Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (3)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (3) Jumat, 28 April 2017 / 11:55 WIB
Sebagai sentra produksi bandeng presto, sebagian besar warga Tambakrejo, Semarang mengolah ikan yang hidup di air payau ini. Namun, deretan kios bandeng paling banyak terlihat di gang dengan gapura Kampung Sentra Bandeng.
Salah satunya kios milik Fatkhan yang berada di ujung gang. “Warga yang mengolah bandeng kebanyakan ada di gang ini,” ujar dia. Tak hanya bandeng presto, para pengolah bandeng di sini biasanya meracik bandeng menjadi pepes dan otak-otak.
Proses membuat bandeng presto memakan waktu lima jam. Sebelum dipresto, bandeng yang baru dibeli harus dibersihkan kotorannya dan kemudian dibumbui. Bandeng presto merupakan pengolahan paling simpel.
Sementara untuk membuat otak-otak, bandeng harus terlebih dahulu dibuang durinya. Tapi, jangan bayangkan otak-otak bandeng ini seperti yang sering Anda jumpai di Jakarta. Otak-otak bandeng merupakan olahan daging ikan yang sudah dibumbui.
Proses pengolahan yang paling lama adalah membuat pepes bandeng. “Sebab, buat pepes dari daging bandeng yang sudah di presto terlebih dahulu, setelah matang lalu diberi bumbu pepes, dan masih direbus lagi,” kata Fatkhan.
Olahan bandeng yang paling laris dari Kampung Sentra Bandeng Semarang ini adalah bandeng presto. Fatkhan membanderol bandeng prestonya seharga Rp 75.000 per kilogram (kg). Dari 20 kg pasokan bandeng segar menghasilkan 15 kg bandeng yang siap jual. Dalam sehari, Fatkhan pun bisa menuai omzet Rp 1,125 juta.
Berbeda dengan Fatkhan yang menjual bandeng dengan sistem kiloan, Nasoka menjual bandengnya dengan sistem satuan. Nasoka biasa menyetok bahan baku bandeng sebanyak 10 kilogram. Dalam sehari rata-rata Nasoka mampu menjual bandeng sebanyak 5 kg. “Saya jual bandeng per ekor, yang besar Rp 15.000 kalau yang kecil Rp 10.000,” kata Nasoka.
Persaingan antar pengusaha pengolah bandeng di sentra ini berjalan baik. “Saya tidak terlalu mikirin persaingan karena sudah punya pasar dan pelanggan sendiri-sendiri,” kata Fatkhan. Fatkhan menyediakan jasa siap antar, bagi konsumennya yang pesan melalui telepon. “Pokoknya, selama masih wilayah Semarang saya siap antar dan gratis ongkos kirim,” jelas Fatkhan.
Namun, bila sedang tidak ada stok bandeng yang siap jual, Fatkhan pun bekerja sama dengan pengusaha bandeng lainnya. Ia akan mempersilakan konsumen ke kios lain atau Fatkhan yang mengambil stok dari kios lain jika pemesanan dilakukan melalui telepon.
Senada dengan Fatkhan, Nasoka juga menganggap persaingan di sentra bandeng ini berjalan normal dan biasa saja. Nasoka mengatakan, jika stok miliknya habis, ia juga bisa ambil dari kios lain yang sudah bekerja sama dengannya.
Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (3)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Belanja olahan bandeng di Tambakrejo, Semarang (3) Jumat, 28 April 2017 / 11:55 WIB
Sebagai sentra produksi bandeng presto, sebagian besar warga Tambakrejo, Semarang mengolah ikan yang hidup di air payau ini. Namun, deretan kios bandeng paling banyak terlihat di gang dengan gapura Kampung Sentra Bandeng.
Salah satunya kios milik Fatkhan yang berada di ujung gang. “Warga yang mengolah bandeng kebanyakan ada di gang ini,” ujar dia. Tak hanya bandeng presto, para pengolah bandeng di sini biasanya meracik bandeng menjadi pepes dan otak-otak.
Proses membuat bandeng presto memakan waktu lima jam. Sebelum dipresto, bandeng yang baru dibeli harus dibersihkan kotorannya dan kemudian dibumbui. Bandeng presto merupakan pengolahan paling simpel.
Sementara untuk membuat otak-otak, bandeng harus terlebih dahulu dibuang durinya. Tapi, jangan bayangkan otak-otak bandeng ini seperti yang sering Anda jumpai di Jakarta. Otak-otak bandeng merupakan olahan daging ikan yang sudah dibumbui.
Proses pengolahan yang paling lama adalah membuat pepes bandeng. “Sebab, buat pepes dari daging bandeng yang sudah di presto terlebih dahulu, setelah matang lalu diberi bumbu pepes, dan masih direbus lagi,” kata Fatkhan.
Olahan bandeng yang paling laris dari Kampung Sentra Bandeng Semarang ini adalah bandeng presto. Fatkhan membanderol bandeng prestonya seharga Rp 75.000 per kilogram (kg). Dari 20 kg pasokan bandeng segar menghasilkan 15 kg bandeng yang siap jual. Dalam sehari, Fatkhan pun bisa menuai omzet Rp 1,125 juta.
Berbeda dengan Fatkhan yang menjual bandeng dengan sistem kiloan, Nasoka menjual bandengnya dengan sistem satuan. Nasoka biasa menyetok bahan baku bandeng sebanyak 10 kilogram. Dalam sehari rata-rata Nasoka mampu menjual bandeng sebanyak 5 kg. “Saya jual bandeng per ekor, yang besar Rp 15.000 kalau yang kecil Rp 10.000,” kata Nasoka.
Persaingan antar pengusaha pengolah bandeng di sentra ini berjalan baik. “Saya tidak terlalu mikirin persaingan karena sudah punya pasar dan pelanggan sendiri-sendiri,” kata Fatkhan. Fatkhan menyediakan jasa siap antar, bagi konsumennya yang pesan melalui telepon. “Pokoknya, selama masih wilayah Semarang saya siap antar dan gratis ongkos kirim,” jelas Fatkhan.
Namun, bila sedang tidak ada stok bandeng yang siap jual, Fatkhan pun bekerja sama dengan pengusaha bandeng lainnya. Ia akan mempersilakan konsumen ke kios lain atau Fatkhan yang mengambil stok dari kios lain jika pemesanan dilakukan melalui telepon.
Senada dengan Fatkhan, Nasoka juga menganggap persaingan di sentra bandeng ini berjalan normal dan biasa saja. Nasoka mengatakan, jika stok miliknya habis, ia juga bisa ambil dari kios lain yang sudah bekerja sama dengannya.
(Selesai)
Reporter Danielisa Putriadita Editor Johana K.
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x