PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Memburu batu hiasan di Rawa Buntu (1) Rabu, 27 September 2017 / 10:55 WIB
KONTAN.CO.ID – Di sebuah kawasan permukiman, adanya sentra tanaman hias dan pernak-perniknya, sepertinya selalu menjadi kebutuhan. Maklum, meski menjadi kebutuhan tersier, kehadiran tanaman di sebuah hunian mampu menyulap penampakan rumah menjadi lebih segar dan asri. Biarpun penampilan bangunan rumah tetap sama, pemilik juga sering menggonta-ganti tanaman untuk menciptakan suasana yang berbeda.
Oleh karena itu, bisnis tanaman hias dan perlengkapan lainnya mampu bertahan lama. Bahkan, di sebuah lokasi, keberadaan satu pedagang pun bisa mengundang pedagang lainnya, bila memang potensi pasarnya cukup besar.
Seperti yang terlihat di sentra tanaman dan hiasan taman yang ada di Rawa Buntu, Tangerang Selatan ini. Awal mula kehadiran sentra itu dari seorang pedagang bernama Haji Main dan Anwar. Mereka berdua menjual berbagai jenis batu alam penghias taman sejak 2006.
Main pun berkisah memulai bisnis batu alam ini dari modal tipis. "Dulu, saya belum ada orang yang percaya. Jadi, masih sudah mendapatkan bahan baku dan barang dagangan lainnya," kenangnya. Tapi, lama-kelamaan, setelah penjualan berangsur-angsur meningkat, Main sudah punya pemasok kepercayaan.
Berbeda cerita dengan Anwar. Dia nekat memulai bisnis ini dengan mencari teman-teman di berbagai daerah untuk mendapatkan pasokan batu alam. "Intinya, tak ada yang instan. Semua kami alami dari modal nol," ujar dia.
Dari mereka berdua, penjaja batu alam lainnya mulai berdatangan. Bahkan, kini, hampir semua jenis batu alam dan penghias taman lainnya bisa ditemukan di sentra ini. Seperti batu alam, batu koral yang ditempel di dinding, dan kreasi pijakan jalan di taman dan hiasan pahatan dari batu.
Harga jual batu-batu ini mulai dari Rp 20.000 per batu hingga Rp 100.000 per batu. Namun, ada juga batu yang dijual dalam ikatan yang berisi 10-20 lempeng batu.
Batu-batu ini diperoleh dari berbagai tempat asalnya. Misalnya, batu alam banyak dari Cirebon. Lalu, batu koral dari Flores, Bali , Alor, Kepulauan Riau dan Bengkulu. Sementara, tanaman banyak diperoleh dari daerah-daerah di Bogor, Sukabumi dan Ciledug.
Selain itu, para penjual juga menerima pesanan untuk mendesain taman. Maklum, di kawasan tersebut berkembang banyak hunian-hunian baru. Harga pembuatan taman pun bergantung dari luas, jenis tanaman dan bebatuan yang dipasang.
Para pelanggan banyak datang dari seputar Tangerang Selatan. Maklum, di sekitar kawasan tersebut banyak dipenuhi perumahan baru. "Sejak buka sampai sekarang, pelanggan kami berasal dari perumahan-perumahan di daerah Serpong, Rawa Buntu dan wilayah Bumi Serpong Damai," kata Anwar. Selain pelanggan ritel, banyak pula konsumen dari proyek-proyek pengembang.
Baik Main maupun Anwar hanya mengandalkan keberadaan gerainya sebagai media promosi. "Karena di sini banyak yang lewat," ujarnya.
Meski begitu, omzet yang dikantongi lumayan. Dalam sehari, perolehan omzet berkisar Rp 700.000-Rp 800.000 atau mencapai Rp 20 juta-Rp 30 juta per bulan. n
Memburu batu hiasan di Rawa Buntu (1)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Memburu batu hiasan di Rawa Buntu (1) Rabu, 27 September 2017 / 10:55 WIB
KONTAN.CO.ID – Di sebuah kawasan permukiman, adanya sentra tanaman hias dan pernak-perniknya, sepertinya selalu menjadi kebutuhan. Maklum, meski menjadi kebutuhan tersier, kehadiran tanaman di sebuah hunian mampu menyulap penampakan rumah menjadi lebih segar dan asri. Biarpun penampilan bangunan rumah tetap sama, pemilik juga sering menggonta-ganti tanaman untuk menciptakan suasana yang berbeda.
Oleh karena itu, bisnis tanaman hias dan perlengkapan lainnya mampu bertahan lama. Bahkan, di sebuah lokasi, keberadaan satu pedagang pun bisa mengundang pedagang lainnya, bila memang potensi pasarnya cukup besar.
Seperti yang terlihat di sentra tanaman dan hiasan taman yang ada di Rawa Buntu, Tangerang Selatan ini. Awal mula kehadiran sentra itu dari seorang pedagang bernama Haji Main dan Anwar. Mereka berdua menjual berbagai jenis batu alam penghias taman sejak 2006.
Main pun berkisah memulai bisnis batu alam ini dari modal tipis. "Dulu, saya belum ada orang yang percaya. Jadi, masih sudah mendapatkan bahan baku dan barang dagangan lainnya," kenangnya. Tapi, lama-kelamaan, setelah penjualan berangsur-angsur meningkat, Main sudah punya pemasok kepercayaan.
Berbeda cerita dengan Anwar. Dia nekat memulai bisnis ini dengan mencari teman-teman di berbagai daerah untuk mendapatkan pasokan batu alam. "Intinya, tak ada yang instan. Semua kami alami dari modal nol," ujar dia.
Dari mereka berdua, penjaja batu alam lainnya mulai berdatangan. Bahkan, kini, hampir semua jenis batu alam dan penghias taman lainnya bisa ditemukan di sentra ini. Seperti batu alam, batu koral yang ditempel di dinding, dan kreasi pijakan jalan di taman dan hiasan pahatan dari batu.
Harga jual batu-batu ini mulai dari Rp 20.000 per batu hingga Rp 100.000 per batu. Namun, ada juga batu yang dijual dalam ikatan yang berisi 10-20 lempeng batu.
Batu-batu ini diperoleh dari berbagai tempat asalnya. Misalnya, batu alam banyak dari Cirebon. Lalu, batu koral dari Flores, Bali , Alor, Kepulauan Riau dan Bengkulu. Sementara, tanaman banyak diperoleh dari daerah-daerah di Bogor, Sukabumi dan Ciledug.
Selain itu, para penjual juga menerima pesanan untuk mendesain taman. Maklum, di kawasan tersebut berkembang banyak hunian-hunian baru. Harga pembuatan taman pun bergantung dari luas, jenis tanaman dan bebatuan yang dipasang.
Para pelanggan banyak datang dari seputar Tangerang Selatan. Maklum, di sekitar kawasan tersebut banyak dipenuhi perumahan baru. "Sejak buka sampai sekarang, pelanggan kami berasal dari perumahan-perumahan di daerah Serpong, Rawa Buntu dan wilayah Bumi Serpong Damai," kata Anwar. Selain pelanggan ritel, banyak pula konsumen dari proyek-proyek pengembang.
Baik Main maupun Anwar hanya mengandalkan keberadaan gerainya sebagai media promosi. "Karena di sini banyak yang lewat," ujarnya.
Meski begitu, omzet yang dikantongi lumayan. Dalam sehari, perolehan omzet berkisar Rp 700.000-Rp 800.000 atau mencapai Rp 20 juta-Rp 30 juta per bulan. n
(Bersambung)
Reporter Mia Chiara Editor Johana K.
SENTRA UKM
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=E4Y-jxDz90M]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]