PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Bertandang ke sentra sapi perah di Malang (1) Sabtu, 06 Mei 2017 / 09:05 WIB
Selain sebagai daerah penghasil sayuran dan perkebunan, Kota Malang, Jawa Timur juga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil susu sapi perah. Salah satu sentra peternakan sapi perah terbesar di Malang ada di Desa Sebaluh, Kelurahan Pandesari, Kecamatan Pujon.
Di desa ini terdapat 500 peternak sapi perah. Susu sapi yang dihasilkan dikirim ke koperasi untuk disuplai ke pabrik Nestle. Daerah ini memang cocok menjadi pusat peternakan karena udaranya sejuk dan berhawa dingin.
Lokasi sentra peternakan sapi perah ini cukup jauh dari pusat Kota Malang. Sekitar dua jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Saat KONTAN mengunjungi sentra ini, tampak rumah-rumah warga yang dilengkapi dengan kandang sapi.
Hampir semua rumah di desa ini memiliki kandang sapi. Seperti pasangan suami istri Karmanu Wongso dan Patia Ningsih. Mulai beternak sapi pada tahun 1992, Patia mengaku tidak memiliki lahan untuk bertani. Oleh karena itu, ia memilih beternak sapi untuk memenuhi perekonomian keluarga. "Tidak ada pabrik disini dan tidak bisa bekerja kantoran, jadi pilih untuk ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujar Patia yang berusia 56 tahun.
Patia sendiri memiliki delapan ekor sapi berukuran besar. Dari delapan ekor itu, satu ekor masih dara alias belum pernah melahirkan sehingga tidak bisa menghasilkan susu.
Dalam sehari, Patia dan suami memerah susu dua kali, yakni pagi pukul 09.00 dan sore pukul 18.00. Pada pagi hari, produksi susu yang mereka hasilkan bisa 54-55 liter. Sementara pada sore hari bisa menghasilkan 35 liter susu sapi.
Setelah memerah susu sapi, hasilnya langsung dikirim ke koperasi yang tidak jauh dari kediamannya. Untuk hasil susu perah, koperasi membayar Rp 5.070 per liter. Diperkirakan omzet yang diperoleh per hari mencapai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Omzet itu lantas dipotong biaya operasional buat pakan dan biaya pengobatan sapi.
Patia menuturkan, seluruh hasil produksi susu dari Desa Sebaluh selalu dikirimkan ke pabrik Nestle. "Koperasi selalu mengadakan rapat dan bilang hasil susu sapi kami disuplai ke Nestle," beber Patia.
Dengan adanya koperasi, para peternak semakin semangat dalam mengelola usahanya karena ada kepastian pasar yang bakal menyerap produknya. "Kami tidak pusing-pusing lagi menjualnya, persaingan juga menjadi sehat," jelasnya.
Tidak jauh dari rumah Patia, KONTAN juga berkunjung ke rumah Jamal Kurnia. Sudah beternak sapi sejak tahun 1990, Jamal telah memiliki 30 ekor sapi perah dan 10 ekor sapi ukuran kecil. Berbeda dengan peternak sapi lain, Jamal juga memiliki lahan untuk membudidayakan aneka sayuran seperti labu, wortel, brokoli, kubis dan lainnya.
Hanya, Jamal fokus merawat sapi dan menyerahkan lahan budidaya sayuran ke saudaranya. "Usaha susu sapi disini paling besar," kata Jamal. Dalam sehari, dia bisa menghasilkan 60 liter susu sapi pada pagi hari dan 35 liter pada sore hari.
Bertandang ke sentra sapi perah di Malang (1)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Bertandang ke sentra sapi perah di Malang (1) Sabtu, 06 Mei 2017 / 09:05 WIB
Selain sebagai daerah penghasil sayuran dan perkebunan, Kota Malang, Jawa Timur juga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil susu sapi perah. Salah satu sentra peternakan sapi perah terbesar di Malang ada di Desa Sebaluh, Kelurahan Pandesari, Kecamatan Pujon.
Di desa ini terdapat 500 peternak sapi perah. Susu sapi yang dihasilkan dikirim ke koperasi untuk disuplai ke pabrik Nestle. Daerah ini memang cocok menjadi pusat peternakan karena udaranya sejuk dan berhawa dingin.
Lokasi sentra peternakan sapi perah ini cukup jauh dari pusat Kota Malang. Sekitar dua jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Saat KONTAN mengunjungi sentra ini, tampak rumah-rumah warga yang dilengkapi dengan kandang sapi.
Hampir semua rumah di desa ini memiliki kandang sapi. Seperti pasangan suami istri Karmanu Wongso dan Patia Ningsih. Mulai beternak sapi pada tahun 1992, Patia mengaku tidak memiliki lahan untuk bertani. Oleh karena itu, ia memilih beternak sapi untuk memenuhi perekonomian keluarga. "Tidak ada pabrik disini dan tidak bisa bekerja kantoran, jadi pilih untuk ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujar Patia yang berusia 56 tahun.
Patia sendiri memiliki delapan ekor sapi berukuran besar. Dari delapan ekor itu, satu ekor masih dara alias belum pernah melahirkan sehingga tidak bisa menghasilkan susu.
Dalam sehari, Patia dan suami memerah susu dua kali, yakni pagi pukul 09.00 dan sore pukul 18.00. Pada pagi hari, produksi susu yang mereka hasilkan bisa 54-55 liter. Sementara pada sore hari bisa menghasilkan 35 liter susu sapi.
Setelah memerah susu sapi, hasilnya langsung dikirim ke koperasi yang tidak jauh dari kediamannya. Untuk hasil susu perah, koperasi membayar Rp 5.070 per liter. Diperkirakan omzet yang diperoleh per hari mencapai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Omzet itu lantas dipotong biaya operasional buat pakan dan biaya pengobatan sapi.
Patia menuturkan, seluruh hasil produksi susu dari Desa Sebaluh selalu dikirimkan ke pabrik Nestle. "Koperasi selalu mengadakan rapat dan bilang hasil susu sapi kami disuplai ke Nestle," beber Patia.
Dengan adanya koperasi, para peternak semakin semangat dalam mengelola usahanya karena ada kepastian pasar yang bakal menyerap produknya. "Kami tidak pusing-pusing lagi menjualnya, persaingan juga menjadi sehat," jelasnya.
Tidak jauh dari rumah Patia, KONTAN juga berkunjung ke rumah Jamal Kurnia. Sudah beternak sapi sejak tahun 1990, Jamal telah memiliki 30 ekor sapi perah dan 10 ekor sapi ukuran kecil. Berbeda dengan peternak sapi lain, Jamal juga memiliki lahan untuk membudidayakan aneka sayuran seperti labu, wortel, brokoli, kubis dan lainnya.
Hanya, Jamal fokus merawat sapi dan menyerahkan lahan budidaya sayuran ke saudaranya. "Usaha susu sapi disini paling besar," kata Jamal. Dalam sehari, dia bisa menghasilkan 60 liter susu sapi pada pagi hari dan 35 liter pada sore hari.
(Bersambung)
Reporter Jane Aprilyani Editor Johana K.
SUSU
Feedback ↑ x Feedback ↓ x