Ada hubungan mebangun emosi jiwa dengan Pencahayaan. Pencahayaan bisa memengaruhi perasaan atau “mood” orang yang menggunakan ruangan tersebut. Keyakinan desainer interior Yuni Jie tersebut bahwa pencahayaan sangat penting dalam desain sebuah ruangan dapat kita pelajari untuk membangun emosi jiwa yang lebih baik.
Pertama, Yuni Jie mengategorikan pencahayaan tidak hanya berasal dari pencahayaan artifisial (buatan) atau lampu di dalam ruangan. Keberadaan sinar matahari pun penting. Maksudnya adalah pada siang hari matahari sebagai sumber penerangan utama. Tidak semata mengandalkan titik lampu. Kombinasi dua pencahayaan ini memperngaruhi emosi jiwa. “Jadi, pencahayaan sangat penting di dalam desain sebuah ruangan. Pencahayaan lebih hanya dari titik lampu saja. Karena, pencahayaan yang baik, itu ada dua. Pencahayaan natural dan yang artifisial. Yang natural itu ya sinar matahari. Dua-duanya penting karena sangat memengaruhi mood dan produktivitas,” ujarnya.
Kedua, ketika merancang pencahayaan di dalam rumah, pertimbangkan juga saklar atau tombol untuk mematikan dan menyalakan lampu. Pemilihan yang tidak tepat membuat ruangan tampak janggal. Karena itu, Yuni lebih senang menggunakan saklar atau stop kontak berwarna netral.
“Pencahayaan juga bukan hanya titik-titik lampu. Yang kita lihat, biasanya ada di langit-langit saja. Ternyata, di dinding juga ada faktor lain, seperti si stop kontak dan saklar. Kadang-kadang, penempatannya salah, mengganggu. Bentuknya salah, mengganggu. Warnanya salah, mengganggu. Jadi memang harus hati-hati dalam memilih si saklar atau stop kontak,” imbuhnya.
Ketiga, jangan lupa membagi lampu sesuai fungsinya. Hindari hanya menggunakan satu lampu untuk satu ruangan. Pecah pencahayaan buatan dalam satu ruangan. Letakkan lampu di plafon, dinding, dan meja.
Dapat dilihat pada gambar di atas, penggunaan kombinasi lampu sesuai dengan fungsinya. Ada lampu utama d itengah ruangan, dan alampu-lampu khusus / tambahan dengan fungsi khusus.
Ingat nasihat guru dulu bisa dipakai sebagai analogi sederhana, jika pada saat membaca pada malam hari yang menggunakan lampu neon (dulu tenarnya lampu neon 🙂 ) sebaiknya menggunakan 2 lampu untuk mensinkronkan frekuensi kedipan atom neon, dengan tujuan agar mata tidak lelah.
Fungsi khusus seperti ini adalah contoh sederhananya membangun emosi jiwa dengan pencahayaan. Kalau lampunya gak enak jadi cepat lelah matanya, bisa menyebabkan kurangnya produktivitas. Dan menyebabkan bad mood (esmosi) karena dari soal 10biji bisa jawab 4, salah 3 lagi… hadehhh 🙂 ).
Ada lagi yang bisa lebih bukan membangun emosi jiwa dengan pencahayaan tetapi merusak emosi jiwa dengan pencahayaan , yaitu bawa mobil sedan kemudian ada mobil di depan pakai lampu jauh, di sign gak peduli. Ha ha ha….
Berkaitan dengan fungsi, ada contoh sederhana lagi yang bisa diambil. Ingat, suasana romantis sering dikaitkan dengan pengaturan cahaya yang baik. Example yaitu candle light dinner, matahari terbit, matahari terbenam. So, tidak ada salahnya merencanakan untuk mengatur lampu kamar bagi kita yang telah menikah agar lebih bisa membangun emosi jiwa dengan pencahayaan. Why not untuk dicoba khan?
Terakhir, pilihlah lampu-lampu yang hemat energi. “Memilih lampu, asal cukup dan hemat energi. Coba lebih ditekankan ke arah LED. Kalaupun investasi di depan besar, di belakang bayar listriknya jauh banget, rendah,” pungkas sang desainer
sumber : http://properti.kompas.com/read/2014/06/14/0526552/Membangun.Emosi.Jiwa.dengan.Pencahayaan?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kppwp
Membangun Emosi Jiwa dengan Pencahayaan
Ada hubungan mebangun emosi jiwa dengan Pencahayaan. Pencahayaan bisa memengaruhi perasaan atau “mood” orang yang menggunakan ruangan tersebut. Keyakinan desainer interior Yuni Jie tersebut bahwa pencahayaan sangat penting dalam desain sebuah ruangan dapat kita pelajari untuk membangun emosi jiwa yang lebih baik.
Pertama, Yuni Jie mengategorikan pencahayaan tidak hanya berasal dari pencahayaan artifisial (buatan) atau lampu di dalam ruangan. Keberadaan sinar matahari pun penting. Maksudnya adalah pada siang hari matahari sebagai sumber penerangan utama. Tidak semata mengandalkan titik lampu. Kombinasi dua pencahayaan ini memperngaruhi emosi jiwa. “Jadi, pencahayaan sangat penting di dalam desain sebuah ruangan. Pencahayaan lebih hanya dari titik lampu saja. Karena, pencahayaan yang baik, itu ada dua. Pencahayaan natural dan yang artifisial. Yang natural itu ya sinar matahari. Dua-duanya penting karena sangat memengaruhi mood dan produktivitas,” ujarnya.
Kedua, ketika merancang pencahayaan di dalam rumah, pertimbangkan juga saklar atau tombol untuk mematikan dan menyalakan lampu. Pemilihan yang tidak tepat membuat ruangan tampak janggal. Karena itu, Yuni lebih senang menggunakan saklar atau stop kontak berwarna netral.
“Pencahayaan juga bukan hanya titik-titik lampu. Yang kita lihat, biasanya ada di langit-langit saja. Ternyata, di dinding juga ada faktor lain, seperti si stop kontak dan saklar. Kadang-kadang, penempatannya salah, mengganggu. Bentuknya salah, mengganggu. Warnanya salah, mengganggu. Jadi memang harus hati-hati dalam memilih si saklar atau stop kontak,” imbuhnya.
Ketiga, jangan lupa membagi lampu sesuai fungsinya. Hindari hanya menggunakan satu lampu untuk satu ruangan. Pecah pencahayaan buatan dalam satu ruangan. Letakkan lampu di plafon, dinding, dan meja.
Dapat dilihat pada gambar di atas, penggunaan kombinasi lampu sesuai dengan fungsinya. Ada lampu utama d itengah ruangan, dan alampu-lampu khusus / tambahan dengan fungsi khusus.
Ingat nasihat guru dulu bisa dipakai sebagai analogi sederhana, jika pada saat membaca pada malam hari yang menggunakan lampu neon (dulu tenarnya lampu neon 🙂 ) sebaiknya menggunakan 2 lampu untuk mensinkronkan frekuensi kedipan atom neon, dengan tujuan agar mata tidak lelah.
Fungsi khusus seperti ini adalah contoh sederhananya membangun emosi jiwa dengan pencahayaan. Kalau lampunya gak enak jadi cepat lelah matanya, bisa menyebabkan kurangnya produktivitas. Dan menyebabkan bad mood (esmosi) karena dari soal 10biji bisa jawab 4, salah 3 lagi… hadehhh 🙂 ).
Ada lagi yang bisa lebih bukan membangun emosi jiwa dengan pencahayaan tetapi merusak emosi jiwa dengan pencahayaan , yaitu bawa mobil sedan kemudian ada mobil di depan pakai lampu jauh, di sign gak peduli. Ha ha ha….
Berkaitan dengan fungsi, ada contoh sederhana lagi yang bisa diambil. Ingat, suasana romantis sering dikaitkan dengan pengaturan cahaya yang baik. Example yaitu candle light dinner, matahari terbit, matahari terbenam. So, tidak ada salahnya merencanakan untuk mengatur lampu kamar bagi kita yang telah menikah agar lebih bisa membangun emosi jiwa dengan pencahayaan. Why not untuk dicoba khan?
Terakhir, pilihlah lampu-lampu yang hemat energi. “Memilih lampu, asal cukup dan hemat energi. Coba lebih ditekankan ke arah LED. Kalaupun investasi di depan besar, di belakang bayar listriknya jauh banget, rendah,” pungkas sang desainer
sumber : http://properti.kompas.com/read/2014/06/14/0526552/Membangun.Emosi.Jiwa.dengan.Pencahayaan?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kppwp