KONTAN.CO.ID – Buah tin atau yang disebut juga dengan buah ara, kini tengah naik daun karena manfaatnya bagi kesehatan. Pohon buah tin biasanya tumbuh di negara yang beriklim gurun, ternyata bisa dibudidayakan di Indonesia. Karena banyak diburu oleh masyarakat, setahun belakangan, pohonnya mulai dibudidayakan di Indonesia.
Salah satu pembudidaya pohon buah aras adalah Rakianing Djati. "Saya baru mulai sejak 10 bulan lalu, karena mulai banyak yang cari," kata Rakia yang membudidayakannya di Cilacap, Jawa Tengah.
Bibit buah tin milik Rakia berukuran 40-50 centimeter (cm) dibanderol mulai Rp 130.000-Rp 150.000 per pohon. Bibit buah tin jenis long yellow harganya lebih tinggi dibandingkan dengan buah tin jenis red israel. "Kebetulan, bibit saya hanya dua jenis itu," tuturnya.
Meski belum setahun menjadi pembudidaya buah tin, Rakia mengaku bisnis bibit buah tin hingga saat ini masih tetap banyak peminatnya. Dalam sehari pasti ada konsumen yang mencari bibit buah khas Timur Tengah tersebut. "Dalam sehari, minimal bisa jual satu sampai dua polybag. Kalau lagi ramai pesanan, saya bisa jual sampai lima polybag sehari," ungkapnya. Pelanggan pembeli bibit buah tin kebanyakan berasal dari luar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatra dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pembibitan buah tin ini dilakukan Rakia melalui cara cangkok. Induk pohonnya, ia dapatkan dari Yogyakarta. Meski banyak permintaan bibit buah tin, Rakia mengaku kewalahan melayani permintaan konsumen. Pasalnya, indukan pohon buah tin di Indonesia masih terbatas dan lahan yang ia miliki terbatas.
Menurut Rakia, selama ini cara cangkok lebih cepat dibanding setek untuk mendapatkan bibit baru. Terkadang Rakia juga menjual buah tin jika ada permintaan konsumen, dengan catatan jika pohon buah tin miliknya juga berbuah lebat.
Berbeda dengan Rakia, Yoni Wahyudi menjual buah tin. Buah Tin hasil kebun Yoni banderol Rp 120.000 per kilogram (kg). Konsumen bisa bebas membeli per kg atau per buah. Harga per buah dibanderol Rp 10.000.
Biasanya, satu kilogram berisi 6-7 buah tin. "Itu harga saya sudah murah karena petik langsung dari kebun. Kalau di luar atau di toko ritel besar, harganya bisa sampai Rp 200.000 per kilogram," tuturnya.
Yoni sendiri memiliki sepuluh pohon buah tin di kebunnya. Jika sedang ramai pembeli, dalam sekali panen, ia bisa menjual 70-100 kg. "Tapi jenis buah tin dalam satu kilogram itu acak. Maksudnya tidak bisa sejenis karena biasanya saya ambil dari yang buahnya sudah benar-benar matang. Kalau pesannya sedikit, misal lima buah, bisa diusahakan sejenis," paparnya.
Selanjutnya Halaman 12 Reporter Elisabeth Adventa Editor Johana K.
Menanam asa di kebun ara
PELUANG USAHA / AGRIBISNIS Menanam asa di kebun ara Sabtu, 18 November 2017 / 10:15 WIB
KONTAN.CO.ID – Buah tin atau yang disebut juga dengan buah ara, kini tengah naik daun karena manfaatnya bagi kesehatan. Pohon buah tin biasanya tumbuh di negara yang beriklim gurun, ternyata bisa dibudidayakan di Indonesia. Karena banyak diburu oleh masyarakat, setahun belakangan, pohonnya mulai dibudidayakan di Indonesia.
Salah satu pembudidaya pohon buah aras adalah Rakianing Djati. "Saya baru mulai sejak 10 bulan lalu, karena mulai banyak yang cari," kata Rakia yang membudidayakannya di Cilacap, Jawa Tengah.
Bibit buah tin milik Rakia berukuran 40-50 centimeter (cm) dibanderol mulai Rp 130.000-Rp 150.000 per pohon. Bibit buah tin jenis long yellow harganya lebih tinggi dibandingkan dengan buah tin jenis red israel. "Kebetulan, bibit saya hanya dua jenis itu," tuturnya.
Meski belum setahun menjadi pembudidaya buah tin, Rakia mengaku bisnis bibit buah tin hingga saat ini masih tetap banyak peminatnya. Dalam sehari pasti ada konsumen yang mencari bibit buah khas Timur Tengah tersebut. "Dalam sehari, minimal bisa jual satu sampai dua polybag. Kalau lagi ramai pesanan, saya bisa jual sampai lima polybag sehari," ungkapnya. Pelanggan pembeli bibit buah tin kebanyakan berasal dari luar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatra dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pembibitan buah tin ini dilakukan Rakia melalui cara cangkok. Induk pohonnya, ia dapatkan dari Yogyakarta. Meski banyak permintaan bibit buah tin, Rakia mengaku kewalahan melayani permintaan konsumen. Pasalnya, indukan pohon buah tin di Indonesia masih terbatas dan lahan yang ia miliki terbatas.
Menurut Rakia, selama ini cara cangkok lebih cepat dibanding setek untuk mendapatkan bibit baru. Terkadang Rakia juga menjual buah tin jika ada permintaan konsumen, dengan catatan jika pohon buah tin miliknya juga berbuah lebat.
Berbeda dengan Rakia, Yoni Wahyudi menjual buah tin. Buah Tin hasil kebun Yoni banderol Rp 120.000 per kilogram (kg). Konsumen bisa bebas membeli per kg atau per buah. Harga per buah dibanderol Rp 10.000.
Biasanya, satu kilogram berisi 6-7 buah tin. "Itu harga saya sudah murah karena petik langsung dari kebun. Kalau di luar atau di toko ritel besar, harganya bisa sampai Rp 200.000 per kilogram," tuturnya.
Yoni sendiri memiliki sepuluh pohon buah tin di kebunnya. Jika sedang ramai pembeli, dalam sekali panen, ia bisa menjual 70-100 kg. "Tapi jenis buah tin dalam satu kilogram itu acak. Maksudnya tidak bisa sejenis karena biasanya saya ambil dari yang buahnya sudah benar-benar matang. Kalau pesannya sedikit, misal lima buah, bisa diusahakan sejenis," paparnya.
Selanjutnya Halaman 1 2 Reporter Elisabeth Adventa Editor Johana K.
0
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=E4Y-jxDz90M]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]