PELUANG USAHA / START UP Helpster jadi jembatan para pencari kerja Sabtu, 23 September 2017 / 09:20 WIB
KONTAN.CO.ID – Asia Tenggara sudah menjelma menjadi salah satu basis industri dunia. Seluruh industri yang bercokol di kawasan berisi 11 negara ini memiliki sekitar 100 juta pekerja. Total upah pekerja di wilayah itu mencapai US$ 200 miliar per tahun.
Dan, Mathew Ward, Pendiri Helpster, bilang, ponsel cerdas jadi platform unggulan di negara-negara, seperti Thailand dan Indonesia, untuk berselancar di dunia maya. Penjualan smartphone yang meningkat di negara-negara itu meski secara global melambat, memunculkan peluang baru untuk bisnis dan pekerjaan.
Sejumlah perusahaan rintisan (start-up) pun bermunculan di seluruh Asia Tenggara untuk menangkap peluang itu. Mereka menawarkan layanan yang menghubungkan konsumen dengan pencari kerja, seperti tukang pipa dan pembersih rumah. Sebut saja Kaodim, ServisHero, dan RecomN.
Nah, Helpster sebagai pendatang baru juga ingin memanfaatkan dinamika yang sama di sektor ketenagakerjaan tersebut. Tapi, start-up asal Thailand yang berdiri Januari 2016 lalu itu ingin bermain di pasar yang lebih luas lagi.
Alhasil, Helpster pun jadi perusahaan penyedia layanan on-demand staffing pertama di Asia Tenggara. Start-up yang sudah mengantongi pendanaan dari tujuh investor total sebesar US$ 2,85 juta ini menghubungkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pekerja (staf) dengan para pencari kerja (jobseeker) melalui aplikasi online.
Ward dan John Srivorakul, pendiri Helpster lainnya, memulai perusahaan rintisan yang bermarkas di Bangkok itu setelah berbicara dengan banyak pelaku bisnis di industri jasa. Para pebisnis ini masih melakukan perekrutan dan penempatan karyawan sebagai titik tolak utama dalam menjalankan usaha mereka.
“Mereka mencari solusi yang memungkinkan mereka memanfaatkan pasokan tenaga kerja yang besar dengan cepat dan dengan biaya yang efisien. Dan, metode tradisional, seperti lowongan pekerjaan atau agensi, tidak cukup cepat dan tidak memberikan kualitas pekerja yang mereka butuhkan,” kata Ward seperti dikutip Tech Crunch.
Saat ini, Helpster menghubungkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pekerja dengan para pencari kerja di bidang promosi penjualan (sales promotion), makanan dan minuman (F&B), perhotelan, dan event, baik untuk karyawan tetap maupun kontrak. Layanan mereka mirip CornerJob di Eropa, yang tahun lalu berhasil mengantongi pendanaan dari investor mencapai US$ 35 juta.
Namun, Heplster memungkinkan perusahaan mendapatkan pekerja yang berkualitas dalam hitungan menit. “Ini membuat platform perusahaan semakin kuat terutama untuk pekerjaan jangka pendek yang mendesak,” ujar Ward.
Ekspansi ke Indonesia
November 2016 lalu, Helpster memperoleh suntikan dana segar dari konsorsium investor yang dipimpin Convergence Ventures yang berbasis di Jakarta. Para pemodal ini menggelontor dana sebesar US$ 2,1 juta.
Menurut Ward, uang tersebut untuk membiayai pengembangan produk dan ekspansi di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Helpster sudah masuk ke negara kita akhir tahun lalu.
Menurut Adrian Li, Managing Partner Convergence Ventures, Helpster punya potensi untuk tumbuh besar, melihat pertumbuhan bisnis F&B dan perhotelan di Indonesia. “Industri F&B dan perhotelan di Indonesia juga akan dapat keuntungan dari aplikasi Helpster,” imbuh Li.
Belakangan, marak on-demand worker yang muncul akibat tren gig economy. Sistem ini merujuk pada maraknya pekerja lepas (freelance), atau staf yang direkrut untuk proyek-proyek jangka pendek, atawa saat dibutuhkan saja.
“Secara tidak sadar, gig economy sudah berkembang di Indonesia, namun kebanyakan saat ini hanya berpusat pada industri transportasi online ataupun pekerja dengan skill atau keahlian tertentu,” sebut Helpster dalam pernyataan tertulis yang diterima Tabloid KONTAN.
Helpster memperkenalkan konsep baru untuk menjawab tren gig economy. Di Indonesia, perusahaan bisa mempertimbangkan untuk menyelami tren ini melalui Helpster.
Mereka bisa memilih pekerja temporer dengan keahlian yang diinginkan untuk memenuhi kualifikasi proyek jangka pendek. “Tidak hanya cepat, tren gig economy juga dinilai lebih fleksibel dan hemat dana,” tambah Helpster.
Helpster melakukan seleksi untuk calon pekerja terbaik. Kandidat melalui tahap wawancara dan verifikasi data untuk menilai pengalaman kerja, organisasi, dan sikap.
Helpster jadi jembatan para pencari kerja
PELUANG USAHA / START UP Helpster jadi jembatan para pencari kerja Sabtu, 23 September 2017 / 09:20 WIB
KONTAN.CO.ID – Asia Tenggara sudah menjelma menjadi salah satu basis industri dunia. Seluruh industri yang bercokol di kawasan berisi 11 negara ini memiliki sekitar 100 juta pekerja. Total upah pekerja di wilayah itu mencapai US$ 200 miliar per tahun.
Dan, Mathew Ward, Pendiri Helpster, bilang, ponsel cerdas jadi platform unggulan di negara-negara, seperti Thailand dan Indonesia, untuk berselancar di dunia maya. Penjualan smartphone yang meningkat di negara-negara itu meski secara global melambat, memunculkan peluang baru untuk bisnis dan pekerjaan.
Sejumlah perusahaan rintisan (start-up) pun bermunculan di seluruh Asia Tenggara untuk menangkap peluang itu. Mereka menawarkan layanan yang menghubungkan konsumen dengan pencari kerja, seperti tukang pipa dan pembersih rumah. Sebut saja Kaodim, ServisHero, dan RecomN.
Nah, Helpster sebagai pendatang baru juga ingin memanfaatkan dinamika yang sama di sektor ketenagakerjaan tersebut. Tapi, start-up asal Thailand yang berdiri Januari 2016 lalu itu ingin bermain di pasar yang lebih luas lagi.
Alhasil, Helpster pun jadi perusahaan penyedia layanan on-demand staffing pertama di Asia Tenggara. Start-up yang sudah mengantongi pendanaan dari tujuh investor total sebesar US$ 2,85 juta ini menghubungkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pekerja (staf) dengan para pencari kerja (jobseeker) melalui aplikasi online.
Ward dan John Srivorakul, pendiri Helpster lainnya, memulai perusahaan rintisan yang bermarkas di Bangkok itu setelah berbicara dengan banyak pelaku bisnis di industri jasa. Para pebisnis ini masih melakukan perekrutan dan penempatan karyawan sebagai titik tolak utama dalam menjalankan usaha mereka.
“Mereka mencari solusi yang memungkinkan mereka memanfaatkan pasokan tenaga kerja yang besar dengan cepat dan dengan biaya yang efisien. Dan, metode tradisional, seperti lowongan pekerjaan atau agensi, tidak cukup cepat dan tidak memberikan kualitas pekerja yang mereka butuhkan,” kata Ward seperti dikutip Tech Crunch.
Saat ini, Helpster menghubungkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pekerja dengan para pencari kerja di bidang promosi penjualan (sales promotion), makanan dan minuman (F&B), perhotelan, dan event, baik untuk karyawan tetap maupun kontrak. Layanan mereka mirip CornerJob di Eropa, yang tahun lalu berhasil mengantongi pendanaan dari investor mencapai US$ 35 juta.
Namun, Heplster memungkinkan perusahaan mendapatkan pekerja yang berkualitas dalam hitungan menit. “Ini membuat platform perusahaan semakin kuat terutama untuk pekerjaan jangka pendek yang mendesak,” ujar Ward.
Ekspansi ke Indonesia
November 2016 lalu, Helpster memperoleh suntikan dana segar dari konsorsium investor yang dipimpin Convergence Ventures yang berbasis di Jakarta. Para pemodal ini menggelontor dana sebesar US$ 2,1 juta.
Menurut Ward, uang tersebut untuk membiayai pengembangan produk dan ekspansi di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Helpster sudah masuk ke negara kita akhir tahun lalu.
Menurut Adrian Li, Managing Partner Convergence Ventures, Helpster punya potensi untuk tumbuh besar, melihat pertumbuhan bisnis F&B dan perhotelan di Indonesia. “Industri F&B dan perhotelan di Indonesia juga akan dapat keuntungan dari aplikasi Helpster,” imbuh Li.
Belakangan, marak on-demand worker yang muncul akibat tren gig economy. Sistem ini merujuk pada maraknya pekerja lepas (freelance), atau staf yang direkrut untuk proyek-proyek jangka pendek, atawa saat dibutuhkan saja.
“Secara tidak sadar, gig economy sudah berkembang di Indonesia, namun kebanyakan saat ini hanya berpusat pada industri transportasi online ataupun pekerja dengan skill atau keahlian tertentu,” sebut Helpster dalam pernyataan tertulis yang diterima Tabloid KONTAN.
Helpster memperkenalkan konsep baru untuk menjawab tren gig economy. Di Indonesia, perusahaan bisa mempertimbangkan untuk menyelami tren ini melalui Helpster.
Mereka bisa memilih pekerja temporer dengan keahlian yang diinginkan untuk memenuhi kualifikasi proyek jangka pendek. “Tidak hanya cepat, tren gig economy juga dinilai lebih fleksibel dan hemat dana,” tambah Helpster.
Helpster melakukan seleksi untuk calon pekerja terbaik. Kandidat melalui tahap wawancara dan verifikasi data untuk menilai pengalaman kerja, organisasi, dan sikap.
Reporter SS. Kurniawan Editor S.S. Kurniawan
0
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=PtTeSZOBw_E]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]