PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Melongok tambak garam terbesar di Jateng (1) Kamis, 13 Juli 2017 / 07:05 WIB
Perjalanan KONTAN kali ini berhenti pada salah satu desa penghasil garam, yaitu Desa Bumimulyo, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kecamatan lain di Kabupaten Pati yang juga memiliki desa penghasil garam lainnya ada di Kecamatan Juwana, Wedarijaksa, dan Trangkil.
Memasuki wilayah Pati, terik panas matahari mulai terasa menerpa kulit. Dalam perjalanan di sisi jalan terlihat beberapa gapura desa. Kebanyakan tambak garam berada di dalam desa. Biasanya, ada di belakang rumah warga.
Sudah dari zaman nenek moyang, warga di Desa Bumimulyo bermata pencaharian sebagai petani garam. Mayoritas yang pergi meladang garam adalah kaum pria. Sementara wanita biasanya bekerja di tempat pengepul garam untuk membungkus garam yang sudah selesai diolah.
Menurut Sutarman, petani garam di Desa Bumimulyo, ada sekitar 400 petani garam di desa ini. "Disini sebagian besar warganya jadi petani garam," terang Sutarman.
Petani garam lainnya, Martono mengatakan, tak semua petani punya tambak garam. Kebanyakan meladang garam di tambak yang sebelumnya sudah dimiliki orang lain.
Martono mengaku tidak ada persaingan dalam meladang garam. Hanya, Martono mengakui pendapatan antar petani memang berbeda-beda. "Tambak ada yang lebar dan kecil, ada yang mocok 10 petak, 6 petak," ujar dia.
Bila sedang masa panen, para petani garam di Desa Bumimulyo bisa mengumpulkan garam seberat 2 ton dalam sehari. Namun, karena luas tambak tiap petani berbeda, ada juga yang hanya memanen 5 kuintal hingga 1,5 ton.
Petani biasanya menjual garam ke sejumlah pengepul. "Kalau petani garam banyak, tapi pengepulnya sedikit," kata Martono. Perbandingannya, bila jumlah petani garam ratusan orang, jumlah pengepul di Desa Bumimulyo hanya tiga hingga lima pengepul saja.
Lasidi salah satu warga yang bekerja di seorang pengepul garam mengatakan, dari pengepul ini garam asli dari Kabupaten Pati dijual ke Sragen, Ngawi, hingga Sumatra dan Kalimantan. Ia bercerita, usaha pengepul garam tempatnya bekerja baru berdiri tahun 2010, meski sudah sejak lama Desa Bumimulyo menjadi sentra garam. "Tempat pengepulan ini sempat diubah, lalu dibangun kembali, karena dulu pemasaran garam dari desa ini kurang laku," tuturnya.
Penjualan garam asal Desa Bumimulyo yang kurang diminati membuat transaksi jual beli garam dari rakyat dan untuk rakyat dihentikan. Maka, kini semakin banyak petani garam yang memasarkan garam melalui pengepul. Pengepul inilah yang nanti mendistribusikan garam ke pengecer.
Namun, Lasidi menuturkan, kini sudah ada investor yang masuk dan membangun tempat pengumpulan garam ini menjadi lebih baik. Kondisi ini juga turut menambah jumlah petani garam. "Dulu tahun 1980 baru separo area saja yang jadi tambak garam, tapi sekarang sudah menyeluruh tambak tersebar di desa ini," kata Lasidi.
Melongok tambak garam terbesar di Jateng (1)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Melongok tambak garam terbesar di Jateng (1) Kamis, 13 Juli 2017 / 07:05 WIB
Perjalanan KONTAN kali ini berhenti pada salah satu desa penghasil garam, yaitu Desa Bumimulyo, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kecamatan lain di Kabupaten Pati yang juga memiliki desa penghasil garam lainnya ada di Kecamatan Juwana, Wedarijaksa, dan Trangkil.
Memasuki wilayah Pati, terik panas matahari mulai terasa menerpa kulit. Dalam perjalanan di sisi jalan terlihat beberapa gapura desa. Kebanyakan tambak garam berada di dalam desa. Biasanya, ada di belakang rumah warga.
Sudah dari zaman nenek moyang, warga di Desa Bumimulyo bermata pencaharian sebagai petani garam. Mayoritas yang pergi meladang garam adalah kaum pria. Sementara wanita biasanya bekerja di tempat pengepul garam untuk membungkus garam yang sudah selesai diolah.
Menurut Sutarman, petani garam di Desa Bumimulyo, ada sekitar 400 petani garam di desa ini. "Disini sebagian besar warganya jadi petani garam," terang Sutarman.
Petani garam lainnya, Martono mengatakan, tak semua petani punya tambak garam. Kebanyakan meladang garam di tambak yang sebelumnya sudah dimiliki orang lain.
Martono mengaku tidak ada persaingan dalam meladang garam. Hanya, Martono mengakui pendapatan antar petani memang berbeda-beda. "Tambak ada yang lebar dan kecil, ada yang mocok 10 petak, 6 petak," ujar dia.
Bila sedang masa panen, para petani garam di Desa Bumimulyo bisa mengumpulkan garam seberat 2 ton dalam sehari. Namun, karena luas tambak tiap petani berbeda, ada juga yang hanya memanen 5 kuintal hingga 1,5 ton.
Petani biasanya menjual garam ke sejumlah pengepul. "Kalau petani garam banyak, tapi pengepulnya sedikit," kata Martono. Perbandingannya, bila jumlah petani garam ratusan orang, jumlah pengepul di Desa Bumimulyo hanya tiga hingga lima pengepul saja.
Lasidi salah satu warga yang bekerja di seorang pengepul garam mengatakan, dari pengepul ini garam asli dari Kabupaten Pati dijual ke Sragen, Ngawi, hingga Sumatra dan Kalimantan. Ia bercerita, usaha pengepul garam tempatnya bekerja baru berdiri tahun 2010, meski sudah sejak lama Desa Bumimulyo menjadi sentra garam. "Tempat pengepulan ini sempat diubah, lalu dibangun kembali, karena dulu pemasaran garam dari desa ini kurang laku," tuturnya.
Penjualan garam asal Desa Bumimulyo yang kurang diminati membuat transaksi jual beli garam dari rakyat dan untuk rakyat dihentikan. Maka, kini semakin banyak petani garam yang memasarkan garam melalui pengepul. Pengepul inilah yang nanti mendistribusikan garam ke pengecer.
Namun, Lasidi menuturkan, kini sudah ada investor yang masuk dan membangun tempat pengumpulan garam ini menjadi lebih baik. Kondisi ini juga turut menambah jumlah petani garam. "Dulu tahun 1980 baru separo area saja yang jadi tambak garam, tapi sekarang sudah menyeluruh tambak tersebar di desa ini," kata Lasidi.
(Bersambung)
Reporter Danielisa Putriadita Editor Johana K.
SENTRA UKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x