Meracik laba segar gerai jamu tradisional kekinian
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Meracik laba segar gerai jamu tradisional kekinian Rabu, 27 September 2017 / 12:05 WIB
KONTAN.CO.ID – Meski pengobatan modern sudah menjadi pilihan sebagian besar masyarakat, masih banyak pula orang-orang yang meyakini khasiat obat tradisional. Begitu pula dengan konsumsi jejamuan. Masih jamak pula orang minum jamu untuk mendongkrak daya tahan tubuh atau memelihara kesehatan.
Bahkan, Nova Dewi Setiabudi, pemilik Suwe Ora Jamu mengatakan, tahun ini, minuman tradisional asli Indonesia ini sedang booming. Di gerainya, dia mendapati banyak pengunjung yang memesan racikan jamu tradisional.
Mulai dari anak-anak muda sampai orang dewasa terlihat akrab dengan minuman ini. "Ini seiring tingginya kesadaran orang-orang akan pentingnya menjaga kesehatan dan juga mengkonsumsi minuman berbahan baku alami," katanya pada KONTAN, Senin (4/9).
Selain menyediakan minuman jamu yang diracik langsung di gerainya, Nova juga menjajakan jamu dalam botol-botol siap minum. Dia pun melihat permintaan jamu dalam botol ini terus naik saban harinya, sejak dia memberlakukan pengiriman dan pesan antar ojek online.
Dalam sehari, perempuan asal Semarang, Jawa Tengah ini bisa memproduksi sekitar 200 botol per varian perhari. Nova dibantu oleh 25 orang di bagian produksi. Sampai sekarang, proses pembuatannya masih homemade. Ia juga menggunakan bahan baku, rempah-rempah alami.
Harganya dibandrol sekitar Rp 30.000 per botol (330 cc). Ada delapan varian jamu yang diproduksi yaitu kunyit asem, wedang jahe, beras kencur, rosella, alang-alang, asem jawa, temulawak, dan kayu manis.
Konsumennya pun tidak hanya dari sekitar Jakarta tapi juga wilayah lain. Bahkan, produknya sudah masuk ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Amerika dan lainnya.
Penjual lainnya adalah Novi Setio Budi pemilik Gendis Manis Jamu. Laki-laki asal Yogyakarta ini mengaku bila tren minuman ini sudah terasa sejak tahun lalu. "Selain konsumen sudah mulai sadar untuk mengkonsumsi minuman dari bahan alami, ada juga sebagian yang memuaskan rasa kangen dengan rasa racikannya yang khas," katanya.
Memasarkan produk jamu di Yogyakarta dan sekitarnya, dia mengaku anak muda menjadi konsumen utamanya. Dalam sehari, dia dibantu dengan istrinya dapat memproduksi sekitar 200 botol dengan harga Rp 7.000 per botol (330 ml). Ada empat macam varian jamu yang dijajakan. Yakni, kunyit asem, temulawak, beras kencur dan puyuh-puyuh.
Berbeda dengan produsen lainnya. Dia memilih memasarkan produksinya melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Alasannya, agar lebih efisien serta dapat menjangkau pasar yang luas. Sampai sekarang, dia hanya bisa memenuhi permintaan konsumen di sekitar Yogyakarta. Alasannya, produk miliknya tidak menggunakan pengawet sehingga, tidak bisa tahan lama.
Selanjutnya Halaman 12 Reporter Tri Sulistiowati Editor Johana K.
Meracik laba segar gerai jamu tradisional kekinian
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Meracik laba segar gerai jamu tradisional kekinian Rabu, 27 September 2017 / 12:05 WIB
KONTAN.CO.ID – Meski pengobatan modern sudah menjadi pilihan sebagian besar masyarakat, masih banyak pula orang-orang yang meyakini khasiat obat tradisional. Begitu pula dengan konsumsi jejamuan. Masih jamak pula orang minum jamu untuk mendongkrak daya tahan tubuh atau memelihara kesehatan.
Bahkan, Nova Dewi Setiabudi, pemilik Suwe Ora Jamu mengatakan, tahun ini, minuman tradisional asli Indonesia ini sedang booming. Di gerainya, dia mendapati banyak pengunjung yang memesan racikan jamu tradisional.
Mulai dari anak-anak muda sampai orang dewasa terlihat akrab dengan minuman ini. "Ini seiring tingginya kesadaran orang-orang akan pentingnya menjaga kesehatan dan juga mengkonsumsi minuman berbahan baku alami," katanya pada KONTAN, Senin (4/9).
Selain menyediakan minuman jamu yang diracik langsung di gerainya, Nova juga menjajakan jamu dalam botol-botol siap minum. Dia pun melihat permintaan jamu dalam botol ini terus naik saban harinya, sejak dia memberlakukan pengiriman dan pesan antar ojek online.
Dalam sehari, perempuan asal Semarang, Jawa Tengah ini bisa memproduksi sekitar 200 botol per varian perhari. Nova dibantu oleh 25 orang di bagian produksi. Sampai sekarang, proses pembuatannya masih homemade. Ia juga menggunakan bahan baku, rempah-rempah alami.
Harganya dibandrol sekitar Rp 30.000 per botol (330 cc). Ada delapan varian jamu yang diproduksi yaitu kunyit asem, wedang jahe, beras kencur, rosella, alang-alang, asem jawa, temulawak, dan kayu manis.
Konsumennya pun tidak hanya dari sekitar Jakarta tapi juga wilayah lain. Bahkan, produknya sudah masuk ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Amerika dan lainnya.
Penjual lainnya adalah Novi Setio Budi pemilik Gendis Manis Jamu. Laki-laki asal Yogyakarta ini mengaku bila tren minuman ini sudah terasa sejak tahun lalu. "Selain konsumen sudah mulai sadar untuk mengkonsumsi minuman dari bahan alami, ada juga sebagian yang memuaskan rasa kangen dengan rasa racikannya yang khas," katanya.
Memasarkan produk jamu di Yogyakarta dan sekitarnya, dia mengaku anak muda menjadi konsumen utamanya. Dalam sehari, dia dibantu dengan istrinya dapat memproduksi sekitar 200 botol dengan harga Rp 7.000 per botol (330 ml). Ada empat macam varian jamu yang dijajakan. Yakni, kunyit asem, temulawak, beras kencur dan puyuh-puyuh.
Berbeda dengan produsen lainnya. Dia memilih memasarkan produksinya melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Alasannya, agar lebih efisien serta dapat menjangkau pasar yang luas. Sampai sekarang, dia hanya bisa memenuhi permintaan konsumen di sekitar Yogyakarta. Alasannya, produk miliknya tidak menggunakan pengawet sehingga, tidak bisa tahan lama.
Selanjutnya Halaman 1 2 Reporter Tri Sulistiowati Editor Johana K.
BISNIS MINUMAN
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=Z76KqbJTbOs]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]