PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Mencicip kuliner khas Minang di Jakarta (3) Minggu, 19 November 2017 / 09:30 WIB
KONTAN.CO.ID – Malam itu, jalanan Ibu Kota Jakarta nampak lengang. Begitu pula dengan sentra kuliner khas Minang di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat yang sepi pengunjung.
Menurut Budi Sayoga, pemilik gerai Bareh Solok di sentra tersebut, kondisi sepi memang kerap terlihat tiga tahun terakhir ini. "Dulu ramai, di tengah malam masih banyak pengunjung berdatangan," jelas Budi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Sutiya, seorang pedagang lemang di sentra kuliner itu. Ia mengaku omzetnya terus turun sejak dua tahun lalu. "Omzet saya mencapai puncak pada 2012. Bisa dua kali lipat dari omzet sekarang," tuturnya.
Namun begitu, Sutiya tetap bersyukur. Sebab, meski sepi pada hari-hari biasa, saat jelang Idul Fitri pesanan lemang membanjir. Bahkan, Sutiya rela lembur untuk mengerjakan pesanan tersebut. "Kalau menjelang Idul Fitri, banyak orang yang pulang kampung itu pasti banyak pesanan. Saya harus lembur, dibantu sama lima karyawan tambahan di rumah," ujarnya.
Ia juga harus membayar karyawan tambahan demi demi memenuhi pesanan pelanggan. Bahkan pesanannya sampai lima kali lipat dari penjualan hari biasa.
Berkah Ramadhan juga dirasakan oleh Budi. Gerai nasi kapau miliknya harus menambah ekstra waktu demi melayani pembeli untuk makan sahur dan buka puasa.
Sepanjang hari gerainya tetap melayani pembeli yang tidak berpuasa di siang hari, tapi makanannya harus dibungkus. Gerai nasi kapau yang lain juga menerapkan hal serupa. "Memang sudah perjanjian, selama bulan puasa, kami tidak melayani makan di tempat. Semua harus dibungkus, untuk menghormati yang puasa. Jadi di sentra ini tidak ada pembeli yang makan di tempat," kata Budi.
Gerai Bareh Solok akan buka lebih lama selama Ramadhan, yakni pukul 11.00 sampai pukul 05.00 pagi. Padahal di hari biasa, gerai milik Budi tersebut hanya buka sampai pukul 02.00. Karena melayani makan sahur, ada tambahan waktu buka. Hampir sebagian besar gerai nasi kapau juga melakukan hal yang sama.
Tak hanya waktu buka yang menjadi ekstra, omzet yang dikantongi pun berlipat dari hari biasa. Budi mengaku selama Ramadhan, gerainya bisa menghasilkan omzet hingga puluhan juta rupiah per hari. Bisa dibilang, omzet meningkat empat kali lipat dibanding hari biasa.
"Walaupun ada pelemahan daya beli, Alhamdulilah, omzet meningkat waktu Ramadhan tahun ini. Gerai yang lain saya yakin juga meningkat. Karena setiap jam sahur dan buka puasa, pembeli nggak ada habisnya datang ke sini, sampai antri," tutur Budi.
Ia juga menuturkan, tiap akhir pekan, terutama hari Jumat dan Sabtu, makin malam, makin banyak pembeli yang berdatangan. "Karena kalau hari Minggu orang tidak mau keluar sampai larut malam, besok paginya harus kerja," pungkasnya.
Mencicip kuliner khas Minang di Jakarta (3)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Mencicip kuliner khas Minang di Jakarta (3) Minggu, 19 November 2017 / 09:30 WIB
KONTAN.CO.ID – Malam itu, jalanan Ibu Kota Jakarta nampak lengang. Begitu pula dengan sentra kuliner khas Minang di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat yang sepi pengunjung.
Menurut Budi Sayoga, pemilik gerai Bareh Solok di sentra tersebut, kondisi sepi memang kerap terlihat tiga tahun terakhir ini. "Dulu ramai, di tengah malam masih banyak pengunjung berdatangan," jelas Budi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Sutiya, seorang pedagang lemang di sentra kuliner itu. Ia mengaku omzetnya terus turun sejak dua tahun lalu. "Omzet saya mencapai puncak pada 2012. Bisa dua kali lipat dari omzet sekarang," tuturnya.
Namun begitu, Sutiya tetap bersyukur. Sebab, meski sepi pada hari-hari biasa, saat jelang Idul Fitri pesanan lemang membanjir. Bahkan, Sutiya rela lembur untuk mengerjakan pesanan tersebut. "Kalau menjelang Idul Fitri, banyak orang yang pulang kampung itu pasti banyak pesanan. Saya harus lembur, dibantu sama lima karyawan tambahan di rumah," ujarnya.
Ia juga harus membayar karyawan tambahan demi demi memenuhi pesanan pelanggan. Bahkan pesanannya sampai lima kali lipat dari penjualan hari biasa.
Berkah Ramadhan juga dirasakan oleh Budi. Gerai nasi kapau miliknya harus menambah ekstra waktu demi melayani pembeli untuk makan sahur dan buka puasa.
Sepanjang hari gerainya tetap melayani pembeli yang tidak berpuasa di siang hari, tapi makanannya harus dibungkus. Gerai nasi kapau yang lain juga menerapkan hal serupa. "Memang sudah perjanjian, selama bulan puasa, kami tidak melayani makan di tempat. Semua harus dibungkus, untuk menghormati yang puasa. Jadi di sentra ini tidak ada pembeli yang makan di tempat," kata Budi.
Gerai Bareh Solok akan buka lebih lama selama Ramadhan, yakni pukul 11.00 sampai pukul 05.00 pagi. Padahal di hari biasa, gerai milik Budi tersebut hanya buka sampai pukul 02.00. Karena melayani makan sahur, ada tambahan waktu buka. Hampir sebagian besar gerai nasi kapau juga melakukan hal yang sama.
Tak hanya waktu buka yang menjadi ekstra, omzet yang dikantongi pun berlipat dari hari biasa. Budi mengaku selama Ramadhan, gerainya bisa menghasilkan omzet hingga puluhan juta rupiah per hari. Bisa dibilang, omzet meningkat empat kali lipat dibanding hari biasa.
"Walaupun ada pelemahan daya beli, Alhamdulilah, omzet meningkat waktu Ramadhan tahun ini. Gerai yang lain saya yakin juga meningkat. Karena setiap jam sahur dan buka puasa, pembeli nggak ada habisnya datang ke sini, sampai antri," tutur Budi.
Ia juga menuturkan, tiap akhir pekan, terutama hari Jumat dan Sabtu, makin malam, makin banyak pembeli yang berdatangan. "Karena kalau hari Minggu orang tidak mau keluar sampai larut malam, besok paginya harus kerja," pungkasnya.
(Selesai)
Reporter Elisabeth Adventa Editor Johana K.
SENTRA PENJUALAN
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=8Joof_3Cqtg]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]