PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Mengenal sentra manik-manik di Banyuwangi (1) Rabu, 01 November 2017 / 12:35 WIB
KONTAN.CO.ID – Banyuwangi tidak cuma terkenal sebagai daerah wisata dengan Puncak Ijen atau Pantai Pulau Merah, Di daerah ujung Pulau Jawa itu juga terdapat sentra produksi aksesori manik-manik di Desa Aliyan, Rogojampi.
Jarak desa Aliyan dari pusat kota berjarak 28 kilometer dan bisa ditempuh sekitar 1,5 jam dengan kendaraan pribadi. Kalau ingin naik kendaraan umum, bisa memakai bus atau kendaraan minibus menuju arah Jember.
Tidak sama dengan kebanyakan desa lainnya, disana tidak terdapat gapura sebagai penanda sudah berada di lokasi. Tapi Anda tak perlu sungkan untuk bertanya kepada orang sekitar apabila ingin menuju Aliyan.
Saat KONTAN, mengunjungi lokasi tersebut pada Juli, Sabtu (22/7) lalu, yang terekam adalah para perempuan dan ibu rumah tangga duduk santai di teras rumah sambil merangkai manik-manik menjadi kalung. Mereka juga sambil menjaga anak-anak yang tengah asyik bermain di halaman rumah.
Muhammad Yamin, salah satu pengrajin bercerita, desa tersebut sudah dikenal sebagai pusat pembuatan aksesori manik-manik sejak 1990-an. Berawal dari susahnya para warga mendapatkan pekerjaan.
Akhirnya, sebagian dari warga merantau ke Bali, dan mendapatkan tawaran pekerjaan membuat aksesori dari sejumlah toko seni atau artshop di Pulau Dewata. "Setelah itu kembali pulang dan dipraktekkan di rumah," katanya kepada KONTAN.
Melihat cara kerja yang bisa dikerjakan di rumah, warga pun banyak yang tertarik. Terutama para perempuan muda dan ibu rumah tangga. Hingga kini sudah ada lebih dari seratus warga yang menggantungkan hidup dari membuat aksesori manik-manik.
Menurut Yamin, para pengrajin desa Aliyan cuma menerima pekerjaan membuat kalung dan gelang. Sedangkan, untuk model lainnya kebanyakan dikerjakan pengrajin wilayah lain atau di luar Rogojampi.
Biasanya para pemesan manik-manik Aliyan ini berasal dari toko seni (art shop) dari Bali. Satu toko seni biasanya memesan sekitar 27 item aksesori. Satu item terdiri dari 45 buah, bisa berupa kalung atau gelang.
Tak heran bila masa panen produksi manik-manik tersebut terjadi satu bulan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi. Permintaan berasal dari toko seni di Bali.
Yamin pun memanfaatkan para pengrajin desa Aliyan. Maklum, seluruh perajin manik-manik di sana tergantung pesanan yang datang.
Ia mematok harga jual manik-manik dari belasan ribu rupiah sampai dengan puluhan ribu rupiah. Dia mengaku hanya mengutip untuk Rp 750 per item.
Pengrajin lain, Islamiyah, mengaku sudah menggeluti pekerjaan itu sejak 2002. Karena berstatus sebagai pekerja, seluruh aksesori yang dibuatnya berasal dari pesanan pengepul. Dalam sehari, ia bisa membuat tujuh kalung dengan desain yang cukup rumit.
Mengenal sentra manik-manik di Banyuwangi (1)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Mengenal sentra manik-manik di Banyuwangi (1) Rabu, 01 November 2017 / 12:35 WIB
KONTAN.CO.ID – Banyuwangi tidak cuma terkenal sebagai daerah wisata dengan Puncak Ijen atau Pantai Pulau Merah, Di daerah ujung Pulau Jawa itu juga terdapat sentra produksi aksesori manik-manik di Desa Aliyan, Rogojampi.
Jarak desa Aliyan dari pusat kota berjarak 28 kilometer dan bisa ditempuh sekitar 1,5 jam dengan kendaraan pribadi. Kalau ingin naik kendaraan umum, bisa memakai bus atau kendaraan minibus menuju arah Jember.
Tidak sama dengan kebanyakan desa lainnya, disana tidak terdapat gapura sebagai penanda sudah berada di lokasi. Tapi Anda tak perlu sungkan untuk bertanya kepada orang sekitar apabila ingin menuju Aliyan.
Saat KONTAN, mengunjungi lokasi tersebut pada Juli, Sabtu (22/7) lalu, yang terekam adalah para perempuan dan ibu rumah tangga duduk santai di teras rumah sambil merangkai manik-manik menjadi kalung. Mereka juga sambil menjaga anak-anak yang tengah asyik bermain di halaman rumah.
Muhammad Yamin, salah satu pengrajin bercerita, desa tersebut sudah dikenal sebagai pusat pembuatan aksesori manik-manik sejak 1990-an. Berawal dari susahnya para warga mendapatkan pekerjaan.
Akhirnya, sebagian dari warga merantau ke Bali, dan mendapatkan tawaran pekerjaan membuat aksesori dari sejumlah toko seni atau artshop di Pulau Dewata. "Setelah itu kembali pulang dan dipraktekkan di rumah," katanya kepada KONTAN.
Melihat cara kerja yang bisa dikerjakan di rumah, warga pun banyak yang tertarik. Terutama para perempuan muda dan ibu rumah tangga. Hingga kini sudah ada lebih dari seratus warga yang menggantungkan hidup dari membuat aksesori manik-manik.
Menurut Yamin, para pengrajin desa Aliyan cuma menerima pekerjaan membuat kalung dan gelang. Sedangkan, untuk model lainnya kebanyakan dikerjakan pengrajin wilayah lain atau di luar Rogojampi.
Biasanya para pemesan manik-manik Aliyan ini berasal dari toko seni (art shop) dari Bali. Satu toko seni biasanya memesan sekitar 27 item aksesori. Satu item terdiri dari 45 buah, bisa berupa kalung atau gelang.
Tak heran bila masa panen produksi manik-manik tersebut terjadi satu bulan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi. Permintaan berasal dari toko seni di Bali.
Yamin pun memanfaatkan para pengrajin desa Aliyan. Maklum, seluruh perajin manik-manik di sana tergantung pesanan yang datang.
Ia mematok harga jual manik-manik dari belasan ribu rupiah sampai dengan puluhan ribu rupiah. Dia mengaku hanya mengutip untuk Rp 750 per item.
Pengrajin lain, Islamiyah, mengaku sudah menggeluti pekerjaan itu sejak 2002. Karena berstatus sebagai pekerja, seluruh aksesori yang dibuatnya berasal dari pesanan pengepul. Dalam sehari, ia bisa membuat tujuh kalung dengan desain yang cukup rumit.
(Bersambung)
Reporter Tri Sulistiowati Editor Johana K.
0
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=FQcw1hdOc7A]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]