JAKARTA. Pertumbuhan industri kreatif dalam negeri perlahan mulai menggeliat. Hal ini terlihat dari makin banyaknya bisnis start up yang bermunculan. Sektor yang digarap pun bermacam-macam mulai dari teknologi, fesyen, kerajinan sampai dengan musik.
Fenomena ini sudah sejalan dengan rencana pemerintah yang mendorong pertumbuhan start up untuk mendukung perekonomian dalam negeri. Lagipula, melalui wadah tersebut anak muda dapat berkreasi menciptakan hal baru.
Sayangnya, pertumbuhan start up masih didominasi dalam bidang tertentu. Hal ini diamini oleh Ben Soebiakto CEO Oktovate Group, sebuah perusahaan inkubator dan investasi yang menaungi belasan usaha kreatif.
Ia menilai, perkembangan industri kreatif sudah masif hanya saja belum seimbang. Alasannya, tidak semua kategori di sektor ini mempunyai ekosistem yang bagus.
Hal ini menyebabkan, penyebaran kucuran dana dari investor pun tidak merata. Sektor yang paling banyak digarap investor adalah teknologi. "Teknologi salah satu yang paling teruji karena cukup lengkap dan mempunyai banyak impact yang dapat dirasakan," katanya seusai menghadiri acara launching Rework Application, Kamis (27/4).
Menurutnya, pemerintah sudah banyak melakukan aksi sejak dua tahun lalu. Hanya saja, pelaku usaha membutuhkan waktu untuk belajar mengenai sektor industri kreatif.
Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), penyerapan tenaga kerja disektor ini sebanyak 15,9 juta orang (14,12% dari total tenaga kerja nasional) di tahun 2015, naik dari yang sebelumnya sekitar 14,3 juta (13,2% dari total tenaga kerja nasional) di tahun 2010. Ada pun serapan tenaga kerja ekonomi kreatif di 2016 diestimasi 16,7 juta orang.
Sektor yang paling banyak membuka lapangan kerja adalah kuliner yang menyerap tenaga kerja tertinggi, yaitu sebesar 7,4 juta orang, fesyen sebesar 3,8 juta orang, dan kriya sebanyak 3,6 juta orang di tahun 2015.
Dari banyaknya sektor industri kreatif yang digeluti, ada tiga sektor yang menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi di tahun 2015. Yakni, desain komunikasi visual, musik dan arsitektur, dengan angka pertumbuhan lebih dari 14%, dan polanya pun tidak berubah dari tahun ke tahun. Triawan Munaf, Kepala Bekraf mengatakan, kontribusi ketiga subsektor itu masih relatif kecil.
Namun, hal ini memberikan indikasi bahwa di masa mendatang industri kreatif di ranah tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Subsektor lain yang juga memiliki potensi berkembang pesat adalah film dan aplikasi start up.
"Seiring tren positif pertumbuhan dan semakin membaiknya ekosistem di dunia kreatif, misalnya penghapusan kebijakan DNI di dunia film, kami optimistis subsektor ini akan menjadi andalan di waktu yang akan datang," jelas Triawan.
(Bersambung)
Reporter Danielisa Putriadita, Tri Sulistiowati Editor Havid Vebri
Start up dan ekonomi kreatif makin menjanjikan (1)
PELUANG USAHA / INDUSTRI KREATIF Start up dan ekonomi kreatif makin menjanjikan (1) Kamis, 11 Mei 2017 / 15:02 WIB
JAKARTA. Pertumbuhan industri kreatif dalam negeri perlahan mulai menggeliat. Hal ini terlihat dari makin banyaknya bisnis start up yang bermunculan. Sektor yang digarap pun bermacam-macam mulai dari teknologi, fesyen, kerajinan sampai dengan musik.
Fenomena ini sudah sejalan dengan rencana pemerintah yang mendorong pertumbuhan start up untuk mendukung perekonomian dalam negeri. Lagipula, melalui wadah tersebut anak muda dapat berkreasi menciptakan hal baru.
Sayangnya, pertumbuhan start up masih didominasi dalam bidang tertentu. Hal ini diamini oleh Ben Soebiakto CEO Oktovate Group, sebuah perusahaan inkubator dan investasi yang menaungi belasan usaha kreatif.
Ia menilai, perkembangan industri kreatif sudah masif hanya saja belum seimbang. Alasannya, tidak semua kategori di sektor ini mempunyai ekosistem yang bagus.
Hal ini menyebabkan, penyebaran kucuran dana dari investor pun tidak merata. Sektor yang paling banyak digarap investor adalah teknologi. "Teknologi salah satu yang paling teruji karena cukup lengkap dan mempunyai banyak impact yang dapat dirasakan," katanya seusai menghadiri acara launching Rework Application, Kamis (27/4).
Menurutnya, pemerintah sudah banyak melakukan aksi sejak dua tahun lalu. Hanya saja, pelaku usaha membutuhkan waktu untuk belajar mengenai sektor industri kreatif.
Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), penyerapan tenaga kerja disektor ini sebanyak 15,9 juta orang (14,12% dari total tenaga kerja nasional) di tahun 2015, naik dari yang sebelumnya sekitar 14,3 juta (13,2% dari total tenaga kerja nasional) di tahun 2010. Ada pun serapan tenaga kerja ekonomi kreatif di 2016 diestimasi 16,7 juta orang.
Sektor yang paling banyak membuka lapangan kerja adalah kuliner yang menyerap tenaga kerja tertinggi, yaitu sebesar 7,4 juta orang, fesyen sebesar 3,8 juta orang, dan kriya sebanyak 3,6 juta orang di tahun 2015.
Dari banyaknya sektor industri kreatif yang digeluti, ada tiga sektor yang menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi di tahun 2015. Yakni, desain komunikasi visual, musik dan arsitektur, dengan angka pertumbuhan lebih dari 14%, dan polanya pun tidak berubah dari tahun ke tahun. Triawan Munaf, Kepala Bekraf mengatakan, kontribusi ketiga subsektor itu masih relatif kecil.
Namun, hal ini memberikan indikasi bahwa di masa mendatang industri kreatif di ranah tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Subsektor lain yang juga memiliki potensi berkembang pesat adalah film dan aplikasi start up.
"Seiring tren positif pertumbuhan dan semakin membaiknya ekosistem di dunia kreatif, misalnya penghapusan kebijakan DNI di dunia film, kami optimistis subsektor ini akan menjadi andalan di waktu yang akan datang," jelas Triawan.
(Bersambung)
Reporter Danielisa Putriadita, Tri Sulistiowati Editor Havid Vebri
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x