PELUANG USAHA / START UP Enggak perlu repot lagi kirim barang Kamis, 14 Desember 2017 / 09:00 WIB
KONTAN.CO.ID – Bisnis daring semakin naik daun. Tak sedikit pelaku usaha yang membuka toko online kebanjiran pesanan.
Saking banyaknya, sampai-sampai tidak sedikit pula yang enggak sempat mengirim barang order via gerai jasa pengiriman barang terdekat. Budi Handoko menangkap peluang itu.
Apalagi, dia juga melihat, beberapa pebisnis daring kerap kali mengalami sedikit kerumitan saat proses pengiriman barang jualan mereka. Mulai antre di gerai jasa ekspedisi hingga melacak posisi barang sudah ada di mana.
Tambah lagi, sepulang dari merantau di Australia tahun 2015, Budi memperhatikan, perkembangan perdagangan elektronik (e-commerce) di tanah air sangat pesat.
Tapi, “Kalau saya masuk ke bisnis e-commerce, itu sama saja bunuh diri. Dan berhubung saya paham dengan urusan pembayaran (payment) dan logistik, saya akhirnya merintis usaha bernama Shipper,” kata Budi.
Shipper, Budi menjelaskan, merupakan aggregator antara penjual, pembeli, dan perusahaan jasa logistik. Bukan cuma itu, perusahaan rintisan (start-up) tersebut juga ikut membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Cara kerjanya, Shipper menjalin kerjasama dengan penjual daring ataupun perusahaan e-commerce untuk menjemput barang yang akan dikirim dengan menggunakan jasa logistik terpilih. Lalu, mereka merekrut orang untuk menjadi kurir penjemput barang tersebut.
Dengan kehadiran Shipper, penjual daring atau perusahaan e-commerce jadi memiliki lebih banyak waktu untuk hal-hal lain yang lebih penting. Selain itu, banyak orang berpeluang mendapatkan pekerjaan sebagai kurir yang bisa membantu kehidupan mereka.
“Penjual online kami bantu kirim barang. Jasa logistik juga kami bantu mendapat pelanggan. Sedang dari sisi pembeli, barang pesanannya lebih aman,” imbuh Budi.
Alhasil, solusi dari Shipper tersebut akan menyelesaikan masalah di awal (first mile) dalam rantai logistik. Shipper memang mengambil sisi ini lantaran di tengah (middle mile) dan akhir (last mile) rantai logistik sudah banyak perusahaan yang kuat bermain di ranah itu.
Pria yang pernah bergabung di Qareer Group Asia ini mendirikan Shipper pada April 2016 lalu. Kemudian, Juli 2016, budi mulai merintis bisnis aggregator itu. Dan, di Desember 2016, dia meluncurkan Shipper versi Beta. Hingga akhirnya, awal 2017 menjalin kerjasama dengan perusahaan logistik.
Tambah kongsi
Hingga Oktober lalu, Shipper sudah berkongsi dengan 19 perusahaan jasa pengiriman barang. Misalnya, JNE, J&T, Tiki, RPX, Wahana, Sicepat, Lion Parcel, Ninja Xpress, Grab Parcel, AtriXpress, ARK Express, Popbox, dan Pos Indonesia.
Tentu, Shipper bakal menggandeng lebih banyak lagi perusahaan jasa logistik. “Perusahaan kurir di Indonesia banyak, tapi banyak yang tidak dapat job. Jadi ke depan, kami akan tawarkan kerjasama ke perusahaan logistik yang kecil, biar ada pemerataan,” ujar Budi yang pernah bekerja sebagai web developer untuk LJ Hooker dan INTI College Sarawak.
Saat ini, Shipper juga sedang menunggu kepastian kerjasama dengan raksasa logistik internasional DHL dan FedEx. Harapannya, kongsi itu bisa mulai berjalan akhir 2017 nanti.
Untuk membangun bisnis ini, Budi mengeluarkan dana kurang dari Rp 500 juta yang berasal dari kocek sendiri. Memang, ada beberapa investor yang tertarik untuk masuk. Namun masalahnya, sekarang belum banyak pemodal yang melihat bisnis semacam Shipper sebagai bisnis yang seksi.
Bagi penjual daring atau perusahaan e-commerce yang ingin memanfaatkan jasa Shipper, Budi bilang, ada dua cara.
Pertama, situs penjual daring atau perusahaan e-commerce sudah tersambung dengan web shipper.id. Begitu ada order masuk, Shipper akan memproses pengambilan barang.
Kedua, untuk yang situsnya belum terintegrasi, harus memiliki akun Shipper. Kalau sudah punya, login dahulu ke akun Shipper Anda, lalu membuat order, dan kurir akan telepon untuk mengambil barang.
Buat yang belum memiliki akun Shipper, bisa mendaftar lewat website shipper.id. Kemudian, Anda tinggal memilih alamat pengambilan (pickup) barang dan mulai membuat pesanan pengiriman.
Anda juga bisa memilih dari berbagai macam jasa logistik tergantung kepada kebutuhan, yang paling murah, atau yang paling cepat.
Setelah itu, kurir Shipper akan datang untuk menjemput barang Anda dengan persetujuan terlebih dahulu. Kurir Shipper bakal mengatur jadwal pengambilan barang Anda.
Saat ini, sudah ada sekitar 2.000 penjual daring yang berkongsi dengan Shipper. Dan, mereka tidak dipungut biaya sama sekali. “Mereka cukup membayar ongkos kirim saja, tidak ada biaya tambahan. Perusahaan jasa logistik yang kena biaya, charge,” ucap Budi.
Menurut Budi, besaran biaya yang dibebankan ke perusahaan jasa pengiriman beragam. Mulai 5% hingga 30% dari ongkos kirim, tergantung kesepakatan dengan masing-masing perusahaan logistik.
Bangun gudang
Sekarang, Shipper sudah beroperasi di 19 kota di Indonesia. Tiap-tiap kota ada dua hingga tiga kurir. Sedangkan pegawai inti dari startup ini hanya enam orang.
Budi menargetkan, tahun depan Shipper bisa memperluas jangkauan hingga ke 50 kota. Nah kelak, di setiap kota ada kantor perwakilan Shipper. “Saat ini, sih, sebenarnya sudah ada kantor perwakilan, tetapi masih belum resmi, baru masa percobaan,” ungkap Budi.
Untuk ekspansi usaha tahun depan, Shipper akan bekerjasama dengan mitra di luar kota. Sayang, Budi enggan blak-blakan mengenai sistem dan kewajiban dari masing-masing kantor perwakilan di daerah. Dia punya alasan: detail kerjasama itu jadi rahasia perusahaan.
Selain memperluas jangkauan usaha, Budi juga berencana membangun gudang di kota-kota tersebut. Rencananya, gudang itu satu lokasi dengan kantor perwakilan Shipper di masing-masing daerah.
Budi juga memiliki rencana berupa menambah fitur baru, yakni cash on delivery (COD). Layanan ini berlaku untuk kurir dengan pembeli barang.
Tentu, setiap bisnis punya tantangan, begitu juga dengan Shipper. Tantangannya, Budi mengungkapkan, perusahaan rintisannya perlu melakukan banyak pemasaran jasanya. Lala, juga harus memperkuat server agar tahan banting.
Di samping itu, Budi menambahkan, karena harus bekerjasama dengan perusahaan jasa logistik yang beragam, Shipper harus berhati-hati menjalin kongsi. Tujuannya, agar tidak pecah “perang” antara satu perusahaan dengan perusahaan jasa pengiriman lainnya.
Enggak perlu repot lagi kirim barang
PELUANG USAHA / START UP Enggak perlu repot lagi kirim barang Kamis, 14 Desember 2017 / 09:00 WIB
KONTAN.CO.ID – Bisnis daring semakin naik daun. Tak sedikit pelaku usaha yang membuka toko online kebanjiran pesanan.
Saking banyaknya, sampai-sampai tidak sedikit pula yang enggak sempat mengirim barang order via gerai jasa pengiriman barang terdekat. Budi Handoko menangkap peluang itu.
Apalagi, dia juga melihat, beberapa pebisnis daring kerap kali mengalami sedikit kerumitan saat proses pengiriman barang jualan mereka. Mulai antre di gerai jasa ekspedisi hingga melacak posisi barang sudah ada di mana.
Tambah lagi, sepulang dari merantau di Australia tahun 2015, Budi memperhatikan, perkembangan perdagangan elektronik (e-commerce) di tanah air sangat pesat.
Tapi, “Kalau saya masuk ke bisnis e-commerce, itu sama saja bunuh diri. Dan berhubung saya paham dengan urusan pembayaran (payment) dan logistik, saya akhirnya merintis usaha bernama Shipper,” kata Budi.
Shipper, Budi menjelaskan, merupakan aggregator antara penjual, pembeli, dan perusahaan jasa logistik. Bukan cuma itu, perusahaan rintisan (start-up) tersebut juga ikut membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Cara kerjanya, Shipper menjalin kerjasama dengan penjual daring ataupun perusahaan e-commerce untuk menjemput barang yang akan dikirim dengan menggunakan jasa logistik terpilih. Lalu, mereka merekrut orang untuk menjadi kurir penjemput barang tersebut.
Dengan kehadiran Shipper, penjual daring atau perusahaan e-commerce jadi memiliki lebih banyak waktu untuk hal-hal lain yang lebih penting. Selain itu, banyak orang berpeluang mendapatkan pekerjaan sebagai kurir yang bisa membantu kehidupan mereka.
“Penjual online kami bantu kirim barang. Jasa logistik juga kami bantu mendapat pelanggan. Sedang dari sisi pembeli, barang pesanannya lebih aman,” imbuh Budi.
Alhasil, solusi dari Shipper tersebut akan menyelesaikan masalah di awal (first mile) dalam rantai logistik. Shipper memang mengambil sisi ini lantaran di tengah (middle mile) dan akhir (last mile) rantai logistik sudah banyak perusahaan yang kuat bermain di ranah itu.
Pria yang pernah bergabung di Qareer Group Asia ini mendirikan Shipper pada April 2016 lalu. Kemudian, Juli 2016, budi mulai merintis bisnis aggregator itu. Dan, di Desember 2016, dia meluncurkan Shipper versi Beta. Hingga akhirnya, awal 2017 menjalin kerjasama dengan perusahaan logistik.
Tambah kongsi
Hingga Oktober lalu, Shipper sudah berkongsi dengan 19 perusahaan jasa pengiriman barang. Misalnya, JNE, J&T, Tiki, RPX, Wahana, Sicepat, Lion Parcel, Ninja Xpress, Grab Parcel, AtriXpress, ARK Express, Popbox, dan Pos Indonesia.
Tentu, Shipper bakal menggandeng lebih banyak lagi perusahaan jasa logistik. “Perusahaan kurir di Indonesia banyak, tapi banyak yang tidak dapat job. Jadi ke depan, kami akan tawarkan kerjasama ke perusahaan logistik yang kecil, biar ada pemerataan,” ujar Budi yang pernah bekerja sebagai web developer untuk LJ Hooker dan INTI College Sarawak.
Saat ini, Shipper juga sedang menunggu kepastian kerjasama dengan raksasa logistik internasional DHL dan FedEx. Harapannya, kongsi itu bisa mulai berjalan akhir 2017 nanti.
Untuk membangun bisnis ini, Budi mengeluarkan dana kurang dari Rp 500 juta yang berasal dari kocek sendiri. Memang, ada beberapa investor yang tertarik untuk masuk. Namun masalahnya, sekarang belum banyak pemodal yang melihat bisnis semacam Shipper sebagai bisnis yang seksi.
Bagi penjual daring atau perusahaan e-commerce yang ingin memanfaatkan jasa Shipper, Budi bilang, ada dua cara.
Pertama, situs penjual daring atau perusahaan e-commerce sudah tersambung dengan web shipper.id. Begitu ada order masuk, Shipper akan memproses pengambilan barang.
Kedua, untuk yang situsnya belum terintegrasi, harus memiliki akun Shipper. Kalau sudah punya, login dahulu ke akun Shipper Anda, lalu membuat order, dan kurir akan telepon untuk mengambil barang.
Buat yang belum memiliki akun Shipper, bisa mendaftar lewat website shipper.id. Kemudian, Anda tinggal memilih alamat pengambilan (pickup) barang dan mulai membuat pesanan pengiriman.
Anda juga bisa memilih dari berbagai macam jasa logistik tergantung kepada kebutuhan, yang paling murah, atau yang paling cepat.
Setelah itu, kurir Shipper akan datang untuk menjemput barang Anda dengan persetujuan terlebih dahulu. Kurir Shipper bakal mengatur jadwal pengambilan barang Anda.
Saat ini, sudah ada sekitar 2.000 penjual daring yang berkongsi dengan Shipper. Dan, mereka tidak dipungut biaya sama sekali. “Mereka cukup membayar ongkos kirim saja, tidak ada biaya tambahan. Perusahaan jasa logistik yang kena biaya, charge,” ucap Budi.
Menurut Budi, besaran biaya yang dibebankan ke perusahaan jasa pengiriman beragam. Mulai 5% hingga 30% dari ongkos kirim, tergantung kesepakatan dengan masing-masing perusahaan logistik.
Bangun gudang
Sekarang, Shipper sudah beroperasi di 19 kota di Indonesia. Tiap-tiap kota ada dua hingga tiga kurir. Sedangkan pegawai inti dari startup ini hanya enam orang.
Budi menargetkan, tahun depan Shipper bisa memperluas jangkauan hingga ke 50 kota. Nah kelak, di setiap kota ada kantor perwakilan Shipper. “Saat ini, sih, sebenarnya sudah ada kantor perwakilan, tetapi masih belum resmi, baru masa percobaan,” ungkap Budi.
Untuk ekspansi usaha tahun depan, Shipper akan bekerjasama dengan mitra di luar kota. Sayang, Budi enggan blak-blakan mengenai sistem dan kewajiban dari masing-masing kantor perwakilan di daerah. Dia punya alasan: detail kerjasama itu jadi rahasia perusahaan.
Selain memperluas jangkauan usaha, Budi juga berencana membangun gudang di kota-kota tersebut. Rencananya, gudang itu satu lokasi dengan kantor perwakilan Shipper di masing-masing daerah.
Budi juga memiliki rencana berupa menambah fitur baru, yakni cash on delivery (COD). Layanan ini berlaku untuk kurir dengan pembeli barang.
Tentu, setiap bisnis punya tantangan, begitu juga dengan Shipper. Tantangannya, Budi mengungkapkan, perusahaan rintisannya perlu melakukan banyak pemasaran jasanya. Lala, juga harus memperkuat server agar tahan banting.
Di samping itu, Budi menambahkan, karena harus bekerjasama dengan perusahaan jasa logistik yang beragam, Shipper harus berhati-hati menjalin kongsi. Tujuannya, agar tidak pecah “perang” antara satu perusahaan dengan perusahaan jasa pengiriman lainnya.
Dengan begitu, bisnis Shipper bisa jalan terus.
Reporter Francisca Bertha Vistika Editor S.S. Kurniawan
BISNIS START-UP
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=FfVEn5gUgRo]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x