Teknologi alternatif penderita inkontinensia tinja
PELUANG USAHA / START UP Teknologi alternatif penderita inkontinensia tinja Sabtu, 06 Januari 2018 / 08:20 WIB
KONTAN.CO.ID – Inkontinensia tinja. Mungkin Anda jarang bahkan tidak pernah mendengarnya. Padahal, penderita inkontinensia tinja cukup banyak di dunia, sekitar 2,2% dari populasi Bumi.
Jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Banyak yang tidak melaporkan kasus ini karena malu.
Lalu, penyakit apakah itu? Inkontinensia tinja merupakan suatu gejala yang berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air besar. Tinja keluar dari dalam tubuh secara tak terduga.
Alhasil, penderita inkontinensia tinja mesti memakai popok sekali pakai alias diaper. Sementara pengobatan penyakit ini sering membutuhkan pembedahan, obat-obatan, atau kombinasi keduanya.
Tapi, Triple W menemukan alternatif teknologi untuk penderita inkontinensia tinja. Perusahaan rintisan (startup) asal Jepang ini menciptakan D Free, perangkat yang bisa memberitahu pengguna, kapan mereka harus pergi ke kamar mandi.
“D” yang berarti diaper merupakan kata penting di Jepang. Soalnya, pasar popok dewasa di negeri matahari terbit diperkirakan akan melampaui pasar popok bayi pada 2020 mendatang.
D Free semacam miniatur ultrasound. Beratnya hanya 20 gram dengan ukuran 1,4 x 2 x 0,4 inci. Pengguna bisa memasang alat mungil berkelir putih itu di sabuk atau dalam pakaian khusus.
D Free mengirimkan denyut ultrasonik ke perut–pengguna bisa memilih frekuensinya mulai setiap detik sampai tiap 10 detik–yang mendeteksi penumpukan limbah di kandung kemih dan usus. Perangkat ini lalu membagi data itu ke ponsel cerdas pengguna atau pengasuh hingga jarak 20 meter melalui fitur teknologi Bluetooth LE.
Pengguna bisa menyesuaikan frekuensi peringatan sesuai kondisi spesifik mereka. Seseorang dengan mobilitas penuh, misalnya, bisa mengatur agar aplikasi memberi peringatan 10 menit sebelum mereka harus ke toilet.
Sedang seseorang di kursi roda bisa menerima peringatan 30 menit sebelumnya. Ini untuk memberikan lebih banyak waktu untuk menemukan kamar mandi yang dapat mereka akses atau meminta bantuan seseorang.
Triple W merancang D Free untuk dua segmen pengguna. Pertama, orangtua yang telah kehilangan kontrol usus mereka. Kedua, mereka yang menderita trauma fisik atau penyakit yang bisa menyebabkan inkontinensia tinja, seperti cedera tulang belakang, parkinson, serta demensia.
Yuki Aoyama, Managing Director Triple W, membayangkan, produk ini kelak menjadi bagian integral dari panti jompo. Tapi, “D Free bukan alat kesehatan, lebih merupakan komoditas medis. Kami bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan regulator di Jepang. Namun, sertifikasi perangkat medis bukan suatu keharusan,” tegas Aoyama.
Dari sang kakek
Ide Aoyama membesut D Free berangkat dari kakeknya, yang menderita inkontinensia tinja. “Dia merasa dipermalukan dan benar-benar tertekan, jadi saya ingin mencari cara untuk membantunya. Setiap kali dia mengalami itu, ibu saya harus membawanya ke kamar mandi dan membersihkan kamarnya. Ini hampir membuatnya gila karena insiden seperti itu terjadi hampir setiap hari,” katanya.
Awal November lalu, Triple W mengantongi pendanaan praputaran kedua, pre-Series B, sebesar ¥ 500 juta dari Nissay Capital, Hon Hai Investors, dan 2020, anak usaha Foxconn, produsen peralatan elektronik dari Taiwan. Dengan suntikan modal tersebut, startup yang berdiri 2015 lalu itu berencana memperluas pasar D Free ke luar Jepang.
Austria, Swedia, dan Jerman tengah mencari solusi untuk masyarakat mereka yang sudah lanjut usia. “Kami menargetkan pasar global karena penduduk lanjut usia adalah masalah umum di seluruh dunia,” ungkap Aoyama.
Baru-baru ini, D Free menjalani uji klinis di sebuah fasilitas perawatan di Paris dan Poissy, Prancis, yang bekerjasama dengan Koreor, raksasa perawatan manula Eropa.
Startup yang berbasis di Tokyo ini berencana memamerkan D Free yang diluncurkan secara komersial pada April 2016 dalam Medica 2017, pameran perangkat medis terbesar di dunia, di Düsseldorf, Jerman. Tujuannya, untuk membuka saluran penjualan di pasar negeri uak Sam.
D Free sendiri pernah mewakili Jepang untuk mengikuti Pioneers Festival 2015 di Wina, Austria. “Pengalaman pribadi saya mengilhami saya untuk maju dengan produk medis ini,” ujar Aoyama. Sejauh ini, Triple W telah mengantongi pendanaan total 1,5 miliar yen atau sekitar US$ 13,1 juta.
Teknologi alternatif penderita inkontinensia tinja
PELUANG USAHA / START UP Teknologi alternatif penderita inkontinensia tinja Sabtu, 06 Januari 2018 / 08:20 WIB
KONTAN.CO.ID – Inkontinensia tinja. Mungkin Anda jarang bahkan tidak pernah mendengarnya. Padahal, penderita inkontinensia tinja cukup banyak di dunia, sekitar 2,2% dari populasi Bumi.
Jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Banyak yang tidak melaporkan kasus ini karena malu.
Lalu, penyakit apakah itu? Inkontinensia tinja merupakan suatu gejala yang berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air besar. Tinja keluar dari dalam tubuh secara tak terduga.
Alhasil, penderita inkontinensia tinja mesti memakai popok sekali pakai alias diaper. Sementara pengobatan penyakit ini sering membutuhkan pembedahan, obat-obatan, atau kombinasi keduanya.
Tapi, Triple W menemukan alternatif teknologi untuk penderita inkontinensia tinja. Perusahaan rintisan (startup) asal Jepang ini menciptakan D Free, perangkat yang bisa memberitahu pengguna, kapan mereka harus pergi ke kamar mandi.
“D” yang berarti diaper merupakan kata penting di Jepang. Soalnya, pasar popok dewasa di negeri matahari terbit diperkirakan akan melampaui pasar popok bayi pada 2020 mendatang.
D Free semacam miniatur ultrasound. Beratnya hanya 20 gram dengan ukuran 1,4 x 2 x 0,4 inci. Pengguna bisa memasang alat mungil berkelir putih itu di sabuk atau dalam pakaian khusus.
D Free mengirimkan denyut ultrasonik ke perut–pengguna bisa memilih frekuensinya mulai setiap detik sampai tiap 10 detik–yang mendeteksi penumpukan limbah di kandung kemih dan usus. Perangkat ini lalu membagi data itu ke ponsel cerdas pengguna atau pengasuh hingga jarak 20 meter melalui fitur teknologi Bluetooth LE.
Pengguna bisa menyesuaikan frekuensi peringatan sesuai kondisi spesifik mereka. Seseorang dengan mobilitas penuh, misalnya, bisa mengatur agar aplikasi memberi peringatan 10 menit sebelum mereka harus ke toilet.
Sedang seseorang di kursi roda bisa menerima peringatan 30 menit sebelumnya. Ini untuk memberikan lebih banyak waktu untuk menemukan kamar mandi yang dapat mereka akses atau meminta bantuan seseorang.
Triple W merancang D Free untuk dua segmen pengguna. Pertama, orangtua yang telah kehilangan kontrol usus mereka. Kedua, mereka yang menderita trauma fisik atau penyakit yang bisa menyebabkan inkontinensia tinja, seperti cedera tulang belakang, parkinson, serta demensia.
Yuki Aoyama, Managing Director Triple W, membayangkan, produk ini kelak menjadi bagian integral dari panti jompo. Tapi, “D Free bukan alat kesehatan, lebih merupakan komoditas medis. Kami bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan regulator di Jepang. Namun, sertifikasi perangkat medis bukan suatu keharusan,” tegas Aoyama.
Dari sang kakek
Ide Aoyama membesut D Free berangkat dari kakeknya, yang menderita inkontinensia tinja. “Dia merasa dipermalukan dan benar-benar tertekan, jadi saya ingin mencari cara untuk membantunya. Setiap kali dia mengalami itu, ibu saya harus membawanya ke kamar mandi dan membersihkan kamarnya. Ini hampir membuatnya gila karena insiden seperti itu terjadi hampir setiap hari,” katanya.
Awal November lalu, Triple W mengantongi pendanaan praputaran kedua, pre-Series B, sebesar ¥ 500 juta dari Nissay Capital, Hon Hai Investors, dan 2020, anak usaha Foxconn, produsen peralatan elektronik dari Taiwan. Dengan suntikan modal tersebut, startup yang berdiri 2015 lalu itu berencana memperluas pasar D Free ke luar Jepang.
Austria, Swedia, dan Jerman tengah mencari solusi untuk masyarakat mereka yang sudah lanjut usia. “Kami menargetkan pasar global karena penduduk lanjut usia adalah masalah umum di seluruh dunia,” ungkap Aoyama.
Baru-baru ini, D Free menjalani uji klinis di sebuah fasilitas perawatan di Paris dan Poissy, Prancis, yang bekerjasama dengan Koreor, raksasa perawatan manula Eropa.
Startup yang berbasis di Tokyo ini berencana memamerkan D Free yang diluncurkan secara komersial pada April 2016 dalam Medica 2017, pameran perangkat medis terbesar di dunia, di Düsseldorf, Jerman. Tujuannya, untuk membuka saluran penjualan di pasar negeri uak Sam.
D Free sendiri pernah mewakili Jepang untuk mengikuti Pioneers Festival 2015 di Wina, Austria. “Pengalaman pribadi saya mengilhami saya untuk maju dengan produk medis ini,” ujar Aoyama. Sejauh ini, Triple W telah mengantongi pendanaan total 1,5 miliar yen atau sekitar US$ 13,1 juta.
Reporter SS. Kurniawan Editor S.S. Kurniawan
BISNIS START-UP
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=GDUlEJF8ZHg]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x