JAKARTA. Angkringan, meski pamornya sudah tidak setenar dulu, bisnis ini tetap bertahan. Pengusaha angkringan pun masih setia menawarkan kerjasama. Salah satunya Asep Nurdiansyah yang membesut Angkringan Pak Blangkon.
Usaha kuliner ini mulai dibuka pada tahun 2008 lalu. Lokasi pertamanya di Depok, Jawa Barat. Dalam sembilan bulan, Asep pun berhasil membuka tiga cabang lainnya. Semuanya berlokasi di Depok.
Setelah empat tahun melakoni bisnis angkringan, Asep membuka tawaran kerjasama. Sampai sekarang ada sekitar 10 mitra yang bergabung. Gerai mitra itu juga dibuka tak jauh dari Depok.
Angkringan Pak Blangkon tak hanya menyajikan sate-satean khas angkringan tapi juga camilan lainnya, seperti kue pancong dan pisang owol. Ada belasan menu makanan dan 25 jenis minuman yang dijual. Harganya dibandrol cukup bersahabat, mulai dari Rp 2.500 sampai Rp 9.000 per porsi.
Angkringan Pak Blangkon menawarkan dua jenis paket kemitraan. Pertama, paket outdoor dengan modal Rp 10 juta. Fasilitasnya, satu unit gerobak kayu, perlengkapan berjualan dan perlengkapan tambahan lainnya.
Kedua, paket kios dengan investasi Rp 25 juta, yang didapatkan mitra satu unit gerobak, perlengkapan, brandding, perlengkapan tambahan, sewa lokasi, dan desain lokasi. Untuk paket ini, dibutuhkan tempat minimal satu unit ruko dan atapnya akan didesain ulang menggunakan bambu.
Asal tahu saja, untuk makanan, manajemen menggunakan sistem pengiriman tiap hari. Mitra pun bisa mengembalikan makanan itu bisa tak habis terjual. Untuk awal penjualan, modal pengambilan makanan Rp 1 juta. "Sedangkan untuk minuman, modal awalnya sekitar Rp 500.000," kata Asep. Dia membuat semua masakannya di dapur utama yang berada di wilayah Depok, dekat Universitas Indonesia, Jawa Barat.
Berdasarkan perhitungannya, waktu yang dibutuhkan mitra untuk balik modal hanya sekitar lima sampai enam bulan. Dengan catatan, saban bulan mitra bisa mencapai omzet Rp 20 juta. Labanya berkisar 20% dari perolehan omzet.
Hanya, sepanjang tahun 2017 ini, Asep tidak menetapkan target perolehan mitra baru. Meski begitu, dia mengemas berbagai promosi untuk memikat mitra.
Mengadon laba Angkringan Blangkon
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Mengadon laba Angkringan Blangkon Senin, 15 Mei 2017 / 18:56 WIB
JAKARTA. Angkringan, meski pamornya sudah tidak setenar dulu, bisnis ini tetap bertahan. Pengusaha angkringan pun masih setia menawarkan kerjasama. Salah satunya Asep Nurdiansyah yang membesut Angkringan Pak Blangkon.
Usaha kuliner ini mulai dibuka pada tahun 2008 lalu. Lokasi pertamanya di Depok, Jawa Barat. Dalam sembilan bulan, Asep pun berhasil membuka tiga cabang lainnya. Semuanya berlokasi di Depok.
Setelah empat tahun melakoni bisnis angkringan, Asep membuka tawaran kerjasama. Sampai sekarang ada sekitar 10 mitra yang bergabung. Gerai mitra itu juga dibuka tak jauh dari Depok.
Angkringan Pak Blangkon tak hanya menyajikan sate-satean khas angkringan tapi juga camilan lainnya, seperti kue pancong dan pisang owol. Ada belasan menu makanan dan 25 jenis minuman yang dijual. Harganya dibandrol cukup bersahabat, mulai dari Rp 2.500 sampai Rp 9.000 per porsi.
Angkringan Pak Blangkon menawarkan dua jenis paket kemitraan. Pertama, paket outdoor dengan modal Rp 10 juta. Fasilitasnya, satu unit gerobak kayu, perlengkapan berjualan dan perlengkapan tambahan lainnya.
Kedua, paket kios dengan investasi Rp 25 juta, yang didapatkan mitra satu unit gerobak, perlengkapan, brandding, perlengkapan tambahan, sewa lokasi, dan desain lokasi. Untuk paket ini, dibutuhkan tempat minimal satu unit ruko dan atapnya akan didesain ulang menggunakan bambu.
Asal tahu saja, untuk makanan, manajemen menggunakan sistem pengiriman tiap hari. Mitra pun bisa mengembalikan makanan itu bisa tak habis terjual. Untuk awal penjualan, modal pengambilan makanan Rp 1 juta. "Sedangkan untuk minuman, modal awalnya sekitar Rp 500.000," kata Asep. Dia membuat semua masakannya di dapur utama yang berada di wilayah Depok, dekat Universitas Indonesia, Jawa Barat.
Berdasarkan perhitungannya, waktu yang dibutuhkan mitra untuk balik modal hanya sekitar lima sampai enam bulan. Dengan catatan, saban bulan mitra bisa mencapai omzet Rp 20 juta. Labanya berkisar 20% dari perolehan omzet.
Hanya, sepanjang tahun 2017 ini, Asep tidak menetapkan target perolehan mitra baru. Meski begitu, dia mengemas berbagai promosi untuk memikat mitra.
Reporter Tri Sulistiowati Editor Havid Vebri
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x