JAKARTA. USAHA minuman kesehatan seperti susu segar kian menjamur. Gerainya pun bisa ditemui dalam berbagai bentuk. Mulai dari booth, gerobak hingga dalam bentuk kafe yang unik. Potensi usaha gerai susu segar pun cukup besar lantaran bisa dikonsumsi oleh berbagai kalangan.
Berbisnis susu agaknya semanis rasanya. Itu sebabnya, penjual olahan susu segar dengan mudah bisa kita temui. Malah, tak sedikit dari mereka yang mengembangkan usaha dengan menawarkan kemitraan atau waralaba.
Nah, dalam review kali ini, KONTAN akan mengulas tiga tawaran kemitraan susu, yaitu Maoomik, Eco Moo Suu, dan Poke Milk. Dari ketiga usaha kemitraan ini dua diantaranya mengalami perkembangan pesat. Sedangkan satu usaha memutuskan untuk menutup tawaran kemitraan, berikut ulasan selengkapnya.
Maoomik
Usaha susu besutan Widyawanto asal Bekasi ini beroperasi sejak Maret 2014 lalu. Tiga bulan sejak buka, usaha ini langsung menawarkan kemitraan. Sebelumnya, KONTAN sempat mengulasnya pada November 2015.
Saat itu, Maoomik sudah memiliki 48 gerai. Dari jumlah itu, sekitar 46 di antaranya adalah gerai mitra yang tersebar di Bekasi, Manggarai, Bukit Duri, Bogor, Makassar hingga Papua.
Sedangkan, dua gerai lainnya milik pusat yang berada di Bekasi. Nah, saat ini jumlah mitra terus bertambah. Total ada 78 mitra yang bergabung dan satu gerai pusat di Bekasi. "Saat ini juga bekerjasama dengan peternak sapi di Bandung," ujar Widyawanto.
Untuk paket investasi, nilai yang ditawarkan sedikit berubah. Sebelumnya, Maoomik menawarkan empat paket investasi, yaitu paket Maoomik Susu Ekonomis senilai Rp 2,5 juta, paket Maoomik senilai Rp 9 juta, paket Maoomik senilai Rp 10 juta dan paket Maoomik eksklusif senilai Rp 12 juta. Kini, ada tujuh paket yang ditawarkan.
Diantaranya paket bahan baku senilai Rp 2,5 juta, paket bahan baku dan peralatan Rp 4,5 juta, paket portabel Rp 8 juta, paket minimalis II Rp 9 juta, paket minimalis I Rp 10 juta, paket eksklusif Rp 12 juta dan paket istimewa senilai Rp 17 juta.
Masing-masing paket sudah termasuk pasokan 20 liter susu murni, bubuk perasa, sirup, gula cair, peralatan usaha, banner dan pelatihan karyawan. Yang membedakan tiap paket adalah jumlah bubuk perasa, peralatan dan booth yang didapat.
Sistem kerjasama yang ditawarkan Maoomik masih sama yaitu kemitraan seumur hidup. Dalam kemitraan ini, mitra cukup membeli bahan baku ke pusat. Mitra sendiri tidak dipungut franchise fee dan royalty fee dalam kerjasama ini, sehingga semua keuntungan menjadi hak milik mitra.
Tidak hanya paket investasi yang berubah, varian rasa susu yang dijual mitra pun semakin beragam. Widyawanto mengatakan, ada sekitar 40-an rasa yang ditawarkan pusat ke mitra. "Tetapi umumnya ada 20 rasa dan rasa susu lain bisa request," katanya.
Kendati mitra usahanya terus bertambah, Widyawanto mengaku tidak mengalami kendala yang sulit dalam mengelola bisnis ini. Untuk pasokan bahan baku susu segar ke mitra usaha juga dijamin aman karena ia sudah menggandeng peternak sapi.
Widyawanto sendiri optimistis bisnisnya masih akan tumbuh. Ia menargetkan, hingga akhir tahun ini bisa memiliki lebih dari 100 mitra usaha.
Eco Moo Suu
Pemain lainnya adalah Sukidi Priyowiyono yang mengusung brand Eco Moo Susu di Cijantung, Jakarta. Usaha ini didirikan oleh Sukidi Priyowiyono pada 2015 dan langsung menawarkan kemitraan. Hampir genap dua tahun berjalan, Eco Moo Susu terus menunjukkan perkembangan yang baik.
Sempat ditulis KONTAN pada Desember 2015, Eco Moo Susu sudah memiliki 31 gerai. Kini jumlah gerainya bertambah menjadi 70 gerai. "Paling jauh itu ada di Kendari," ujar Sukidi.
Menyediakan menu susu segar, Sukidi mengakui bahwa bisnis ini sulit untuk dikembangkan ke lokasi yang jauh. Maka dari itu, kebanyakan gerai mitra berada di wilayah Jabodetabek. Meski demikian, penjualan mitra dari tahun ke tahun meningkat sekitar 10%.
Tak berubah, harga jual 20 varian rasa susu sapi masih berkisar Rp 8.000-Rp 10.000 per cup. Sukidi bilang, dengan harga jual tersebut mitra bisa meraup omzet sekitar Rp 30 juta dalam satu bulan. "Tapi semua juga bergantung lokasi usahanya," ujarnya.
Menurut Sukidi, lokasi potensial untuk berjualan susu berada di dekat keramaiam, terutama di sekitar sekolah. Menurutnya, para siswa memang menjadi sasaran utama produk ini.
Bicara soal kendala, Sukidi tidak merasakan banyak halangan. Hanya, cuaca kerap berpengaruh pada penjualan mitra. "Kalau sudah musim hujan, penjualan akan berkurang," tuturnya.
Saat ini Eco Moo Susu masih menawarkan kemitraan. Paket investasi yang disediakan masih sama, yakni senilai Rp 15 juta rupiah. Dengan laba bersih mencapai 50% dari omzet, mitra ditargetkan balik modal dalam waktu empat bulan sampai enam bulan.
Poke Milk
Tidak seperti usaha susu lainnya yang mengalami pertambahan mitra, usaha susu asal Klaten kini justru menutup tawaran kemitraannya. Poke Milk menutup tawaran kemitraan sejak awal tahun 2016 lalu. Sebelumnya, Poke Milk mulai menawarkan kemitraan pada 2013.
Saat diulas KONTAN pada Maret 2016 Poke Milk sempat memiliki 28 mitra usaha. Kendati tidak lagi membuka tawaran kemitraan, Poke Milk sekarang tetap fokus melayani mitra yang masih bertahan.
Terdapat enam mitra yang masih eksis yang berlokasi di Sragen, Wonogiri, Magelang, Klaten, Surabaya dan Kediri.
Raden Ary Bhagawan, pemilik Poke Milk mengatakan, alasan ditutupnya kemitraan Poke Milk karena dirinya kini ingin lebih fokus menjalankan bisnis lain yang bergerak di bidang percetakan. Raden merasa profit yang dihasilkan dari bisnis percetakan lebih besar ketimbang bisnis susu segarnya.
Selain itu, Poke Milk tidak lagi menawarkan kemitraan karena ada masalah di internal Poke Milk. "Karena suatu hal akhirnya kami tutup kemitraan," kata Raden. Sayangnya, Raden tidak mengungkapkan lebih detail permasalahan yang dimaksud.
Bagi mitra yang masih berjalan, Raden masih menggunakan harga jual maupun bahan baku yang sama. Poke Milk membanderol taburan di atas minuman seperti oreo, keju, atau beng-beng dengan tambahan harga mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 3.000.
Poke Milk sendiri menawarkan 11 varian rasa, seperti cokelat, stroberi, anggur, mangga, moccacino, vanila, teh hijau, chococino, cappucino, dan chocoberry. Raden bilang, untuk mitra yang berada di Klaten bisa menjual produk susu dengan harga Rp 5.000 per cup.
Sedangkan mitra yang berada di luar Klaten bisa menjual produk Poke Milk seharga Rp 9.000 hingga Rp 12.000 per gelas. “Karena potensi di tiap tempat usaha itu berbeda-beda,” ujarnya. Rata-rata mitra yang bertahan bisa meraup omzet Rp 200.000 per hari.
Reporter Danielisa Putriadita, Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati
Bisnis minuman susu masih segar
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Bisnis minuman susu masih segar Selasa, 28 Maret 2017 / 15:38 WIB
JAKARTA. USAHA minuman kesehatan seperti susu segar kian menjamur. Gerainya pun bisa ditemui dalam berbagai bentuk. Mulai dari booth, gerobak hingga dalam bentuk kafe yang unik. Potensi usaha gerai susu segar pun cukup besar lantaran bisa dikonsumsi oleh berbagai kalangan.
Berbisnis susu agaknya semanis rasanya. Itu sebabnya, penjual olahan susu segar dengan mudah bisa kita temui. Malah, tak sedikit dari mereka yang mengembangkan usaha dengan menawarkan kemitraan atau waralaba.
Nah, dalam review kali ini, KONTAN akan mengulas tiga tawaran kemitraan susu, yaitu Maoomik, Eco Moo Suu, dan Poke Milk. Dari ketiga usaha kemitraan ini dua diantaranya mengalami perkembangan pesat. Sedangkan satu usaha memutuskan untuk menutup tawaran kemitraan, berikut ulasan selengkapnya.
Maoomik
Usaha susu besutan Widyawanto asal Bekasi ini beroperasi sejak Maret 2014 lalu. Tiga bulan sejak buka, usaha ini langsung menawarkan kemitraan. Sebelumnya, KONTAN sempat mengulasnya pada November 2015.
Saat itu, Maoomik sudah memiliki 48 gerai. Dari jumlah itu, sekitar 46 di antaranya adalah gerai mitra yang tersebar di Bekasi, Manggarai, Bukit Duri, Bogor, Makassar hingga Papua.
Sedangkan, dua gerai lainnya milik pusat yang berada di Bekasi. Nah, saat ini jumlah mitra terus bertambah. Total ada 78 mitra yang bergabung dan satu gerai pusat di Bekasi. "Saat ini juga bekerjasama dengan peternak sapi di Bandung," ujar Widyawanto.
Untuk paket investasi, nilai yang ditawarkan sedikit berubah. Sebelumnya, Maoomik menawarkan empat paket investasi, yaitu paket Maoomik Susu Ekonomis senilai Rp 2,5 juta, paket Maoomik senilai Rp 9 juta, paket Maoomik senilai Rp 10 juta dan paket Maoomik eksklusif senilai Rp 12 juta. Kini, ada tujuh paket yang ditawarkan.
Diantaranya paket bahan baku senilai Rp 2,5 juta, paket bahan baku dan peralatan Rp 4,5 juta, paket portabel Rp 8 juta, paket minimalis II Rp 9 juta, paket minimalis I Rp 10 juta, paket eksklusif Rp 12 juta dan paket istimewa senilai Rp 17 juta.
Masing-masing paket sudah termasuk pasokan 20 liter susu murni, bubuk perasa, sirup, gula cair, peralatan usaha, banner dan pelatihan karyawan. Yang membedakan tiap paket adalah jumlah bubuk perasa, peralatan dan booth yang didapat.
Sistem kerjasama yang ditawarkan Maoomik masih sama yaitu kemitraan seumur hidup. Dalam kemitraan ini, mitra cukup membeli bahan baku ke pusat. Mitra sendiri tidak dipungut franchise fee dan royalty fee dalam kerjasama ini, sehingga semua keuntungan menjadi hak milik mitra.
Tidak hanya paket investasi yang berubah, varian rasa susu yang dijual mitra pun semakin beragam. Widyawanto mengatakan, ada sekitar 40-an rasa yang ditawarkan pusat ke mitra. "Tetapi umumnya ada 20 rasa dan rasa susu lain bisa request," katanya.
Kendati mitra usahanya terus bertambah, Widyawanto mengaku tidak mengalami kendala yang sulit dalam mengelola bisnis ini. Untuk pasokan bahan baku susu segar ke mitra usaha juga dijamin aman karena ia sudah menggandeng peternak sapi.
Widyawanto sendiri optimistis bisnisnya masih akan tumbuh. Ia menargetkan, hingga akhir tahun ini bisa memiliki lebih dari 100 mitra usaha.
Eco Moo Suu
Pemain lainnya adalah Sukidi Priyowiyono yang mengusung brand Eco Moo Susu di Cijantung, Jakarta. Usaha ini didirikan oleh Sukidi Priyowiyono pada 2015 dan langsung menawarkan kemitraan. Hampir genap dua tahun berjalan, Eco Moo Susu terus menunjukkan perkembangan yang baik.
Sempat ditulis KONTAN pada Desember 2015, Eco Moo Susu sudah memiliki 31 gerai. Kini jumlah gerainya bertambah menjadi 70 gerai. "Paling jauh itu ada di Kendari," ujar Sukidi.
Menyediakan menu susu segar, Sukidi mengakui bahwa bisnis ini sulit untuk dikembangkan ke lokasi yang jauh. Maka dari itu, kebanyakan gerai mitra berada di wilayah Jabodetabek. Meski demikian, penjualan mitra dari tahun ke tahun meningkat sekitar 10%.
Tak berubah, harga jual 20 varian rasa susu sapi masih berkisar Rp 8.000-Rp 10.000 per cup. Sukidi bilang, dengan harga jual tersebut mitra bisa meraup omzet sekitar Rp 30 juta dalam satu bulan. "Tapi semua juga bergantung lokasi usahanya," ujarnya.
Menurut Sukidi, lokasi potensial untuk berjualan susu berada di dekat keramaiam, terutama di sekitar sekolah. Menurutnya, para siswa memang menjadi sasaran utama produk ini.
Bicara soal kendala, Sukidi tidak merasakan banyak halangan. Hanya, cuaca kerap berpengaruh pada penjualan mitra. "Kalau sudah musim hujan, penjualan akan berkurang," tuturnya.
Saat ini Eco Moo Susu masih menawarkan kemitraan. Paket investasi yang disediakan masih sama, yakni senilai Rp 15 juta rupiah. Dengan laba bersih mencapai 50% dari omzet, mitra ditargetkan balik modal dalam waktu empat bulan sampai enam bulan.
Poke Milk
Tidak seperti usaha susu lainnya yang mengalami pertambahan mitra, usaha susu asal Klaten kini justru menutup tawaran kemitraannya. Poke Milk menutup tawaran kemitraan sejak awal tahun 2016 lalu. Sebelumnya, Poke Milk mulai menawarkan kemitraan pada 2013.
Saat diulas KONTAN pada Maret 2016 Poke Milk sempat memiliki 28 mitra usaha. Kendati tidak lagi membuka tawaran kemitraan, Poke Milk sekarang tetap fokus melayani mitra yang masih bertahan.
Terdapat enam mitra yang masih eksis yang berlokasi di Sragen, Wonogiri, Magelang, Klaten, Surabaya dan Kediri.
Raden Ary Bhagawan, pemilik Poke Milk mengatakan, alasan ditutupnya kemitraan Poke Milk karena dirinya kini ingin lebih fokus menjalankan bisnis lain yang bergerak di bidang percetakan. Raden merasa profit yang dihasilkan dari bisnis percetakan lebih besar ketimbang bisnis susu segarnya.
Selain itu, Poke Milk tidak lagi menawarkan kemitraan karena ada masalah di internal Poke Milk. "Karena suatu hal akhirnya kami tutup kemitraan," kata Raden. Sayangnya, Raden tidak mengungkapkan lebih detail permasalahan yang dimaksud.
Bagi mitra yang masih berjalan, Raden masih menggunakan harga jual maupun bahan baku yang sama. Poke Milk membanderol taburan di atas minuman seperti oreo, keju, atau beng-beng dengan tambahan harga mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 3.000.
Poke Milk sendiri menawarkan 11 varian rasa, seperti cokelat, stroberi, anggur, mangga, moccacino, vanila, teh hijau, chococino, cappucino, dan chocoberry. Raden bilang, untuk mitra yang berada di Klaten bisa menjual produk susu dengan harga Rp 5.000 per cup.
Sedangkan mitra yang berada di luar Klaten bisa menjual produk Poke Milk seharga Rp 9.000 hingga Rp 12.000 per gelas. “Karena potensi di tiap tempat usaha itu berbeda-beda,” ujarnya. Rata-rata mitra yang bertahan bisa meraup omzet Rp 200.000 per hari.
Reporter Danielisa Putriadita, Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x