PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Kalimati menjelma jadi lokasi budidaya ikan (1) Minggu, 07 Mei 2017 / 08:05 WIB
Pekalongan, Jawa Tengah yang terkenal sebagai kota batik, ternyata juga terkenal dengan produk perikanannya. Lokasinya yang berada di pesisir utara Pulau Jawa, memang cocok sebagai lokasi budidaya perikanan.
Kini, sebagian warganya mulai membudidayakan ikan air tawar, seperti nila, koi, dan bawal. Tepatnya di sungai yang kerap disebut Kalimati, Slamaran, Kelurahan Krapyak, Pekalongan.
Saat KONTAN mengunjungi lokasi awal bulan lalu, terlihat ratusan keramba yang berjajar rapi di sepanjang sungai. Para pemilik keramba juga terlihat sibuk memberi pakan atau memperbaiki keramba bambu itu.
Berdasarkan penelusuran KONTAN, sentra budidaya ikan air tawar ini mulai dibuka akhir 2016. Salah satu perintisnya adalah Haris. Dari hanya empat keramba, kini sudah berkembang hingga 300 unit.
Sebelum menjadi tempat budidaya, sungai yang punya nama asli Sungai Ampel Gading banyak dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sedotan air rob. Usman Kalifa, salah satu pemilik keramba menuturkan, banyaknya warga mulai tertarik ikut membudidayakan ikan disana karena terdorong kesuksesan pembudidaya sebelumnya. Mereka mampu meraup keuntungan ratusan hingga jutaan rupiah saat masa panen.
Usman sendiri baru terjun pada usaha ini empat bulan lalu. Saat ini, dia punya delapan keramba berukuran 3,5×7 m2. Laki-laki berkulit gelap ini mengisi kerambanya dengan ikan bawal. Jenis ikan ini dia pilih lantaran tahan penyakit dan punya kemampuan hidup lebih besar.
Untuk membangun usahanya, Usman merogoh kocek sendiri. Dia juga menjual kendaraan pribadinya untuk menambah modal. Asal tahu saja, untuk membangun dua keramba apung butuh biaya Rp 1,8 juta. Sedangkan, harga benih bawal Rp 200 per ekor.
Total modal dua keramba itu mencapai Rp 11,2 juta. Bila tak ada halangan, akhir Mei nanti Usman sudah bisa memanen hasil perikanannya. "Tapi, harga ikan tidak tetap, tergantung dengan tengkulak saat itu," katanya pada KONTAN. Sebelumnya, Usman menekuni profesi sebagai tukang reparasi kulkas.
Pembudidaya lainnya adalah Micheal Kurniawan, dia juga baru membudidayakan ikan sekitar dua bulan lalu. Total kerambanya ada enam dengan ukuran masing-masing 3,5 x7 m2. Laki-laki yang juga bekerja sebagai pengawai swasta ini memilih nila dan bawal untuk memenuhi kolamnya.
Karena tidak mempunyai banyak waktu, dia memilih untuk menitipkan keramba miliknya kepada orang lain untuk dirawat. Bila ada waktu luang, dia datang untuk melihat-lihat perkembangan. Berdasarkan perhitungan sekitar dua bulan kedepan dia bakal melakukan proses panen pertamanya. "Saya pun belum tahu berapa nanti pendapatan pertamanya," jelasnya.
Kalimati menjelma jadi lokasi budidaya ikan (1)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Kalimati menjelma jadi lokasi budidaya ikan (1) Minggu, 07 Mei 2017 / 08:05 WIB
Pekalongan, Jawa Tengah yang terkenal sebagai kota batik, ternyata juga terkenal dengan produk perikanannya. Lokasinya yang berada di pesisir utara Pulau Jawa, memang cocok sebagai lokasi budidaya perikanan.
Kini, sebagian warganya mulai membudidayakan ikan air tawar, seperti nila, koi, dan bawal. Tepatnya di sungai yang kerap disebut Kalimati, Slamaran, Kelurahan Krapyak, Pekalongan.
Saat KONTAN mengunjungi lokasi awal bulan lalu, terlihat ratusan keramba yang berjajar rapi di sepanjang sungai. Para pemilik keramba juga terlihat sibuk memberi pakan atau memperbaiki keramba bambu itu.
Berdasarkan penelusuran KONTAN, sentra budidaya ikan air tawar ini mulai dibuka akhir 2016. Salah satu perintisnya adalah Haris. Dari hanya empat keramba, kini sudah berkembang hingga 300 unit.
Sebelum menjadi tempat budidaya, sungai yang punya nama asli Sungai Ampel Gading banyak dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sedotan air rob. Usman Kalifa, salah satu pemilik keramba menuturkan, banyaknya warga mulai tertarik ikut membudidayakan ikan disana karena terdorong kesuksesan pembudidaya sebelumnya. Mereka mampu meraup keuntungan ratusan hingga jutaan rupiah saat masa panen.
Usman sendiri baru terjun pada usaha ini empat bulan lalu. Saat ini, dia punya delapan keramba berukuran 3,5×7 m2. Laki-laki berkulit gelap ini mengisi kerambanya dengan ikan bawal. Jenis ikan ini dia pilih lantaran tahan penyakit dan punya kemampuan hidup lebih besar.
Untuk membangun usahanya, Usman merogoh kocek sendiri. Dia juga menjual kendaraan pribadinya untuk menambah modal. Asal tahu saja, untuk membangun dua keramba apung butuh biaya Rp 1,8 juta. Sedangkan, harga benih bawal Rp 200 per ekor.
Total modal dua keramba itu mencapai Rp 11,2 juta. Bila tak ada halangan, akhir Mei nanti Usman sudah bisa memanen hasil perikanannya. "Tapi, harga ikan tidak tetap, tergantung dengan tengkulak saat itu," katanya pada KONTAN. Sebelumnya, Usman menekuni profesi sebagai tukang reparasi kulkas.
Pembudidaya lainnya adalah Micheal Kurniawan, dia juga baru membudidayakan ikan sekitar dua bulan lalu. Total kerambanya ada enam dengan ukuran masing-masing 3,5 x7 m2. Laki-laki yang juga bekerja sebagai pengawai swasta ini memilih nila dan bawal untuk memenuhi kolamnya.
Karena tidak mempunyai banyak waktu, dia memilih untuk menitipkan keramba miliknya kepada orang lain untuk dirawat. Bila ada waktu luang, dia datang untuk melihat-lihat perkembangan. Berdasarkan perhitungan sekitar dua bulan kedepan dia bakal melakukan proses panen pertamanya. "Saya pun belum tahu berapa nanti pendapatan pertamanya," jelasnya.
(Bersambung)
Reporter Tri Sulistiowati Editor Johana K.
BUDIDAYA PERIKANAN
Feedback ↑ x Feedback ↓ x