BANYUWANGI. Kerajinan alat musik perkusi seperti jimbe yang dibuat perajin asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mampu menembus sejumlah pasar dunia, seperti Afrika, Amerika dan Australia. Jimbe ini dipasarkan ke beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta dan Bali, kemudian dipasarkan kembali ke sejumlah pasar luar negeri, seperti Jamaika, Afrika, dan Australia.
Eko Saturi, salah seorang perajin jimbe di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, mengatakan, setiap hari para pemuda desa membuat jimbe pesanan dari beberapa distributor yang berada di Pulau Bali dan Jakarta untuk diekspor ke luar negeri. "Pesanan tersebut bisa mencapai 10.000 hingga 15.000 jimbe dalam sebulan dengan berbagai motif dan ukuran sesuai yang dipesan oleh pembeli," ujarnya, Kamis (29/9).
Sejauh ini, lanjut dia, perajin di Pulau Bali juga pernah mencoba untuk memproduksi jimbe seperti di Kabupaten Banyuwangi, namun sejumlah perajin di Pulau Dewata tersebut kesulitan untuk mendapatkan bahan baku.
"Semua bahan baku diperoleh di Pulau Jawa, sehingga beberapa perajin jimbe asal Pulau Bali terpaksa membeli jimbe buatan kami untuk diekspor ke luar negeri, terutama Jamaika yang banyak memesan alat musik jimbe tersebut," katanya.
Sementara perajin jimbe lainnya, Heru Setiawan mengatakan, harga jimbe dipatok berdasarkan ukuran dan motif, yakni berkisar Rp 35.000 hingga Rp 500.000 per unit dari perajin. Namun harga tersebut bisa lebih mahal saat diekspor ke luar negeri.
"Biasanya pesanan dari pembeli Afrika meminta motif berhiaskan lukisan dan ukiran khas Afrika, sehingga perajin juga membuat motif jimbe tersebut sesuai dengan pasar dunia," kata Heru.
Saat ini, lanjut dia, banyak masyarakat yang memesan miniatur jimbe untuk suvernir pernikahan karena unik dan menarik, sehingga para perajin juga kebanjiran pesanan dari Kota Surabaya, Jakarta, dan Pulau Bali.
Jimbe asal Banyuwangi tembus pasar dunia
PELUANG USAHA / INDUSTRI KREATIF Jimbe asal Banyuwangi tembus pasar dunia Kamis, 29 September 2016 / 13:29 WIB
BANYUWANGI. Kerajinan alat musik perkusi seperti jimbe yang dibuat perajin asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mampu menembus sejumlah pasar dunia, seperti Afrika, Amerika dan Australia. Jimbe ini dipasarkan ke beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta dan Bali, kemudian dipasarkan kembali ke sejumlah pasar luar negeri, seperti Jamaika, Afrika, dan Australia.
Eko Saturi, salah seorang perajin jimbe di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, mengatakan, setiap hari para pemuda desa membuat jimbe pesanan dari beberapa distributor yang berada di Pulau Bali dan Jakarta untuk diekspor ke luar negeri. "Pesanan tersebut bisa mencapai 10.000 hingga 15.000 jimbe dalam sebulan dengan berbagai motif dan ukuran sesuai yang dipesan oleh pembeli," ujarnya, Kamis (29/9).
Sejauh ini, lanjut dia, perajin di Pulau Bali juga pernah mencoba untuk memproduksi jimbe seperti di Kabupaten Banyuwangi, namun sejumlah perajin di Pulau Dewata tersebut kesulitan untuk mendapatkan bahan baku.
"Semua bahan baku diperoleh di Pulau Jawa, sehingga beberapa perajin jimbe asal Pulau Bali terpaksa membeli jimbe buatan kami untuk diekspor ke luar negeri, terutama Jamaika yang banyak memesan alat musik jimbe tersebut," katanya.
Sementara perajin jimbe lainnya, Heru Setiawan mengatakan, harga jimbe dipatok berdasarkan ukuran dan motif, yakni berkisar Rp 35.000 hingga Rp 500.000 per unit dari perajin. Namun harga tersebut bisa lebih mahal saat diekspor ke luar negeri.
"Biasanya pesanan dari pembeli Afrika meminta motif berhiaskan lukisan dan ukiran khas Afrika, sehingga perajin juga membuat motif jimbe tersebut sesuai dengan pasar dunia," kata Heru.
Saat ini, lanjut dia, banyak masyarakat yang memesan miniatur jimbe untuk suvernir pernikahan karena unik dan menarik, sehingga para perajin juga kebanjiran pesanan dari Kota Surabaya, Jakarta, dan Pulau Bali.
(Zumrotun Solicha)
SUMBER : Antara Editor Rizki Caturini
PRODUK KERAJINAN LOKAL
Feedback ↑ x Feedback ↓ x