PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Kerajinan yang lestari selama puluhan tahun (1) Rabu, 20 September 2017 / 13:19 WIB
KONTAN.CO.ID – Tidak mengherankan jika Pulau Bali disebut sebagai salah satu tuan rumah handicraft dalam negeri. Berkunjung ke beberapa tempat populer di Bali seperti Denpasar, Ubud, Kuta, hingga beberapa desa di Gianyar, mudah sekali menemukan produk produk kerajinan tangan.
Tak jarang produk kerajinan tangan itu mengambil bahan alam, seperti bambu, kayu, serta dedaunan. Beberapa waktu lalu, Kontan sempat mengulas sentra kerajinan mebel bambu di Desa Belega, Blahbatuh, Bali.
Masih dengan bahan baku bambu, kini Kontan akan mengulas sentra kerajinan anyaman bambu di Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini berlokasi sekitar 14 kilometer (km) dari pusat Kabupaten Bangli. Atau sekitar dua jam dari Bandara Internasional Ngurah Rai.
Beberapa waktu lalu, Kontan berkesempatan mengunjungi langsung lokasi sentra produksi kerajinan anyaman bambu di Sulahan. Tepatnya lokasi sentra ini berada di Banjar Tanggaha Pekan. Jauh dari perbukitan, di kanan kiri jalan utama desa ini banyak terlihat rumah penduduk, pura, sekolah dan perkantoran.
Di Banjar Tanggaha Pekan sendiri, terdapat beberapa kios yang menjual produk anyaman bambu. Dua diantaranya adalah milik Ni Wayan Susilawati dan Jeruh. Lokasi kios-kios di banjar ini pun tak berjauhan jaraknya.
Wayan dan Jeruh bukanlah pemain baru dalam kerajinan bambu ini. Kios yang sekarang mereka kelola merupakan usaha turun temurun dari dua generasi sebelumnya. Seperti penjelasan Wayan dan Jeruh, kegiatan menganyam bambu sudah ada sejak puluhan tahun lalu di Sulahan.
“Usaha ini sudah ada sepuluh tahun. Saya itu dulu usaha bambunya dari kakek, biar ada generasi penerus saya yang lanjutin dari bapak,” jelas Wayan soal asal usul usahanya. Bermula dari produk anyaman bambu berupa wadah-wadah kecil, kini Wayan juga menjual berbagai produk suvenir.
Tak berbeda jauh, Jeruh juga mengelola usaha bamboo collection dengan merek dagang I Wayan Sardana sejak tahun 1990-an. Namun, sebelum toko miliknya sendiri berdiri, Jeruh sudah mendapat ilmu menganyam secara turun temurun.
“Bikin anyaman ini turun temurun, saya aja tau dari lahir udah ada kerajinan ini. Bisa menganyam sejak kelas 1 SD. Saya belajar dari orang tua yang sudah menganyam bambu,” jelas Jeruh. Ia bilang Desa Sulahan memang sudah terkenal sebagai tempat berkumpulnya para pengrajin bambu.
Jeruh bilang, baik wanita maupun pria di desa ini dapat membuat kerajinan anyaman bambu. Hampir seluruh warga meraup untung dari kerajinan ini. Meski demikian, Jeruh tak menampik bahwa sebagian warga kini hanya menjadikan kerajinan ini sebagai pendapatan sampingan, selain bertani, menjadi pegawai maupun buruh.
Kerajinan yang lestari selama puluhan tahun (1)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Kerajinan yang lestari selama puluhan tahun (1) Rabu, 20 September 2017 / 13:19 WIB
KONTAN.CO.ID – Tidak mengherankan jika Pulau Bali disebut sebagai salah satu tuan rumah handicraft dalam negeri. Berkunjung ke beberapa tempat populer di Bali seperti Denpasar, Ubud, Kuta, hingga beberapa desa di Gianyar, mudah sekali menemukan produk produk kerajinan tangan.
Tak jarang produk kerajinan tangan itu mengambil bahan alam, seperti bambu, kayu, serta dedaunan. Beberapa waktu lalu, Kontan sempat mengulas sentra kerajinan mebel bambu di Desa Belega, Blahbatuh, Bali.
Masih dengan bahan baku bambu, kini Kontan akan mengulas sentra kerajinan anyaman bambu di Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini berlokasi sekitar 14 kilometer (km) dari pusat Kabupaten Bangli. Atau sekitar dua jam dari Bandara Internasional Ngurah Rai.
Beberapa waktu lalu, Kontan berkesempatan mengunjungi langsung lokasi sentra produksi kerajinan anyaman bambu di Sulahan. Tepatnya lokasi sentra ini berada di Banjar Tanggaha Pekan. Jauh dari perbukitan, di kanan kiri jalan utama desa ini banyak terlihat rumah penduduk, pura, sekolah dan perkantoran.
Di Banjar Tanggaha Pekan sendiri, terdapat beberapa kios yang menjual produk anyaman bambu. Dua diantaranya adalah milik Ni Wayan Susilawati dan Jeruh. Lokasi kios-kios di banjar ini pun tak berjauhan jaraknya.
Wayan dan Jeruh bukanlah pemain baru dalam kerajinan bambu ini. Kios yang sekarang mereka kelola merupakan usaha turun temurun dari dua generasi sebelumnya. Seperti penjelasan Wayan dan Jeruh, kegiatan menganyam bambu sudah ada sejak puluhan tahun lalu di Sulahan.
“Usaha ini sudah ada sepuluh tahun. Saya itu dulu usaha bambunya dari kakek, biar ada generasi penerus saya yang lanjutin dari bapak,” jelas Wayan soal asal usul usahanya. Bermula dari produk anyaman bambu berupa wadah-wadah kecil, kini Wayan juga menjual berbagai produk suvenir.
Tak berbeda jauh, Jeruh juga mengelola usaha bamboo collection dengan merek dagang I Wayan Sardana sejak tahun 1990-an. Namun, sebelum toko miliknya sendiri berdiri, Jeruh sudah mendapat ilmu menganyam secara turun temurun.
“Bikin anyaman ini turun temurun, saya aja tau dari lahir udah ada kerajinan ini. Bisa menganyam sejak kelas 1 SD. Saya belajar dari orang tua yang sudah menganyam bambu,” jelas Jeruh. Ia bilang Desa Sulahan memang sudah terkenal sebagai tempat berkumpulnya para pengrajin bambu.
Jeruh bilang, baik wanita maupun pria di desa ini dapat membuat kerajinan anyaman bambu. Hampir seluruh warga meraup untung dari kerajinan ini. Meski demikian, Jeruh tak menampik bahwa sebagian warga kini hanya menjadikan kerajinan ini sebagai pendapatan sampingan, selain bertani, menjadi pegawai maupun buruh.
(Bersambung)
Reporter Nisa Dwiresya Putri Editor Johana K.
SENTRA UKM
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=PtTeSZOBw_E]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]