lama. "Memasak bandeng presto itu hanya butuh waktu lima jam," kata Fatkhan yang dibantu oleh dua tetangganya dalam memproduksi olahan bandeng.
Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (2)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (2) Jumat, 28 April 2017 / 08:25 WIB
Sentra olahan bandeng di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Semarang berdekatan dengan tambak ikan bandeng. Meski dikelilingi tambak ikan, para pelaku usaha bandeng di sentra ini tidak memasok ikan dari para petambak yang ada di dekat wilayah mereka.
Kebanyakan para pengusaha olahan bandeng menyetok ikan dari pasar ikan. Fatkhan, salah seorang produsen olahan bandeng biasa membeli ikan di Pasar Kobong, Rejomulyo, Semarang. Fatkhan lebih memilih menyetok bandeng dari pasar karena tambak di wilayahnya tidak setiap hari panen.
Selain itu, Fatkhan juga menginginkan bandeng dengan ukuran yang sama. Sementara, bila membeli bandeng di tambak tidak bisa memilih dengan ukuran yang sama "Kalau beli di tambak kan ada yang besar dan kecil, tapi kalau di pasar sudah di sortir sesuai ukuran yang sama," kata Fatkhan.
Fatkhan memproduksi olahan bandeng setiap hari. Sekali belanja ikan, Fatkhan biasa memborong bandeng sebanyak 20 kilogram (kg). Pasokan ikan ini tidak langsung habis sekali produksi. "Namanya juga orang jualan ya kadang tidak pasti, kalau lagi sepi saya masaknya sedikit," ungkapnya.
Menurut Fatkhan, penjualan pasti ramai saat masa libur dan Lebaran. "Kalau hari biasa, ya gini saja standar," kata Fatkhan.
Pelaku usaha lainnya, Nasoka juga memasok ikan dari pasar. Nasoka biasa membeli ikan di pasar yang baru buka di malam hari sekitar jam tujuh malam. "Kalau malam hari di pasar sudah mulai berdatangan ikan yang dari luar Semarang," kata Nasoka.
Sekali belanja, Nasoka biasa membeli 10 kg bandeng. Bandeng sebanyak itu biasanya langsung dimasak sekaligus di dalam satu loyang. Produksi bandeng sebanyak itu sudah jauh turun dibanding sebelumnya. Nasoka tidak bisa membeli ikan terlalu banyak lagi karena semakin banyak pelaku usaha yang membuat permintaan sedikit turun.
Selama ini, ia memilih menjajakan bandeng di toko sembako miliknya yang berada di pinggir jalan Purwosari IV No 2, Tambakrejo. Kios milik Nasoka memang lebih strategis dibandingkan dengan kios lain yang berada di dalam gang. "Saya sudah punya langganan sendiri, kalau mereka ke Semarang mereka beli oleh-olehnya dari toko saya," kata Nasoka.
Para produsen biasa mengolah bandeng yang dimasak presto, dijadikan pepes dan otak-otak. Namun produk yang paling banyak peminatnya adalah ikan bandeng presto.
Menurut Fatkhan, dari ketiga olahan bandeng itu, proses yang paling cepat dan praktis adalah bandeng presto. Sementara proses pengolahan ikan bandeng menjadi pepes membutuhkan waktu yang paling lama. "Memasak bandeng presto itu hanya butuh waktu lima jam," kata Fatkhan yang dibantu oleh dua tetangganya dalam memproduksi olahan bandeng.
(Bersambung)
Reporter Danielisa Putriadita Editor Johana K.
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x