Mungkin belum banyak orang mengenal melon jenis Kiwano. Buah yang pada kulitnya tumbuh duri atau menyerupai tanduk mini ini memang berasal dari daratan Afrika. Di habitat asalnya, buah ini disebut gaka atau gakachika, dimakan sebagai makanan ringan, salad atau hiasan.
Kiwano dimakan saat buahnya masih muda dengan warna hijau. Bisa juga ketika sudah matang, saat warna buah sudah menguning terang/jingga. Namun, beberapa petani membiarkan buahnya hingga berjamur di ladang untuk diambil bijinya.
Di tempat asalnya, Kiwano yang juga disebut timun landak ini tumbuh secara alami baik ladang maupun semak-semak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di daerah bersuhu sekitar 25 derajat Celcius.
Sementara, di Indonesia belum banyak yang membudidayakan buah yang punya rasa segar dan unik )karena seperti perpaduan timun, melon dan pisang). Padahal, perawatannya cukup mudah.
Salah satu pembudidayanya adalah Harjanto, yang menanam melon Kiwano di Boyolali, Jawa Tengah. Dia membudidaya melon Kiwano sejak tahun 2014.
Untuk membiakkannya, Harjanto menggunakan media pot dengan diameter berukuran 30 cm. Menurut dia, proses penanaman Kiwano sama seperti timun pada umumnya. "Tetapi bibitnya memang langka. Saya awalnya dapat benih Kiwano dari pembudidaya di Malang," ujarnya.
Bicara soal budidaya, Harjanto biasanya melakukan penyemaian bibit terlebih dahulu, selama tujuh hari sampai dua minggu. Setelah disemai, bibit dimasukkan dalam pot atau polybag yang berisi pupuk sekam 50%, tanah 20% dan pupuk kandang 30%. "Nantinya pupuk dan bibit dicampur dalam media," sebutnya.
Tanaman harus disiram setiap hari. Menurut Harjanto, tak ada perawatan khusus. Hanya, untuk pencegahan hama diberi pestisida organik sebanyak 5 ml selama lima hari sekali.
Setelah tiga bulan dilakukan perawatan, satu pohon Kiwano akan menghasilkan ratusan bunga. Buah bisa dipanen tiga bulan kemudian. Dari saat panen buah itu, berselang sebulan, tanaman akan mati, sehingga pembudidaya harus menanamnya kembali.
Penjual benih Kiwano asal Tangerang, Hafi menjelaskan bahwa di Indonesia Kiwano lebih cocok ditanam di dataran tinggi. Dalam kondisi normal, tanaman ini bisa tumbuh dalam waktu 4-5 bulan sejak benihnya ditebarkan. Panen buahnya, dapat dilakukan tiga hingga empat kali sejak umur tanaman enam bulan.
Menjual benih Kiwano, Hafi bilang ada masa kadaluarsa dalam masa penyimpanan benih. Karena itu, ia menyarankan benih Kiwano segera ditanam setelah didapatkan. “Paling lama itu disimpan sampai empat bulan, kalau lebih itu sudah tidak bagus,” jelas dia. Selain itu, benih kiwano pun rentan terhadap serangan hama. Sebagai antisipasi, Hafi menyimpannya di ruang steril. Ia juga menyemprot anti hama supaya benih Kiwano tetap bisa terhindar dari hama.
(Selesai)
Reporter Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri Editor Johana K.
Melongok bisnis benih timun tanduk (2)
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Melongok bisnis benih timun tanduk (2) Rabu, 12 Juli 2017 / 15:30 WIB
Mungkin belum banyak orang mengenal melon jenis Kiwano. Buah yang pada kulitnya tumbuh duri atau menyerupai tanduk mini ini memang berasal dari daratan Afrika. Di habitat asalnya, buah ini disebut gaka atau gakachika, dimakan sebagai makanan ringan, salad atau hiasan.
Kiwano dimakan saat buahnya masih muda dengan warna hijau. Bisa juga ketika sudah matang, saat warna buah sudah menguning terang/jingga. Namun, beberapa petani membiarkan buahnya hingga berjamur di ladang untuk diambil bijinya.
Di tempat asalnya, Kiwano yang juga disebut timun landak ini tumbuh secara alami baik ladang maupun semak-semak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di daerah bersuhu sekitar 25 derajat Celcius.
Sementara, di Indonesia belum banyak yang membudidayakan buah yang punya rasa segar dan unik )karena seperti perpaduan timun, melon dan pisang). Padahal, perawatannya cukup mudah.
Salah satu pembudidayanya adalah Harjanto, yang menanam melon Kiwano di Boyolali, Jawa Tengah. Dia membudidaya melon Kiwano sejak tahun 2014.
Untuk membiakkannya, Harjanto menggunakan media pot dengan diameter berukuran 30 cm. Menurut dia, proses penanaman Kiwano sama seperti timun pada umumnya. "Tetapi bibitnya memang langka. Saya awalnya dapat benih Kiwano dari pembudidaya di Malang," ujarnya.
Bicara soal budidaya, Harjanto biasanya melakukan penyemaian bibit terlebih dahulu, selama tujuh hari sampai dua minggu. Setelah disemai, bibit dimasukkan dalam pot atau polybag yang berisi pupuk sekam 50%, tanah 20% dan pupuk kandang 30%. "Nantinya pupuk dan bibit dicampur dalam media," sebutnya.
Tanaman harus disiram setiap hari. Menurut Harjanto, tak ada perawatan khusus. Hanya, untuk pencegahan hama diberi pestisida organik sebanyak 5 ml selama lima hari sekali.
Setelah tiga bulan dilakukan perawatan, satu pohon Kiwano akan menghasilkan ratusan bunga. Buah bisa dipanen tiga bulan kemudian. Dari saat panen buah itu, berselang sebulan, tanaman akan mati, sehingga pembudidaya harus menanamnya kembali.
Penjual benih Kiwano asal Tangerang, Hafi menjelaskan bahwa di Indonesia Kiwano lebih cocok ditanam di dataran tinggi. Dalam kondisi normal, tanaman ini bisa tumbuh dalam waktu 4-5 bulan sejak benihnya ditebarkan. Panen buahnya, dapat dilakukan tiga hingga empat kali sejak umur tanaman enam bulan.
Menjual benih Kiwano, Hafi bilang ada masa kadaluarsa dalam masa penyimpanan benih. Karena itu, ia menyarankan benih Kiwano segera ditanam setelah didapatkan. “Paling lama itu disimpan sampai empat bulan, kalau lebih itu sudah tidak bagus,” jelas dia. Selain itu, benih kiwano pun rentan terhadap serangan hama.
Sebagai antisipasi, Hafi menyimpannya di ruang steril. Ia juga menyemprot anti hama supaya benih Kiwano tetap bisa terhindar dari hama.
(Selesai)
Reporter Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri Editor Johana K.
AGRIBISNIS
Feedback ↑ x Feedback ↓ x