PELUANG USAHA / START UP Mencomblangi baju kotor dan tukang cuci kiloan Rabu, 14 September 2016 / 21:06 WIB
Meski remeh-temeh, urusan baju kotor seringkali memusingkan dan menyita banyak waktu.
Bukan soal mencuci saja. Di kota besar seperti Jakarta, keperluan mengantar pakaian kotor ke penatu pun kadangkala merepotkan.
Jam kerja yang padat membuat pengguna penatu tak ketemu waktu yang pas dengan jam buka laundry. Belum lagi susahnya meluangkan waktu untuk mengambil pakaian bersih.
Pun begitu bagi para pebisnis penatu, tak mudah bagi mereka untuk melebarkan sayap bisnis demi menjangkau pasar yang lebih luas. Butuh modal besar kalau ingin menambah cabang plus waktu yang tak sebentar sampai bisa balik modal.
Terlebih, pebisnis penatu kerap mengalami masalah dalam cash flow. Sebab, uang baru akan masuk saat pelanggan mengambil baju.
Hal ini yang dirasakan oleh Halilintar Ramadhan saat ikut mengurus usaha penatu keluarganya dua tahun terakhir. Dia bilang sulit untuk mengembangkan usaha dan menggarap pasar anyar.
Tak ayal, Halilintar kudu memutar otak untuk bisa membesarkan usaha keluarga namun tetap meminimalisasi pembelian aset. Berbekal riset, Halilintar menemukan ide untuk membuat aplikasi on-demandservice yang fokus pada jasa penatu.
“Di luar negeri sudah ada permintaan penatu bisnis berbasis aplikasi, kelihatannya lebih mudah juga untuk scale up bisnis karena ini, kan, light asset,” kata Halilintar.
September 2015, Halilintar mulai mengumpulkan informasi terkait bisnis penatu berbasis aplikasi yang sudah ada di luar negeri. Seperti model bisnis yang sesuai dengan kondisi pasar usaha penatu di Indonesia.
Kebetulan ada satu orang sahabatnya yang piawai membuat coding dan tertarik dengan ide bisnis Halilintar. Alhasil, Halilintar tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk mengembangkan aplikasi yang diberi nama Taptopick itu.
Meski enggan menyebut angka pasti, Halilintar menyebutkan, untuk membangun usaha rintisan berbasis teknologi perlu dana sekitar Rp 200 juta-Rp 300 juta. Dana dari kantong pribadi dan keluarga ini dipakai untuk membangun sistem, menyewa tempat, membayar karyawan pemasaran dan tim administrasi serta kurir internal.
“Karena light asset dana itu untuk biaya operasional bisnis selama enam sampai sembilan bulan ke depan dan bisa menghasilkan uang,” ujar pria yang disapa Lintar ini.
Jalin mitra
Taptopick meluncur di pasar pada Januari 2016. Halilintar mengklaim ini adalah penatu berbasis aplikasi handphone pertama kali di Indonesia. Model bisnis Taptopick adalah menjalin kerjasama dengan banyak pengusaha penatu.
Dia tak ingin menggerus pendapatan para pengusaha penatu dengan mengutip biaya karena telah menggunakan aplikasinya. “Jadi mereka tetap dengan harga jasa yang sudah mereka tetapkan. Kami hanya sediakan tambahan jasa pemasaran dan menyediakan kurir,” ujar Lintar.
Jalan selama delapan bulan, Taptopick masih fokus membesarkan usaha di kota Jakarta. Meski banyak permintaan kerjasama yang masuk, Lintar tak sembarangan menerima mereka sebagai mitra Taptopick.
Ada beberapa syarat yang harus mereka penuhi jika ingin menjadi mitra Taptopick. Semua soal kualitas pencucian. Seperti cucian tak boleh bau, harus rapi dan licin, tidak boleh ada noda tertinggal dan punya aroma parfum yang baik.
Untuk mendapat kriteria itu, setiap mitra yang ingin bergabung harus berpengalaman minimal dua tahun dan memiliki standard operating procedure (SOP) yang dijalankan. Nantinya, Taptopick akan mensurvei lokasi usaha sang mitra dan melihat proses mulai dari pencucian hingga pembungkusan.
Taptopick juga mengenalkan metode mystery shopper untuk cek konsistensi kualitas cucian. Pihaknya akan mengirim orang untuk mencuci di laundry calon mitra dan hasil cucinya akan cek.
“Ada lima kali pengecekan lewat cara ini dan kelimanya harus lulus. Kalau satu gagal kita enggak bisa kerjasama,” kata Lintar.
Hal ini dilakukan karena Lintar menyasar segmen kelas menengah. Kualitas cucian pun harus menjadi perhatian utama mengingat persaingan bisnis penatu semakin ketat.
Dengan jasa antar jemput menggunakan aplikasi, praktis tarif penatu lewat Taptopick lebih mahal. Jadi, satu-satunya cara memenangkan pasar adalah dengan menjaga kualitas cucian dan layanan.
Tarif satu kilogram penatu lewat Taptopick Rp 12.000 untuk jasa cuci dan lipat, jika plus setrika Rp 15.000. Atas setiap kilogram, Taptopick mendapat upah bervariasi tergantung dari berapa tarif jasa cuci sang mitra.
Umumnya harga cuci di penatu mitra berkisar Rp 7.000–Rp 10.000 per kilogram. “Sisanya untuk biaya operasional dan benefit yang kami tawarkan,” ujar Lintar.
Mitra yang bergabung dengan Taptopick akan mendapat fasilitas antar-jemput tanpa dipungut biaya tambahan sekaligus memperluas jangkauan pasarnya. Selain itu, kata Lintar, masalah utama bisnis penatu terkait cash flow akan teratasi.
Sebab, Taptopick akan membayar jasa mereka di awal bukan saat mengambil cucian bersih. Setiap penatu yang bergabung wajib memiliki rekening bank agar memudahkan proses transfer melalui sistem aplikasi.
Saat ini Taptopick baru menjalin kerjasama dengan 16 mitra di Jakarta. Memang belum banyak sesuai permintaan jasa cuci lewat Taptopick yang juga belum terlalu banyak.
Per hari rata-rata baru ada sembilan pesanan masuk lewat aplikasi ini dengan bobot rata-rata cucian 5 kg–7 kg. “Untuk Jakarta kita stop dulu sampai permintaannya tumbuh, di kota lain kami akan mulai kerjasama dengan mitra lain,” tuturnya.
Sambil mengedukasi pasar agar menggunakan aplikasi on-demandservice, Lintar juga tetap memasang strategi ekspansi. Dalam waktu dekat Taptopick akan menambah jaringan mitra di kota lain seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dalam beberapa bulan ke depan Bandung dan Bali juga akan masuk radar ekspansi.
Sebagai usaha rintisan dengan modal terbatas, Taptopick sadar bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengembangkan sayap bisnis. Sekarang, Taptopick sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa perusahaan rintisan berbasis teknologi juga, seperti Yessboss dan Popbox Locker.
Nantinya, layanan Taptopick bisa dinikmati lewat Yessboss dan menggunakan Popbox Locker sebagai tempat pengiriman cucian bersih.
Selain kolaborasi, Taptopick juga menjalin kerjasama dengan departemen sumber daya manusia di beberapa perusahaan untuk program promosi. Karyawan tinggal memasukkan kode perusahaan untuk menikmati potongan harga di Taptopick.
Sayangnya, Lintar belum bisa berbagi informasi perihal perusahaan mana saja yang sudah dia gandeng untuk memuluskan program promosi ini.
Mencomblangi baju kotor dan tukang cuci kiloan
PELUANG USAHA / START UP Mencomblangi baju kotor dan tukang cuci kiloan Rabu, 14 September 2016 / 21:06 WIB
Meski remeh-temeh, urusan baju kotor seringkali memusingkan dan menyita banyak waktu.
Bukan soal mencuci saja. Di kota besar seperti Jakarta, keperluan mengantar pakaian kotor ke penatu pun kadangkala merepotkan.
Jam kerja yang padat membuat pengguna penatu tak ketemu waktu yang pas dengan jam buka laundry. Belum lagi susahnya meluangkan waktu untuk mengambil pakaian bersih.
Pun begitu bagi para pebisnis penatu, tak mudah bagi mereka untuk melebarkan sayap bisnis demi menjangkau pasar yang lebih luas. Butuh modal besar kalau ingin menambah cabang plus waktu yang tak sebentar sampai bisa balik modal.
Terlebih, pebisnis penatu kerap mengalami masalah dalam cash flow. Sebab, uang baru akan masuk saat pelanggan mengambil baju.
Hal ini yang dirasakan oleh Halilintar Ramadhan saat ikut mengurus usaha penatu keluarganya dua tahun terakhir. Dia bilang sulit untuk mengembangkan usaha dan menggarap pasar anyar.
Tak ayal, Halilintar kudu memutar otak untuk bisa membesarkan usaha keluarga namun tetap meminimalisasi pembelian aset. Berbekal riset, Halilintar menemukan ide untuk membuat aplikasi on-demand service yang fokus pada jasa penatu.
“Di luar negeri sudah ada permintaan penatu bisnis berbasis aplikasi, kelihatannya lebih mudah juga untuk scale up bisnis karena ini, kan, light asset,” kata Halilintar.
September 2015, Halilintar mulai mengumpulkan informasi terkait bisnis penatu berbasis aplikasi yang sudah ada di luar negeri. Seperti model bisnis yang sesuai dengan kondisi pasar usaha penatu di Indonesia.
Kebetulan ada satu orang sahabatnya yang piawai membuat coding dan tertarik dengan ide bisnis Halilintar. Alhasil, Halilintar tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk mengembangkan aplikasi yang diberi nama Taptopick itu.
Meski enggan menyebut angka pasti, Halilintar menyebutkan, untuk membangun usaha rintisan berbasis teknologi perlu dana sekitar Rp 200 juta-Rp 300 juta. Dana dari kantong pribadi dan keluarga ini dipakai untuk membangun sistem, menyewa tempat, membayar karyawan pemasaran dan tim administrasi serta kurir internal.
“Karena light asset dana itu untuk biaya operasional bisnis selama enam sampai sembilan bulan ke depan dan bisa menghasilkan uang,” ujar pria yang disapa Lintar ini.
Jalin mitra
Taptopick meluncur di pasar pada Januari 2016. Halilintar mengklaim ini adalah penatu berbasis aplikasi handphone pertama kali di Indonesia. Model bisnis Taptopick adalah menjalin kerjasama dengan banyak pengusaha penatu.
Dia tak ingin menggerus pendapatan para pengusaha penatu dengan mengutip biaya karena telah menggunakan aplikasinya. “Jadi mereka tetap dengan harga jasa yang sudah mereka tetapkan. Kami hanya sediakan tambahan jasa pemasaran dan menyediakan kurir,” ujar Lintar.
Jalan selama delapan bulan, Taptopick masih fokus membesarkan usaha di kota Jakarta. Meski banyak permintaan kerjasama yang masuk, Lintar tak sembarangan menerima mereka sebagai mitra Taptopick.
Ada beberapa syarat yang harus mereka penuhi jika ingin menjadi mitra Taptopick. Semua soal kualitas pencucian. Seperti cucian tak boleh bau, harus rapi dan licin, tidak boleh ada noda tertinggal dan punya aroma parfum yang baik.
Untuk mendapat kriteria itu, setiap mitra yang ingin bergabung harus berpengalaman minimal dua tahun dan memiliki standard operating procedure (SOP) yang dijalankan. Nantinya, Taptopick akan mensurvei lokasi usaha sang mitra dan melihat proses mulai dari pencucian hingga pembungkusan.
Taptopick juga mengenalkan metode mystery shopper untuk cek konsistensi kualitas cucian. Pihaknya akan mengirim orang untuk mencuci di laundry calon mitra dan hasil cucinya akan cek.
“Ada lima kali pengecekan lewat cara ini dan kelimanya harus lulus. Kalau satu gagal kita enggak bisa kerjasama,” kata Lintar.
Hal ini dilakukan karena Lintar menyasar segmen kelas menengah. Kualitas cucian pun harus menjadi perhatian utama mengingat persaingan bisnis penatu semakin ketat.
Dengan jasa antar jemput menggunakan aplikasi, praktis tarif penatu lewat Taptopick lebih mahal. Jadi, satu-satunya cara memenangkan pasar adalah dengan menjaga kualitas cucian dan layanan.
Tarif satu kilogram penatu lewat Taptopick Rp 12.000 untuk jasa cuci dan lipat, jika plus setrika Rp 15.000. Atas setiap kilogram, Taptopick mendapat upah bervariasi tergantung dari berapa tarif jasa cuci sang mitra.
Umumnya harga cuci di penatu mitra berkisar Rp 7.000–Rp 10.000 per kilogram. “Sisanya untuk biaya operasional dan benefit yang kami tawarkan,” ujar Lintar.
Mitra yang bergabung dengan Taptopick akan mendapat fasilitas antar-jemput tanpa dipungut biaya tambahan sekaligus memperluas jangkauan pasarnya. Selain itu, kata Lintar, masalah utama bisnis penatu terkait cash flow akan teratasi.
Sebab, Taptopick akan membayar jasa mereka di awal bukan saat mengambil cucian bersih. Setiap penatu yang bergabung wajib memiliki rekening bank agar memudahkan proses transfer melalui sistem aplikasi.
Saat ini Taptopick baru menjalin kerjasama dengan 16 mitra di Jakarta. Memang belum banyak sesuai permintaan jasa cuci lewat Taptopick yang juga belum terlalu banyak.
Per hari rata-rata baru ada sembilan pesanan masuk lewat aplikasi ini dengan bobot rata-rata cucian 5 kg–7 kg. “Untuk Jakarta kita stop dulu sampai permintaannya tumbuh, di kota lain kami akan mulai kerjasama dengan mitra lain,” tuturnya.
Sambil mengedukasi pasar agar menggunakan aplikasi on-demand service, Lintar juga tetap memasang strategi ekspansi. Dalam waktu dekat Taptopick akan menambah jaringan mitra di kota lain seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dalam beberapa bulan ke depan Bandung dan Bali juga akan masuk radar ekspansi.
Sebagai usaha rintisan dengan modal terbatas, Taptopick sadar bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengembangkan sayap bisnis. Sekarang, Taptopick sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa perusahaan rintisan berbasis teknologi juga, seperti Yessboss dan Popbox Locker.
Nantinya, layanan Taptopick bisa dinikmati lewat Yessboss dan menggunakan Popbox Locker sebagai tempat pengiriman cucian bersih.
Selain kolaborasi, Taptopick juga menjalin kerjasama dengan departemen sumber daya manusia di beberapa perusahaan untuk program promosi. Karyawan tinggal memasukkan kode perusahaan untuk menikmati potongan harga di Taptopick.
Sayangnya, Lintar belum bisa berbagi informasi perihal perusahaan mana saja yang sudah dia gandeng untuk memuluskan program promosi ini.
Siapa mau order nyuci?
Reporter Dian Sari Pertiwi Editor S.S. Kurniawan
STARTUP TAPTOPICK
Feedback ↑ x Feedback ↓ x