PELUANG USAHA / AGRIBISNIS Tahan hama, waktu panen bisa diperhitungkan (2) Rabu, 15 Maret 2017 / 14:00 WIB
JAKARTA. Selain tumbuh dengan cepat, budidaya daun katuk mudah. Dua hal penting dalam penanaman katuk adalah persiapan lahan dan kondisi tanah yang gembur.
Untuk persiapan lahan, tanah harus dicangkul lebih dulu supaya gembur. Lalu, campurkan tanah dengan pupuk kandang dan membuat bedengan berukuran 1 m2 dengan kedalaman 20 cm. Jarak tanam sebaiknya 10×20 cm2 untuk untuk memudahkan pembersihan lahan dari rumput liar. Stek katuk pun lantas ditancapkan.
Iwan, pembudidaya katuk asal Sukabumi mengatakan, katuk bisa ditanam di kebun atau sawah. "Katuk mudah tumbuh dan minim perawatan," ujar dia.
Untuk perawatannya, sebaiknya penyiraman dilakukan tiga kali sehari hingga tumbuh tunas. Sekitar dua bulan tunas tumbuh, tanah diberi pupuk NPK untuk meningkatkan kadar kesuburan tanaman. Lalu, tanaman kembali disiram tiga kali sehari. Pada hari ke-45, daun katuk bisa dipanen. Saat panen tiba, Iwan yang menanam katuk di sawah seluas 1.000 m2, bisa memetik 6-8 kuintal daun katuk.
Katuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit. "Tetapi kalau daun keriting bisa diberi pupuk fungisida," tuturnya.
Hal yang sama juga dirasakan pembudidaya lainnya, seperti Ali Mujaya asal Tanjung Jaya, Sumatra Selatan. Ali bilang, daun katuk dapat dibudidayakan secara organik. Hal ini karena hama yang jarang hinggap pada tanaman daun katuk. "Paling ulat, itu juga jarang sekali," ujarnya.
Karena itu pula, Ali memilih membudidayakan daun katuk secara organik. Ia tidak menggunakan pupuk kimia, tak pula melakukan penyemprotan. Sebab, pada dasarnya katuk hanya butuh air yang banyak serta paparan sinar matahari hingga 50%.
Meski demikian, modal awal yang dibutuhkan untuk membudidayakan tanaman ini cukup besar. Ali membuat hitungan, untuk lahan seluas satu hektar membutuhkan 60.000 bibit. Jumlah bibit sebanyak ini jika jarak tanam sekitar 1 m2.
Menurut Ali, jika jarak tanam dipersempit, tanaman katuk justru akan tumbuh kecil. Harga bibit katuk siap tanam mencapai Rp 1.000 per bibit.
Awalnya, Ali menanam bibit katuk dalam kantong polibag. "Kalau langsung ditanam, nanti tingkat keberhasilannya kecil," terangnya. Dari pengalaman Ali, katuk yang lebih dulu ditanam di polibag akan punya tingkat keberhasilan panen hingga 90%.
Untuk membantunya, Ali mempekerjakan dua karyawan. Karena itu, menurut Ali setidaknya butuh dana sekitar Rp 60 juta untuk budidaya katuk seluas satu hektar.
Meski begitu, Ali bilang, skenario panen daun katuk bisa dirancang sendiri. Tanaman biasanya punya dua tunas, maka petani bisa menghitung prediksi kapasitas panennya. Selain itu, waktu panen bisa ditentukan, mulai dari panen tiap hari, tiap minggu atau satu bulan sekali. "Semua tergantung strategi penanaman saja," ujar Ali.
(Selesai)
Reporter Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri Editor Havid Vebri
Tahan hama, waktu panen bisa diperhitungkan (2)
PELUANG USAHA / AGRIBISNIS Tahan hama, waktu panen bisa diperhitungkan (2) Rabu, 15 Maret 2017 / 14:00 WIB
JAKARTA. Selain tumbuh dengan cepat, budidaya daun katuk mudah. Dua hal penting dalam penanaman katuk adalah persiapan lahan dan kondisi tanah yang gembur.
Untuk persiapan lahan, tanah harus dicangkul lebih dulu supaya gembur. Lalu, campurkan tanah dengan pupuk kandang dan membuat bedengan berukuran 1 m2 dengan kedalaman 20 cm. Jarak tanam sebaiknya 10×20 cm2 untuk untuk memudahkan pembersihan lahan dari rumput liar. Stek katuk pun lantas ditancapkan.
BACA JUGA :
Iwan, pembudidaya katuk asal Sukabumi mengatakan, katuk bisa ditanam di kebun atau sawah. "Katuk mudah tumbuh dan minim perawatan," ujar dia.
Untuk perawatannya, sebaiknya penyiraman dilakukan tiga kali sehari hingga tumbuh tunas. Sekitar dua bulan tunas tumbuh, tanah diberi pupuk NPK untuk meningkatkan kadar kesuburan tanaman. Lalu, tanaman kembali disiram tiga kali sehari. Pada hari ke-45, daun katuk bisa dipanen. Saat panen tiba, Iwan yang menanam katuk di sawah seluas 1.000 m2, bisa memetik 6-8 kuintal daun katuk.
Katuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit. "Tetapi kalau daun keriting bisa diberi pupuk fungisida," tuturnya.
Hal yang sama juga dirasakan pembudidaya lainnya, seperti Ali Mujaya asal Tanjung Jaya, Sumatra Selatan. Ali bilang, daun katuk dapat dibudidayakan secara organik. Hal ini karena hama yang jarang hinggap pada tanaman daun katuk. "Paling ulat, itu juga jarang sekali," ujarnya.
Karena itu pula, Ali memilih membudidayakan daun katuk secara organik. Ia tidak menggunakan pupuk kimia, tak pula melakukan penyemprotan. Sebab, pada dasarnya katuk hanya butuh air yang banyak serta paparan sinar matahari hingga 50%.
Meski demikian, modal awal yang dibutuhkan untuk membudidayakan tanaman ini cukup besar. Ali membuat hitungan, untuk lahan seluas satu hektar membutuhkan 60.000 bibit. Jumlah bibit sebanyak ini jika jarak tanam sekitar 1 m2.
Menurut Ali, jika jarak tanam dipersempit, tanaman katuk justru akan tumbuh kecil. Harga bibit katuk siap tanam mencapai Rp 1.000 per bibit.
Awalnya, Ali menanam bibit katuk dalam kantong polibag. "Kalau langsung ditanam, nanti tingkat keberhasilannya kecil," terangnya. Dari pengalaman Ali, katuk yang lebih dulu ditanam di polibag akan punya tingkat keberhasilan panen hingga 90%.
Untuk membantunya, Ali mempekerjakan dua karyawan. Karena itu, menurut Ali setidaknya butuh dana sekitar Rp 60 juta untuk budidaya katuk seluas satu hektar.
Meski begitu, Ali bilang, skenario panen daun katuk bisa dirancang sendiri. Tanaman biasanya punya dua tunas, maka petani bisa menghitung prediksi kapasitas panennya. Selain itu, waktu panen bisa ditentukan, mulai dari panen tiap hari, tiap minggu atau satu bulan sekali. "Semua tergantung strategi penanaman saja," ujar Ali.
(Selesai)
Reporter Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri Editor Havid Vebri
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x