Bagi sebagian orang, daun tempuyung terdengar asing. Tanaman herbal yang memiliki nama latin sonchus arvensis ini merupakan tanaman obat untuk berbagai macam penyakit. Antara lain, demam, bisul, kencing batu, usus buntu, penurun berat badan dan atasi batu ginjal.
Banyaknya khasiat inilah yang membuat tanaman ini menuai banyak permintaan. Seperti yang dialami oleh Asfiyak Toga As, salah satu pembudidaya asal Blitar, Jawa Timur.
Dia sudah membudidaya daun tempuyung sejak dua tahun lalu. Awal menanam daun tempuyung, Toga membeli bibit dari rekan pembudidaya. Untuk menanam bibit tempuyung, dia menggunakan lahan seluas 50 m2 di area pekarangan rumahnya.
Ketertarikan Toga menanam tanaman yang merupakan varietas lama ini karena banyaknya manfaat yang diperoleh. "Banyak manfaat setelah konsumsi daun tempuyung, selain mengatasi kencing batu, kolestrol, juga bisa buat diet," sebut Toga.
Dia membanderol bibit tanaman Rp 20.000 per bibit. Sementara daun kering dijual Rp 140.000-Rp 160.000 per kilo. Peminat daun tempuyung, diakui Toga sudah meluas. Buktinya pembeli yang memesan datang dar seluruh Indonesia.
Dalam sebulan, Toga bisa menjual sekitar 1 kilogram (kg) daun kering dan 6 kg daun segar. Toga memasarkan bibit dan daun kering tempuyung melalui website www.angetmas.com.
Roni Pranata, pembudidaya tanaman herbal, juga turut memasukkan daun tempuyung dalam daftar tanaman di kebunnya. Di Yogyakarta, Roni mengelola sebidang lahan untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman herbal. "Tempuyung adalah salah satu tanaman yang kami budidayakan. Tapi, jumlahnya memang tak banyak dibanding tanaman lain," jelas Roni.
Di kebunnya, saat ini ada sekitar 200 tanaman tempuyung. Tanaman ini dibudidaya dan selanjutnya dijual lagi dalam bentuk daun maupun bibit kepada produsen-produsen jamu.
Sebagai pemasok, Roni menjual daun tempuyung senilai Rp 50.000 per kilo. Harga ini diluar ongkos kirim. "Kami juga sediakan bibitnya, pembeliannya sesuai permintaan saja, semisal Rp 50.000 untuk beberapa biji," ujar Roni.
Roni sudah menjadi pemain lama dalam bisnis tanaman herbal. Namun, baru tiga tahun terakhir ia membudidayakan tempuyung. Ia pun menilai permintaan tempuyung cukup tinggi.
Dalam seminggu, Roni bisa memanen 5 kg daun tempuyung. Meski begitu, dalam sebulan ia bisa memenuhi permintaan sebanyak 2 kuintal-4 kuintal daun tempuyung. "Kekurangannya kami kumpulkan dari petani-petani yang sudah jadi mitra," tutur Roni.
(Bersambung)
Reporter Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri Editor Johana K.
Menanam Peluang Kebun Tempuyung (1)
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA, AGRIBISNIS Menanam Peluang Kebun Tempuyung (1) Selasa, 09 Mei 2017 / 11:05 WIB
Bagi sebagian orang, daun tempuyung terdengar asing. Tanaman herbal yang memiliki nama latin sonchus arvensis ini merupakan tanaman obat untuk berbagai macam penyakit. Antara lain, demam, bisul, kencing batu, usus buntu, penurun berat badan dan atasi batu ginjal.
Banyaknya khasiat inilah yang membuat tanaman ini menuai banyak permintaan. Seperti yang dialami oleh Asfiyak Toga As, salah satu pembudidaya asal Blitar, Jawa Timur.
Dia sudah membudidaya daun tempuyung sejak dua tahun lalu. Awal menanam daun tempuyung, Toga membeli bibit dari rekan pembudidaya. Untuk menanam bibit tempuyung, dia menggunakan lahan seluas 50 m2 di area pekarangan rumahnya.
Ketertarikan Toga menanam tanaman yang merupakan varietas lama ini karena banyaknya manfaat yang diperoleh. "Banyak manfaat setelah konsumsi daun tempuyung, selain mengatasi kencing batu, kolestrol, juga bisa buat diet," sebut Toga.
Dia membanderol bibit tanaman Rp 20.000 per bibit. Sementara daun kering dijual Rp 140.000-Rp 160.000 per kilo. Peminat daun tempuyung, diakui Toga sudah meluas. Buktinya pembeli yang memesan datang dar seluruh Indonesia.
Dalam sebulan, Toga bisa menjual sekitar 1 kilogram (kg) daun kering dan 6 kg daun segar. Toga memasarkan bibit dan daun kering tempuyung melalui website www.angetmas.com.
Roni Pranata, pembudidaya tanaman herbal, juga turut memasukkan daun tempuyung dalam daftar tanaman di kebunnya. Di Yogyakarta, Roni mengelola sebidang lahan untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman herbal. "Tempuyung adalah salah satu tanaman yang kami budidayakan. Tapi, jumlahnya memang tak banyak dibanding tanaman lain," jelas Roni.
Di kebunnya, saat ini ada sekitar 200 tanaman tempuyung. Tanaman ini dibudidaya dan selanjutnya dijual lagi dalam bentuk daun maupun bibit kepada produsen-produsen jamu.
Sebagai pemasok, Roni menjual daun tempuyung senilai Rp 50.000 per kilo. Harga ini diluar ongkos kirim. "Kami juga sediakan bibitnya, pembeliannya sesuai permintaan saja, semisal Rp 50.000 untuk beberapa biji," ujar Roni.
Roni sudah menjadi pemain lama dalam bisnis tanaman herbal. Namun, baru tiga tahun terakhir ia membudidayakan tempuyung. Ia pun menilai permintaan tempuyung cukup tinggi.
Dalam seminggu, Roni bisa memanen 5 kg daun tempuyung. Meski begitu, dalam sebulan ia bisa memenuhi permintaan sebanyak 2 kuintal-4 kuintal daun tempuyung. "Kekurangannya kami kumpulkan dari petani-petani yang sudah jadi mitra," tutur Roni.
(Bersambung)
Reporter Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri Editor Johana K.
0
Feedback ↑ x Feedback ↓ x