PELUANG USAHA / START UP Biar pelancong muslim nyaman keliling dunia Kamis, 07 Desember 2017 / 08:25 WIB
KONTAN.CO.ID – Jalan-jalan keliling dunia? Siapa yang enggak mau. Cuma, buat pelancong beragama Islam, pelesiran ke berbagai negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim jadi tantangan tersendiri.
Tantangannya adalah ketersedian tempat makan halal juga keterbatasan tempat salat. Menurut Mahdi Bashroni Rizal, Chief Executive Officer (CEO) Halal Local Indonesia, kedua lokasi itu terbilang sulit dijumpai di negara-negara dengan populasi muslim sedikit.
Memang, di era digitalisasi seperti sekarang, solusi atas tantangan mencari tempat makan halal dan salat bagi pelancong muslim bisa dikatakan gampang. Cukup dengan menjelajah dunia maya untuk mencari kedua lokasi tersebut. Kemudian, melakukan pengecekan alamat lewat aplikasi pemetaan, Google Map.
Tapi, Mahdi bilang, prosesnya ribet, tidak mudah. “Orang inginnya, ketika buka aplikasi langsung bisa cek peta dan kelihatan ikon-ikon tempat makan halal dan masjid. Tinggal klik untuk lihat menu dan bisa dipandu menuju lokasi layaknya Google Map,” kata dia.
Berangkat dari keinginan itu, Muhammad Senoyodha Brennaf dan Nurma Larasati mulai membangun perusahaan rintisan (start-up) dengan tajuk Halal Local Indonesia. “Terinspirasi juga dari perjalanan ke China, Jepang, dan Korea yang kebanyakan warganya tidak bisa berbahasa Inggris, jadi susah kalau mau tanya soal tempat makanan halal, masjid, atau hotel,” ujar Senoyodha.
Melalui situs dan sebuah aplikasi gratis yang tersedia untuk perangkat dengan sistem operasi Android dan iOS, Halal Local menciptakan fitur-fitur untuk membantu pelancong muslim merencanakan perjalanannya. Perencanaan ini enggak hanya di luar negeri, juga perjalanan wisata di dalam negeri. “Kami menyediakan aplikasi yang bisa membantu wisatawan muslim lebih nyaman traveling,” ungkap Mahdi.
Apalagi, pariwisata halal (halal tourism) menjadi salah satu segmen industri pariwisata yang pertumbuhannya paling pesat. Mahdi menyebutkan, berdasarkan penelitian Master Card, pada 2015 terdapat 120 juta muslim yang melakukan perjalanan wisata internasional.
Angkanya bakal menyentuh 167 juta orang di 2020 mendatang. Alhasil, kenaikannya mencapai 45% selama lima tahun.
Saat ini, Mahdi menambahkan, nilai pariwisata halal global sebesar US$ 200 miliar dan akan menjadi US$ 300 miliar dalam satu dekade mendatang. Jadi, potensi pasar pelancong muslim sangat besar.
Tak heran, negara yang notabene penduduk muslimnya sedikit, seperti Jepang dan Korea Selatan, menangkap potensi pasar yang sangat besar itu. “Mereka dengan aktif mengkampanyekan negaranya sebagai tempat atau tujuan wisata yang ramah untuk wisatawan muslim (muslim friendly tourism),” ujar Mahdi.
Contoh, Jepang dan Korea menyediakan tempat salat di titik-titik penting seperti bandara. Mereka juga membuat panduan (guide) untuk tempat makan halal.
Meski begitu, masih banyak negara yang belum melakukan kampanye layaknya Jepang dan Korea. Itu sebabnya, jumlah pelancong muslim yang semakin besar tetap butuh solusi yang praktis untuk membantu mereka merencanakan perjalanannya dengan nyaman.
Dapat pendanaan
Halal Local masih terbilang baru di dunia start-up, berdiri Mei 2016 lalu. Perjalanannya bermula ketika Halal Local memenangkan HiSTAR Competition 2016, kompetisi start-up internasional kerjasama Pemerintah Inggris dan China.
Dari ajang itu, Senoyodha mengatakan, Halal Local mendapatkan hadiah senilai US$ 100.000. Tapi, “Syaratnya, harus bikin kantor di China. Karena, timnya belum lengkap, kami belum bikin,” ucapnya.
Namun, pada September 2016, mengantongi pendanaan dari investor sebesar US$ 5.000, lalu akhir tahun mendapat lagi tambahan modal US$ 18.000. “Tim kami baru benar-benar lengkap April lalu,” kata Senoyodha yang juga CEO PT Astrajingga Inovasi Digital, induk usaha dari Halal Local.
Mahdi menambahkan, bulan lalu, Halal Local juga memperoleh suntikan dana dari Badan Ekonomi Kreatif. Tapi, ia tidak mengungkap jumlahnya.
Saat ini, Halal Local menawarkan empat fitur di lamannya. Pertama, Halal Food yang memberikan informasi tempat-tempat makan halal. Kedua, Prayer yakni rekomendasi tempat ibadah terdekat.
Lewat kedua fitur itu, proses pencarian tempat makan halal dan salat mudah. Soalnya, ikon restoran atau kedai halal dan masjid tampak pada peta.
Pengguna cukup klik ikon tersebut untuk melihat penilaian (review) restoran atau kedai. Pengguna bisa mendapat panduan menuju ke tempat makan halal dan masjid terdekat.
Ketiga, Halal Trip. Fitur ini merupakan marketplace yang menawarkan paket wisata halal. “Tahun ini, ada empat paket trip yang sudah Halal Local jalankan secara mandiri seperti ke Korea,” ungkap Mahdi.
Untuk tahun depan, Halal Local akan bekerjasama dengan operator dan agen perjalanan dalam menyediakan paket muslim friendly trip, yaitu makanannya dijamin halal dan ada waktu untuk salat di tengah jadwal tur. “Harapan kami, jumlahnya naik drastis. Kami juga sedang menimbang untuk menyediakan marketplace untuk umrah,” tambah Mahdi.
Keempat, Halal Bed. Fitur ini memberikan fasilitas pemesanan (booking) hotel yang ramah untuk pelancong muslim (muslim friendly hotel).
Cuma, di luar negeri, cukup sulit mendapatkan hotel berlabel halal. Untuk di Indonesia, Halal Local bakal berkongsi dengan hotel syariah yang belakangan mulai banyak bermunculan.
Saat ini, Mahdi menyatakan, Halal Local memiliki sekitar 130.000 database dan akan terus bertambah. Data itu meliputi restoran atau kedai halal, masjid, penginapan halal.
Kembangkan aplikasi
Untuk aplikasi, Halal Local masih melakukan pengembangan. Sebelumnya, mereka sudah merilis fase alpha dan banyak mendapat masukan (feedback) dari pengguna yang melakukan uji coba.
Dari tanggapan positif pengguna, Halal Local meningkatkan pengalaman pengguna (user experience). Jadi, begitu meluncur kelak, aplikasi mereka sudah jauh lebih siap.
“Dalam waktu dekat, fokus kami menyelesaikan pembuatan aplikasi dan meningkatkan kesadaran merek (brand awareness), sebelum rilis melalui pemasaran digital (digital marketing),” beber Mahdi.
Targetnya, Senoyodha menambahkan, paling cepat Desember 2017 nanti atau selambatnya Januari 2018 mendatang, Aplikasi Halal Local sudah bisa diunduh di perangkat berbasis Android maupun iOS.
Mahdi menambahkan, Halal Local sedang mencari pendanaan tambahan untuk membiayai kegiatan pemasaran atau user acquisition, pasca aplikasi mereka sudah meluncur.
Lantaran masih fokus mengembangkan aplikasi, sejauh ini Halal Local belum banyak memperoleh keuntungan. Pendapatan mereka baru dari hasil menjual paket perjalanan halal melalui media digital untuk memenuhi kebutuhan pasar. “Sudah mendapat pendapatan Rp 1,2 miliar dalam empat bulan,” imbuh Senoyodha.
Tantangan terbesar sekarang, Mahdi bilang, adalah bagaimana menggunakan sumber daya yang ada seefesien mungkin dangan pekerjaan yang cukup banyak. Maklum, tim Halal Local saat ini baru sembilan orang, mulai di pengembangan aplikasi, pemasaran, rekrutmen, hingga mencari partner bisnis.
Biar pelancong muslim nyaman keliling dunia
PELUANG USAHA / START UP Biar pelancong muslim nyaman keliling dunia Kamis, 07 Desember 2017 / 08:25 WIB
KONTAN.CO.ID – Jalan-jalan keliling dunia? Siapa yang enggak mau. Cuma, buat pelancong beragama Islam, pelesiran ke berbagai negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim jadi tantangan tersendiri.
Tantangannya adalah ketersedian tempat makan halal juga keterbatasan tempat salat. Menurut Mahdi Bashroni Rizal, Chief Executive Officer (CEO) Halal Local Indonesia, kedua lokasi itu terbilang sulit dijumpai di negara-negara dengan populasi muslim sedikit.
Memang, di era digitalisasi seperti sekarang, solusi atas tantangan mencari tempat makan halal dan salat bagi pelancong muslim bisa dikatakan gampang. Cukup dengan menjelajah dunia maya untuk mencari kedua lokasi tersebut. Kemudian, melakukan pengecekan alamat lewat aplikasi pemetaan, Google Map.
Tapi, Mahdi bilang, prosesnya ribet, tidak mudah. “Orang inginnya, ketika buka aplikasi langsung bisa cek peta dan kelihatan ikon-ikon tempat makan halal dan masjid. Tinggal klik untuk lihat menu dan bisa dipandu menuju lokasi layaknya Google Map,” kata dia.
Berangkat dari keinginan itu, Muhammad Senoyodha Brennaf dan Nurma Larasati mulai membangun perusahaan rintisan (start-up) dengan tajuk Halal Local Indonesia. “Terinspirasi juga dari perjalanan ke China, Jepang, dan Korea yang kebanyakan warganya tidak bisa berbahasa Inggris, jadi susah kalau mau tanya soal tempat makanan halal, masjid, atau hotel,” ujar Senoyodha.
Melalui situs dan sebuah aplikasi gratis yang tersedia untuk perangkat dengan sistem operasi Android dan iOS, Halal Local menciptakan fitur-fitur untuk membantu pelancong muslim merencanakan perjalanannya. Perencanaan ini enggak hanya di luar negeri, juga perjalanan wisata di dalam negeri. “Kami menyediakan aplikasi yang bisa membantu wisatawan muslim lebih nyaman traveling,” ungkap Mahdi.
Apalagi, pariwisata halal (halal tourism) menjadi salah satu segmen industri pariwisata yang pertumbuhannya paling pesat. Mahdi menyebutkan, berdasarkan penelitian Master Card, pada 2015 terdapat 120 juta muslim yang melakukan perjalanan wisata internasional.
Angkanya bakal menyentuh 167 juta orang di 2020 mendatang. Alhasil, kenaikannya mencapai 45% selama lima tahun.
Saat ini, Mahdi menambahkan, nilai pariwisata halal global sebesar US$ 200 miliar dan akan menjadi US$ 300 miliar dalam satu dekade mendatang. Jadi, potensi pasar pelancong muslim sangat besar.
Tak heran, negara yang notabene penduduk muslimnya sedikit, seperti Jepang dan Korea Selatan, menangkap potensi pasar yang sangat besar itu. “Mereka dengan aktif mengkampanyekan negaranya sebagai tempat atau tujuan wisata yang ramah untuk wisatawan muslim (muslim friendly tourism),” ujar Mahdi.
Contoh, Jepang dan Korea menyediakan tempat salat di titik-titik penting seperti bandara. Mereka juga membuat panduan (guide) untuk tempat makan halal.
Meski begitu, masih banyak negara yang belum melakukan kampanye layaknya Jepang dan Korea. Itu sebabnya, jumlah pelancong muslim yang semakin besar tetap butuh solusi yang praktis untuk membantu mereka merencanakan perjalanannya dengan nyaman.
Dapat pendanaan
Halal Local masih terbilang baru di dunia start-up, berdiri Mei 2016 lalu. Perjalanannya bermula ketika Halal Local memenangkan HiSTAR Competition 2016, kompetisi start-up internasional kerjasama Pemerintah Inggris dan China.
Dari ajang itu, Senoyodha mengatakan, Halal Local mendapatkan hadiah senilai US$ 100.000. Tapi, “Syaratnya, harus bikin kantor di China. Karena, timnya belum lengkap, kami belum bikin,” ucapnya.
Namun, pada September 2016, mengantongi pendanaan dari investor sebesar US$ 5.000, lalu akhir tahun mendapat lagi tambahan modal US$ 18.000. “Tim kami baru benar-benar lengkap April lalu,” kata Senoyodha yang juga CEO PT Astrajingga Inovasi Digital, induk usaha dari Halal Local.
Mahdi menambahkan, bulan lalu, Halal Local juga memperoleh suntikan dana dari Badan Ekonomi Kreatif. Tapi, ia tidak mengungkap jumlahnya.
Saat ini, Halal Local menawarkan empat fitur di lamannya. Pertama, Halal Food yang memberikan informasi tempat-tempat makan halal. Kedua, Prayer yakni rekomendasi tempat ibadah terdekat.
Lewat kedua fitur itu, proses pencarian tempat makan halal dan salat mudah. Soalnya, ikon restoran atau kedai halal dan masjid tampak pada peta.
Pengguna cukup klik ikon tersebut untuk melihat penilaian (review) restoran atau kedai. Pengguna bisa mendapat panduan menuju ke tempat makan halal dan masjid terdekat.
Ketiga, Halal Trip. Fitur ini merupakan marketplace yang menawarkan paket wisata halal. “Tahun ini, ada empat paket trip yang sudah Halal Local jalankan secara mandiri seperti ke Korea,” ungkap Mahdi.
Untuk tahun depan, Halal Local akan bekerjasama dengan operator dan agen perjalanan dalam menyediakan paket muslim friendly trip, yaitu makanannya dijamin halal dan ada waktu untuk salat di tengah jadwal tur. “Harapan kami, jumlahnya naik drastis. Kami juga sedang menimbang untuk menyediakan marketplace untuk umrah,” tambah Mahdi.
Keempat, Halal Bed. Fitur ini memberikan fasilitas pemesanan (booking) hotel yang ramah untuk pelancong muslim (muslim friendly hotel).
Cuma, di luar negeri, cukup sulit mendapatkan hotel berlabel halal. Untuk di Indonesia, Halal Local bakal berkongsi dengan hotel syariah yang belakangan mulai banyak bermunculan.
Saat ini, Mahdi menyatakan, Halal Local memiliki sekitar 130.000 database dan akan terus bertambah. Data itu meliputi restoran atau kedai halal, masjid, penginapan halal.
Kembangkan aplikasi
Untuk aplikasi, Halal Local masih melakukan pengembangan. Sebelumnya, mereka sudah merilis fase alpha dan banyak mendapat masukan (feedback) dari pengguna yang melakukan uji coba.
Dari tanggapan positif pengguna, Halal Local meningkatkan pengalaman pengguna (user experience). Jadi, begitu meluncur kelak, aplikasi mereka sudah jauh lebih siap.
“Dalam waktu dekat, fokus kami menyelesaikan pembuatan aplikasi dan meningkatkan kesadaran merek (brand awareness), sebelum rilis melalui pemasaran digital (digital marketing),” beber Mahdi.
Targetnya, Senoyodha menambahkan, paling cepat Desember 2017 nanti atau selambatnya Januari 2018 mendatang, Aplikasi Halal Local sudah bisa diunduh di perangkat berbasis Android maupun iOS.
Mahdi menambahkan, Halal Local sedang mencari pendanaan tambahan untuk membiayai kegiatan pemasaran atau user acquisition, pasca aplikasi mereka sudah meluncur.
Lantaran masih fokus mengembangkan aplikasi, sejauh ini Halal Local belum banyak memperoleh keuntungan. Pendapatan mereka baru dari hasil menjual paket perjalanan halal melalui media digital untuk memenuhi kebutuhan pasar. “Sudah mendapat pendapatan
Rp 1,2 miliar dalam empat bulan,” imbuh Senoyodha.
Tantangan terbesar sekarang, Mahdi bilang, adalah bagaimana menggunakan sumber daya yang ada seefesien mungkin dangan pekerjaan yang cukup banyak. Maklum, tim Halal Local saat ini baru sembilan orang, mulai di pengembangan aplikasi, pemasaran, rekrutmen, hingga mencari partner bisnis.
Demi membantu liburan nyaman pelancong muslim.
Reporter Francisca Bertha Vistika Editor S.S. Kurniawan
BISNIS START-UP
[youtube https://www.youtub
e.com/watch?v=E4Y-jxDz90M]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]