Awalnya sampingan, kini jadi andalan (3)

PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Awalnya sampingan, kini jadi andalan (3) Jumat, 29 September 2017 / 11:10 WIB Awalnya sampingan, kini jadi andalan (3)

KONTAN.CO.ID – Terkenal sebagai sentra batu bata, ada sekitar 50 produsen yang eksis di Kampung Batu Bakar, Lubuk Pakam, Deli Serdang. Meski pemain terhitung banyak, para perajin mengaku angin persaingan tak berhembus kencang.

Rasman, perajin batu bata di sentra itu mengatakan, para perajin tak pernah membanting harga. Sebab, mereka menetapkan harga yang asama. Selain itu, para perajin sudah mempunyai agen langganan yang rutin mengambil pasokan bata.

Meski awalnya Rasman memulai usaha ini sebagai pekerjaan sampingan sembari mengurus ladangnya, kini membuat bata justru menjadi sumber pendapatan utamanya. Bahkan, dia mempekerjakan orang lain untuk mengelola sawahnya.

Tak hanya Rasman, perajin lainnya juga melakukan hal yang sama. Alasannya, pendapatan dari produksi bata lebih menjanjikan daripada mengurus sawah. Sebelumnya, sebagian besar warga adalah petani padi.

Harga bata yang relatif stabil pun menjadi pemikat para perajin seperti Rasman. Kenaikan harga bahan baku saat musim hujan pun tak mendatangkan masalah baru.

Makanya, dia menilai, bisnis ini masih potensial. Apalagi, saat ini makin banyak properti disekitar wilayahnya.

Poniran, perajin lainnya, mengatakan, kendala terbesarnya dalam menjalankan usaha batu bata ini adalah sulitnya mendapatkan tenaga kerja yang trampil dan punya komitmen. Meski terlihat mudah, pekerjaan ini bukan asal-asalan. Butuh ketrampilan dan kesabaran untuk membuat bata.

Sedangkan, untuk cuaca tidaklah menjadi masalah. Menurutnya, proses penjemuran sebenarnya cukup diangin-anginkan. Bahkan, angin malam pun sudah cukup membuat bata kering siap dibakar keesokan harinya.

Sama seperti Rasman, Poniran juga mengatakan tak ada persaingan antar sesama perajin. Semua perajin optimistis dapat menjual habis batu batanya. Keyakinan ini karena mereka melihat tingginya permintaan. Bahkan, saat bahan baku mulai sulit, mereka sering kehabisan stok, lantaran stok yang ada selalu habis diborong agen.

Poniran termasuk pemain baru di sana. Dia baru merintis usaha ini pada 2003 lalu. Modal awalnya Rp 30 juta hasil pinjaman dari para agen.

Seluruh dana tersebut digunakan untuk membeli bahan baku serta menyewa lokasi produksi. Lambat-laun, usahanya makin berkembang dan kini dia dapat mengantongi belasan hingga puluhan juta saban bulannya.

Sekarang, laki-laki 38 tahun ini lebih senang untuk menggunakan dana pinjaman bank untuk mengembangkan usahanya. Prosesnya pun cukup mudah asalkan ada jaminan yang layak.

Poniran enggan meminjam dana dari agen karena proses pengembalian hutangnya dipotong dari harga jual bata sekitar Rp 10 per biji.

(Selesai)

Reporter Tri Sulistiowati Editor Johana K.

SENTRA UKM

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=Z76KqbJTbOs]

  1. Ini bocoran aksi 299 hasil investigasi Polri
  2. Petisi referendum Papua dikirim diam-diam ke PBB
  3. Harta Anthoni Salim bertambah Rp 16,62 triliun
  4. Bank Muamalat dilepas Rp 4,5 triliun
  5. Takke Group terus ekspansi, ada calon mantu Jokowi
  1. Menko Luhut usul ke Jokowi untuk menjual BUMN
  2. Nasib reklamasi Pulau G terjawab akhir pekan ini
  3. Nasib Pulau G ditentukan pekan ini
  4. Pemerintah buka peluang cabut sanksi Pulau G
  5. Chatib Basri: 5,1 juta pekerjaan akan hilang

Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]

Leave a Reply