Kerajinan patung warisan nenek moyang (2)

PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Kerajinan patung warisan nenek moyang (2) Sabtu, 15 Juli 2017 / 08:05 WIB Kerajinan patung warisan nenek moyang (2)

Berburu patung ke Bali, jangan lewatkan mampir ke Pakudui. Dikenal sebagai daerah penghasil patung, kios-kios penjual patung bertebaran di sana. Harga patung di wilayah ini pun disebut-sebut lebih murah dibanding harga patung di galeri.

Beberapa waktu lalu, KONTAN berkesempatan mengunjungi Pakudui, Gianyar, Bali. Tepatnya di Jalan Pakudui, berjejer kios-kios patung. Salah satu pemilik kios tersebut adalah Wayan Bagya. Belasan patung garuda kecil dan satu patung garuda berukuran jumbo terpampang di kiosnya.

Patung-patung tersebut merupakan hasil kerajinan tangannya beserta dua adik dan ayahnya. “Kalau usaha patung ini memang diturunkan dari keluarga,” kisah Wayan.

Patung-patung di kios Wayan dijual dengan harga berkisar Rp 700.000-Rp 35 juta rupiah. Menurut Wayan, harga patung ini dibedakan oleh jenis kayu, ukuran, serta tingkat kerumitan detail motif yang dibuat di tiap patung. “Ada beberapa jenis kayu yang kita pakai, dipasoknya dari Jawa dan Bali,” tutur Wayan.

Lebih lanjut, Wayan menjelaskan bahwa kayu yang umumnya digunakan untuk membuat patung garuda di Pakudui adalah kayu jati, kayu nangka, serta kayu suar. Biasanya pengrajin akan memasok kayu per batang atau per kubik. “Biasanya saya membeli kayu per batang. Untuk yang tingginya 60 cm saya beli Rp 125.000,” tutur Wayan.

Produksi patung garuda dilakukan Wayan setiap hari. Satu patung garuda berukuran kecil, yakni dengan tinggi 40 cm atau 50 cm dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu oleh dua orang perajin. Sementara itu, patung jumbo dengan tinggi hingga 2 meter, bisa memakan waktu pengerjaan hingga enam bulan.

Lamanya pengerjaan patung garuda, juga diamini oleh perajin lainnya Made Wida. Dia bilang, dalam satu bulan, ia hanya bisa bekerja maksimal selama 20 hari. Selama masa kerja itu, biasanya ia hanya bisa menghasilkan tiga patung garuda berukuran kecil. “Kalau kami umat Hindu kan sering ada hari besar, jadi sering libur,” tutur Made.

Selain memakan waktu lama, proses pembuatan patung juga tak mudah. Made mulai belajar mematung sejak lulus Sekolah Menengah Atas. Selain belajar dari sang ayah, Made juga berguru dengan pemilik rumah produksi patung terdahulu.

Pada tahun 1995, barulah Made membuka kios dan melakukan produksi sendiri. “Paling tidak, sampai sepuluh tahun biasanya ada kayu yang terbuang karena salah,” jelas Made.

Baik Made maupun Wayan, mengakui bahwa penjualan patung tak selalu ramai. Karena itu, tak heran jika beberapa patung harus terpajang lama di kios mereka. Namun, Made bilang, patung-patung hasil produksinya cukup tahan terhadap serangan hama.

“Ini kan kayu yang dipakai sudah bagian hitamnya saja, jadi tidak dihinggapi rayap,” jelas Made. Di samping itu, proses finishing juga memengaruhi. Wayan bilang, olesan plitur juga dapat meningkatkan daya tahan produk patung kayu garuda yang diproduksi. n

(Bersambung)

Reporter Nisa Dwiresya Putri

0

  1. Pajak: Setiap hari harus ada WP yang disandera
  2. Sandiaga sebut Nazarudin memfitnah soal Anas
  3. Ditjen Pajak siap penuhi syarat tambahan dari OECD
  4. Duta Graha Indah jadi tersangka korupsi
  5. Harga batubara panaskan kinerja emiten tambang
  1. Amien: Semua pejabat struktural KPK harus diganti
  2. Rupiah ungguli dollar AS
  3. Pajak: Setiap hari harus ada WP yang disendera
  4. Jokowi: Ekonomi Indonesia membaik
  5. Investor menyayangkan sistem BEI yang sempat error

Feedback ↑ x Feedback ↓ x

Leave a Reply