KONTAN.CO.ID – Siapa yang tidak kenal dengan sate. Panganan dengan potongan daging kecil-kecil ini amat sedap setelah dipanggang matang dengan arang. Tentu setelah dibaluri dengan sambal kacang atau kecap. Tak heran bila sate termasuk salah satu makanan favorit di tanah air. Bahkan, menjadi salah satu makanan terlezat di dunia versi CNN.
Fakta inilah yang membuat sate kerap dijajakan di mana-mana. Mulai dari pedagang keliling, kedai tenda, hingga masuk ke restoran mewah yang ada di gedung bertingkat atau pusat belanja.
Para pebisnis pun kerap memanfaatkan kelezatan sate untuk menjajakan program kemitraan. Salah satunya lewat waralaba.
Dalam review kali ini, harian KONTAN kembali akan mengulas sejumlah program kemitraan sate yang pernah diulas harian ini. Mari kita simak pembahasannya.
1. Sate Batibul Bang Firman
Saat ini Sate Batibul Bang Firman sudah berubah merek menjadi Sate Batibul Kambing Muda Bang Agus. Perubahan ini bukan tanpa alasan. Menurut Sidik Rizal, pemilik Sate Batibul Bang Firman, pihaknya kala itu kewalahan mengelola kemitraan Sate Batibul. Saat itu program kemitraan yang dimulai 2010 ada tiga paket, mulai dari Rp 35 juta sampai Rp 100 juta.
Rupanya, Sidik kewalahan mengelola ada dua paket investasi utama. "Pusingnya sama dengan mengelola dua outlet seharga Rp 200 juta," tukas Sidik Rizal kepada KONTAN.
Alhasil, terjadi kemunduran dalam penjualan outlet lantaran kurang optimal dalam pengelolaan. Imbasnya, mitra Sate Batibul Bang Firman yang sudah ada tujuh mitra undur diri alias dan berubah konsep menjadi sate Tegal dengan bumbu kacang.
Beruntung Sidik bermitra dengan investor mengembangkan Sate Batibul. Lantaran ada investor yang masuk, logo Sate Batibul pun berubah menjadi Sate Balibul Bang Agus. Saat ini baru ada satu kedai sate itu di Banjarbaru, Kalimantan Selatan dalam persiapan operasional. "Jadi nanti kami menjual dengan merek baru Bang Agus," kata Sidik ke KONTAN.
Bila tidak ada halangan, Sidik akan membuka Satu Balibul Bang Agus pada bulan September ini. Selain itu, ia juga akan membuka gerai sate lagi milik mitra pada Oktober 2017 nanti di BSD. Sidik sendiri saat ini masih memiliki satu gerai sate sendiri yang ada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Tak cuma merek baru, Sidik juga terus berupaya menambah menu sate. Seperti ada gulai kambing, sop kaki kambing, hingga nasi goreng kambing. Adapun menu andalan adalah sate kambing beragam bumbu. Ada bumbu sambal bawang putih sangrai, bumbu kecap dan madu.
Bahan dasar daging kambing gerai ini adalah memakai daging kambing muda yang berusia di bawah lima bulan. Makanya nama gerai ini ada kata balibul yang artinya bawah lima bulan.
Begitu pula dalam hal penyajian. Kalau sebelumnya ia memakai piring bambu beralaskan daun, kini sajian dengan memakai piring plastik dan gelas plastik saja. Selain itu pasangan sate cuma lotong tidak lagi ada nasi. Rupanya, Sidik ingin meniru konsep makanan cepat saji di gerai sate tersebut.
Nah, apakah Anda masih tertarik? Menurut pengalaman Sidik, mitra bisa segera balik modal diperkirakan selama 14 bulan. Asalkan, tempat gerai sate tersebut adalah milik sendiri atau bisa juga di tempat tinggal alias rumah.
Tapi kalau mitra menyewa gedung atau ruangan, maka perkiraan balik modal bisa molor sedikit antara 14 bulan sampai 18 bulan. Asumsi tersebut tentu dengan kondisi si mitra sanggup menjual sebanyak 500 sampai 2.500 tusuk per hari.
Selanjutnya Halaman 1234 Reporter Jane Aprilyani, Mia Chiara, Venny Suryanto, Yovi Syarifa Editor Johana K.
Kepulan laba sate tak lagi tinggi
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Kepulan laba sate tak lagi tinggi Sabtu, 23 September 2017 / 09:05 WIB
KONTAN.CO.ID – Siapa yang tidak kenal dengan sate. Panganan dengan potongan daging kecil-kecil ini amat sedap setelah dipanggang matang dengan arang. Tentu setelah dibaluri dengan sambal kacang atau kecap. Tak heran bila sate termasuk salah satu makanan favorit di tanah air. Bahkan, menjadi salah satu makanan terlezat di dunia versi CNN.
Fakta inilah yang membuat sate kerap dijajakan di mana-mana. Mulai dari pedagang keliling, kedai tenda, hingga masuk ke restoran mewah yang ada di gedung bertingkat atau pusat belanja.
Para pebisnis pun kerap memanfaatkan kelezatan sate untuk menjajakan program kemitraan. Salah satunya lewat waralaba.
Dalam review kali ini, harian KONTAN kembali akan mengulas sejumlah program kemitraan sate yang pernah diulas harian ini. Mari kita simak pembahasannya.
1. Sate Batibul Bang Firman
Saat ini Sate Batibul Bang Firman sudah berubah merek menjadi Sate Batibul Kambing Muda Bang Agus. Perubahan ini bukan tanpa alasan. Menurut Sidik Rizal, pemilik Sate Batibul Bang Firman, pihaknya kala itu kewalahan mengelola kemitraan Sate Batibul. Saat itu program kemitraan yang dimulai 2010 ada tiga paket, mulai dari Rp 35 juta sampai Rp 100 juta.
Rupanya, Sidik kewalahan mengelola ada dua paket investasi utama. "Pusingnya sama dengan mengelola dua outlet seharga Rp 200 juta," tukas Sidik Rizal kepada KONTAN.
Alhasil, terjadi kemunduran dalam penjualan outlet lantaran kurang optimal dalam pengelolaan. Imbasnya, mitra Sate Batibul Bang Firman yang sudah ada tujuh mitra undur diri alias dan berubah konsep menjadi sate Tegal dengan bumbu kacang.
Beruntung Sidik bermitra dengan investor mengembangkan Sate Batibul. Lantaran ada investor yang masuk, logo Sate Batibul pun berubah menjadi Sate Balibul Bang Agus. Saat ini baru ada satu kedai sate itu di Banjarbaru, Kalimantan Selatan dalam persiapan operasional. "Jadi nanti kami menjual dengan merek baru Bang Agus," kata Sidik ke KONTAN.
Bila tidak ada halangan, Sidik akan membuka Satu Balibul Bang Agus pada bulan September ini. Selain itu, ia juga akan membuka gerai sate lagi milik mitra pada Oktober 2017 nanti di BSD. Sidik sendiri saat ini masih memiliki satu gerai sate sendiri yang ada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Tak cuma merek baru, Sidik juga terus berupaya menambah menu sate. Seperti ada gulai kambing, sop kaki kambing, hingga nasi goreng kambing. Adapun menu andalan adalah sate kambing beragam bumbu. Ada bumbu sambal bawang putih sangrai, bumbu kecap dan madu.
Bahan dasar daging kambing gerai ini adalah memakai daging kambing muda yang berusia di bawah lima bulan. Makanya nama gerai ini ada kata balibul yang artinya bawah lima bulan.
Begitu pula dalam hal penyajian. Kalau sebelumnya ia memakai piring bambu beralaskan daun, kini sajian dengan memakai piring plastik dan gelas plastik saja. Selain itu pasangan sate cuma lotong tidak lagi ada nasi. Rupanya, Sidik ingin meniru konsep makanan cepat saji di gerai sate tersebut.
Nah, apakah Anda masih tertarik? Menurut pengalaman Sidik, mitra bisa segera balik modal diperkirakan selama 14 bulan. Asalkan, tempat gerai sate tersebut adalah milik sendiri atau bisa juga di tempat tinggal alias rumah.
Tapi kalau mitra menyewa gedung atau ruangan, maka perkiraan balik modal bisa molor sedikit antara 14 bulan sampai 18 bulan. Asumsi tersebut tentu dengan kondisi si mitra sanggup menjual sebanyak 500 sampai 2.500 tusuk per hari.
Selanjutnya Halaman 1 2 3 4 Reporter Jane Aprilyani, Mia Chiara, Venny Suryanto, Yovi Syarifa Editor Johana K.
REVIEW WARALABA
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=7EizXd2rkrI]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]