Harum aroma soto masih menggoda

PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Harum aroma soto masih menggoda Sabtu, 07 Oktober 2017 / 18:10 WIB Harum aroma soto masih menggoda

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Selain nasi goreng, rendang atau sate, soto merupakan salah satu kuliner lokal yang banyak penggemarnya. Makanan berkuah isi daging sapi atau ayam ini kerap kita jumpai di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan setiap daerah punya soto rasa khas daerah masing-masing.

Tak heran bila Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) lagi menyiapkan makanan soto menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang mendunia. Seperti nasi goreng, rendang atau sate yang menjadi salah satu makanan terenak di dunia versi CNN.

Melihat potensi yang ada, sejumlah pengusaha ada yang menawarkan program kemitraan kedai soto ke para investor. Nah, pada review kali ini, KONTAN akan mengulas program kemitraan kedai soto dari para investor.

Ada tiga kedai soto yang memberi penawaran, yaitu Soto Semarang Slamet Ragil, Soto Betawi Hajjah Syarih, dan Soto Wong Kudus. Berikut ulasannya:

Soto Semarang Slamet Ragil

Menurut pemilik soto Slamet Ragil, Slamet Riyanto, usaha soto ini sudah berdiri sejak 1950-an. Baru kemudian pada April 2007 mengusung merek Soto Semarang Slamet Ragil. Empat bulan kemudian, tepatnya Agustus 2017 mulai menawarkan kemitraan kepada investor.

Saat KONTAN mengulas kedai soto ini pada September 2016, jumlah mitra yang tercatat sudah mencapai 89 mitra yang tersebar di sejumlah daerah hingga Sorong, Papua.

Hingga kini, Slamet Riyanto mengklaim masih banyak permintaan kemitraan sampai luar Jawa. "Pada 21 September 2017 nanti, kami akan grand opening gerai ke 102 di Jalan Bulevar Hijau Raya Blok D1 No 7, Bekasi," kata Slamet kepada KONTAN.

Program kemitraan yang Slamet tawarkan masih sama dan belum berubah dari tahun lalu, yakni paket investasi sebesar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Kerjasama tersebut berlaku untuk seumur hidup dan tidak ada pungutan royalti saban bulannya.

Dengan paket investasi tersebut, mitra akan mendapat bahan baku berupa bumbu inti, fasilitas promosi, serta perlengkapan masak. Namun, nilai investasi tersebut belum termasuk sewa lokasi.

Meski penawaran kemitraan ini seperti beli putus, lantaran berlaku seumur hidup, namun dirinya mengaku rajin berkomunikasi dengan para mitra melalui grup WhatsApp untuk menjaga kualitas layanan dan produk dari gerai soto tersebut. Sebab, Slamet masih belum akan membatasi program kemitraan soto itu. Maklum, saban tahun, Slamet mematok bisa menambah gerai kemitraan minimal 12 sampai 15 gerai.

Supaya tidak penasaran, mari kita kuliti sedikit produk soto ini. Soto Slamet Ragil menyediakan ragam menu. Seperti soto Semarang dengan harga Rp 9.000–Rp 15.000 per porsi, ada kupat tahu Magelang berbanderol Rp 9.000–Rp 14.000 per porsi, es dawet Rp 5.000–Rp 7.000, dan tahu gimbal seharga Rp 12.000–Rp 16.000 per porsi. "Saya tidak mematok harga, harga ditentukan berdasarkan daerah tempat mitra," tandasnya.

Supaya tetap dilirik konsumen, Slamet kerap berinovasi membuat menu baru. Salah satunya adalah tape ketan khas Muntilan yang sudah ada di gerai pusat miliknya di Magelang. Dan sejak Juli kemarin, ia mulai menyebarkan menu anyar tersebut ke seluruh gerai dengan harga Rp 30.000 per kg. Biasanya, tape ketan tersebut dijual Rp 60.000 sebagai buah tangan.

Selanjutnya Halaman 1 2 3 4 Reporter Maizal Walfajri, Mia Chiara, Venny Suryanto, Yovi Syarifa Editor Johana K.

REVIEW WARALABA

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=E4Y-jxDz90M]

  1. Dirjen Pajak: Minggu depan pajak e-commerce
  2. Panglima TNI bilang saat ini Presiden lagi bingung
  3. Saham properti kebanjiran sentimen positif
  4. Orang terkaya ini pembeli saham BYAN Rp 1,15 T
  5. BI: 10 uang elektronik yang dibekukan sementara
  1. Kadin minta Jokowi revisi aturan pesangon
  2. Hari ini, Menteri Siti cabut sanksi amdal Pulau G
  3. Luhut dan Siti beri lampu hijau reklamasi Pulau G
  4. Pemerintah pastikan cabut moratorium Pulau G
  5. Proyek Pulau G segera hidup lagi, tapi ada syarat

Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]

Leave a Reply