Biarpun pemainnya bermunculan, bisnis olahan ayam masih renyah. Ayam goreng masih menjadi pilihan lauk bagi keluarga. Rasanya gurih dan harganya terjangkau membuat para pelaku bisnis pun banyak melirik menu ini untuk menjadi ladang usaha mereka.
Seperti yang Andri Ariawan lakoni. Dia membuka Chicken Granny di Semarang pada 2015 lalu. Di gerainya, Andri menyajikan olahan nasi dan ayam krispi dalam sebuah mangkok atau ricebowl. Setelah dua tahun berjalan, April lalu, Andri menawarkan kemitraan Chicken Granny.
Ada dua paket kemitraan Chicken Granny. Yakni Paket Eco senilai Rp 9 juta dan Paket Komplit dengan harga Rp 9,825 juta. Mitra Paket Eco akan mendapatkan booth knock down, lampu sorot, bowl/cup sebanyak 1.200 porsi, apron dan daftar menu. Sementara, mitra Paket Komplit mendapat tambahan berupa kontainer daging dan tas tenteng, panci deep fryer, roll up banner dan brosur. Namun, nilai paket ini belum termasuk bahan baku.
Harga paket ini di luar biaya sewa tempat. Mitra pun harus menyediakan karyawan untuk mendukung operasional. Kebutuhan karyawan dua orang.
Andri tak memungut royalty fee. Namun, mitra wajib untuk membeli bahan baku seperti tepung dan saus di pusat. Sementara untuk daging, nasi dan bahan baku pelengkap lainnya bisa disediakan sendiri.
Varian menu yang dijajakan Chicken Granny terdiri dari ricebowl pedas dan non pedas dan pop fried chicken. “Keunggulan kita banyak varian rasa, bahkan masakan tradisional kita sajikan secara lebih modern, “ kata Andri. Harga per cup Chicken Granny mulai Rp 20.000 sampai dengan Rp 35.000.
Menurut perkiraan, mitra bisa mendapatkan omzet mulai Rp 6 juta–Rp 9 juta saban bulan. Dengan laba bersih berkisar 35%–40% dari omzet, Andri memasang target modal mitra bisa kembali dalam enam hingga delapan bulan. Andri menargetkan akan mendapat dua hingga tiga mitra pada waralaba yang baru ditawarkan ini.
Mencicip gurih laba menu ricebowl
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Mencicip gurih laba menu ricebowl Minggu, 07 Mei 2017 / 12:00 WIB
Biarpun pemainnya bermunculan, bisnis olahan ayam masih renyah. Ayam goreng masih menjadi pilihan lauk bagi keluarga. Rasanya gurih dan harganya terjangkau membuat para pelaku bisnis pun banyak melirik menu ini untuk menjadi ladang usaha mereka.
Seperti yang Andri Ariawan lakoni. Dia membuka Chicken Granny di Semarang pada 2015 lalu. Di gerainya, Andri menyajikan olahan nasi dan ayam krispi dalam sebuah mangkok atau ricebowl. Setelah dua tahun berjalan, April lalu, Andri menawarkan kemitraan Chicken Granny.
Ada dua paket kemitraan Chicken Granny. Yakni Paket Eco senilai Rp 9 juta dan Paket Komplit dengan harga Rp 9,825 juta. Mitra Paket Eco akan mendapatkan booth knock down, lampu sorot, bowl/cup sebanyak 1.200 porsi, apron dan daftar menu. Sementara, mitra Paket Komplit mendapat tambahan berupa kontainer daging dan tas tenteng, panci deep fryer, roll up banner dan brosur. Namun, nilai paket ini belum termasuk bahan baku.
Harga paket ini di luar biaya sewa tempat. Mitra pun harus menyediakan karyawan untuk mendukung operasional. Kebutuhan karyawan dua orang.
Andri tak memungut royalty fee. Namun, mitra wajib untuk membeli bahan baku seperti tepung dan saus di pusat. Sementara untuk daging, nasi dan bahan baku pelengkap lainnya bisa disediakan sendiri.
Varian menu yang dijajakan Chicken Granny terdiri dari ricebowl pedas dan non pedas dan pop fried chicken. “Keunggulan kita banyak varian rasa, bahkan masakan tradisional kita sajikan secara lebih modern, “ kata Andri. Harga per cup Chicken Granny mulai Rp 20.000 sampai dengan Rp 35.000.
Menurut perkiraan, mitra bisa mendapatkan omzet mulai Rp 6 juta–Rp 9 juta saban bulan. Dengan laba bersih berkisar 35%–40% dari omzet, Andri memasang target modal mitra bisa kembali dalam enam hingga delapan bulan. Andri menargetkan akan mendapat dua hingga tiga mitra pada waralaba yang baru ditawarkan ini.
Reporter Danielisa Putriadita Editor Johana K.
0
Feedback ↑ x Feedback ↓ x