PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Bersaing gaet konsumen lewat kualitas & harga (2) Senin, 17 April 2017 / 16:26 WIB
JAKARTA. Meski sudah populer sejak tahun 2015 silam, tren angka tempat tidur berbentuk rumah atau populer dengan nama house bed masih berlanjut hingga sekarang.
Itu juga yang mendorong banyak orang tertarik terjun ke bisnis ini. Bahkan, belakangan semakin banyak orang yang tergoda manisnya laba bisnis rangka tempat tidur yang unik tersebut. Kondisi ini memuat persaingan bisnis house bed berlangsung ketat.
Tiap-tiap pelaku usaha pun memiliki trik khusus untuk bersaing. Salah satunya dengan menjaga kualitas produk. Jessica Maria, salah satu pengusaha house bed online yang berdomisili di Jakarta mengakui, pemain bisnis ini terus bertambah. "Di tengah ketatnya persaingan kami konsisten dengan kualitas," katanya.
Ia yang berlatar pendidikan desain interior ini selalu berupaya menghadirkan desain-desain house bed baru. “Saya berangkat dari hobi dan passion, jadi hasilnya juga akan beda” ujar Jessica.
Ia sendiri mengakui, peminat house bed masih tinggi. Saat ini, dengan sistem pre order Jessica bisa melayani 20-30 pesanan bed setiap bulannya. Semua pesanan dirampungkannya di-workshop miliknya di Bekasi.
Pemilik toko daring Hello Jolie ini menjelaskan, bahwa pengerjaan satu bed bisa memakan waktu hingga satu bulan. Lama pengerjaan bed ini juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. “Kadang hujan, kan kayunya harus dijemur,” ujar Jessica.
Wajar saja, pasalnya material yang digunakan untuk jenis bed ini adalah kayu. Jessica bilang, kayu yang digunakan adalah kayu Jati Belanda. Beberapa furnitur anak lain yang turut ia produksi juga menggunakan kayu mahoni, pinus dan jati.
Begitu pula halnya dengan Gayatri Falahanie yang akrab disapa Hanie. Wanita yang memproduksi dan menjual house bed sejak tahun 2016 ini, juga menggunakan jenis kayu jati belanda. “Sebagian yang kami stok itu mahoni dan meranti,” jelasnya.
Hanie juga menerapkan sistem pre order untuk costumer di toko online Dear My Deen miliknya. Ia bilang, paling lama butuh waktu 10 hari hingga house bed bisa dikirim ke pelanggan. “Pembuatannya bisa memakan waktu 2-3 hari,” jelasnya.
Hanie bilang, masa pengerjaan pesanan bed yang singkat menjadi salah satu strateginya dalam menghadapi persaingan bisnis. Selain itu, soal harga juga jadi prioritasnya. “Selain waktu pengerjaan yang lebih singkat, kami tawarkan harga yang lebih murah,” tuturnya.
Bicara soal tantangan dan kendala, kedua pelaku usaha house bed ini mengungkapkan hal yang berbeda. Jessica bilang, ia kerap terkendala di proses produksi yang molor. Selain disebabkan cuaca, SDM turut mempengaruhi.
Sementara Hanie punya pengalaman lain dengan costumer. “Yang pesan kan ibu-ibu, kadang tidak aware sama ukuran bed. Jadi kadang salah,” tuturnya.
Bersaing gaet konsumen lewat kualitas & harga (2)
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Bersaing gaet konsumen lewat kualitas & harga (2) Senin, 17 April 2017 / 16:26 WIB
JAKARTA. Meski sudah populer sejak tahun 2015 silam, tren angka tempat tidur berbentuk rumah atau populer dengan nama house bed masih berlanjut hingga sekarang.
Itu juga yang mendorong banyak orang tertarik terjun ke bisnis ini. Bahkan, belakangan semakin banyak orang yang tergoda manisnya laba bisnis rangka tempat tidur yang unik tersebut. Kondisi ini memuat persaingan bisnis house bed berlangsung ketat.
BACA JUGA :
Tiap-tiap pelaku usaha pun memiliki trik khusus untuk bersaing. Salah satunya dengan menjaga kualitas produk. Jessica Maria, salah satu pengusaha house bed online yang berdomisili di Jakarta mengakui, pemain bisnis ini terus bertambah. "Di tengah ketatnya persaingan kami konsisten dengan kualitas," katanya.
Ia yang berlatar pendidikan desain interior ini selalu berupaya menghadirkan desain-desain house bed baru. “Saya berangkat dari hobi dan passion, jadi hasilnya juga akan beda” ujar Jessica.
Ia sendiri mengakui, peminat house bed masih tinggi. Saat ini, dengan sistem pre order Jessica bisa melayani 20-30 pesanan bed setiap bulannya. Semua pesanan dirampungkannya di-workshop miliknya di Bekasi.
Pemilik toko daring Hello Jolie ini menjelaskan, bahwa pengerjaan satu bed bisa memakan waktu hingga satu bulan. Lama pengerjaan bed ini juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. “Kadang hujan, kan kayunya harus dijemur,” ujar Jessica.
Wajar saja, pasalnya material yang digunakan untuk jenis bed ini adalah kayu. Jessica bilang, kayu yang digunakan adalah kayu Jati Belanda. Beberapa furnitur anak lain yang turut ia produksi juga menggunakan kayu mahoni, pinus dan jati.
Begitu pula halnya dengan Gayatri Falahanie yang akrab disapa Hanie. Wanita yang memproduksi dan menjual house bed sejak tahun 2016 ini, juga menggunakan jenis kayu jati belanda. “Sebagian yang kami stok itu mahoni dan meranti,” jelasnya.
Hanie juga menerapkan sistem pre order untuk costumer di toko online Dear My Deen miliknya. Ia bilang, paling lama butuh waktu 10 hari hingga house bed bisa dikirim ke pelanggan. “Pembuatannya bisa memakan waktu 2-3 hari,” jelasnya.
Hanie bilang, masa pengerjaan pesanan bed yang singkat menjadi salah satu strateginya dalam menghadapi persaingan bisnis. Selain itu, soal harga juga jadi prioritasnya. “Selain waktu pengerjaan yang lebih singkat, kami tawarkan harga yang lebih murah,” tuturnya.
Bicara soal tantangan dan kendala, kedua pelaku usaha house bed ini mengungkapkan hal yang berbeda. Jessica bilang, ia kerap terkendala di proses produksi yang molor. Selain disebabkan cuaca, SDM turut mempengaruhi.
Sementara Hanie punya pengalaman lain dengan costumer. “Yang pesan kan ibu-ibu, kadang tidak aware sama ukuran bed. Jadi kadang salah,” tuturnya.
(Selesai)
Reporter Nisa Dwiresya Putri Editor Havid Vebri
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x