Kerajinan yang lestari selama puluhan tahun (2)

PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Kerajinan yang lestari selama puluhan tahun (2) Rabu, 20 September 2017 / 13:24 WIB Kerajinan yang lestari selama puluhan tahun (2)

KONTAN.CO.ID – Sore di Bali beberapa waktu lalu, KONTAN berkesempatan mengunjungi kios kerajinan bambu milik Ni Wayan Susilawati. Perempuan yang telah sepuluh tahun lebih mendirikan usaha bambu itu baru saja pulang beribadah.

Lokasi kios milik Wayan berdampingan dengan rumahnya yang ada di Banjar Tanggaha Pekan, Sulahan, Bangli, Bali.
Di kios Wayan yang berada tepat di pinggir jalan itu, terpajang berbagai jenis produk kerajinan anyaman bambu. Warna, ukuran, dan motifnya pun beragam. Di samping kios tersebut berdiri kokoh rumah pengusaha handicraft asal Sulahan ini. Sementara itu, di belakang kios juga terdapat ruang penyimpanan dan produksi kerajinan bambu.

“Usaha bambunya dari kakek. Yang dari kakek itu udah lama sekali tahun 1980-an. Cuma dulu belum berkembang produknya,” tutur Wayan saat ditemui KONTAN.

Wayan sendiri sudah bisa menganyam bambu sejak usia enam tahun. Meneruskan usaha keluarga, sepuluh tahun kebelakang ia mengelola kios sendiri.

Saat ini, Wayan tak semata berstatus sebagai perajin bambu. Sejak kiosnya didirikan, Wayan sudah menjadi pengepul bagi para perajin. Selang tiga hari sekali, Wayan membeli produk kerajinan dari para perajin setempat. Setidaknya ada sekitar 40 perajin yang rutin menyetor produk kerajinan anyaman bambu kepada Wayan.

“Saya di sini produksi juga yang kecil, yang sempat aja,” ujar Wayan. Memang ada banyak jenis produk yang dijual Wayan dengan berbagai ukuran. Beberapa diantaranya adalah sokasih, tempat buah, kotak suvenir, tas, serta keranjang. Produknya pun kini tak lagi menggunakan bambu semata, melainkan sudah dikombinasikan dengan fiber, rotan dan kain.

Harga jual produk anyaman bambu ini juga beragam. Perajin biasanya menentukan harga tergantung dari ukuran dan modelnya. Paling murah, kerajinan bambu ini dapat dijual Wayan dengan harga Rp 3.000 per unit. Produk berupa keranjang berukuran besar dengan kombinasi kain dan kulit bisa dijual hingga Rp 3 juta per unit. “Tapi yang besar itu jarang dibikin. Sesuai pesanan saja bikinnya,” jelas Wayan.

Proses pembuatan produk anyaman ini pun tak mudah. Karena masih mengandalkan ketrampilan tangan, satu produk sokasih berukuran sedang bisa dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga hari. “Tahapan prosesnya banyak dari potong bambu, bikin tali dulu, di cat dulu, dihalusin baru dianyam,” lanjut Wayan.

Karena ini pula Wayan lebih banyak beli produk jadi dari perajin setempat ketimbang produksi sendiri. Para perajin pun menurut Wayan sudah punya spesialisasi dalam membuat kerajinan anyaman.

Sama seperti Wayan, Jeruh juga memiliki kios anyaman bambu di Sulahan. Tak produksi sendiri, Jeruh sepenuhnya mengandalkan tenaga perajin setempat. Selain menyediakan produk ready stock di kios, Jeruh juga banyak menerima pesanan suvenir.

“Per tiga hari mereka biasanya bawa produk. Kalau hari raya gak bawa, libur,” tutur Jeruh. Di kiosnya, kerajinan bambu dijual Jeruh mulai dari harga Rp 5.000 per unit. Paling mahal, Jeruh pernah menjual produk keranjang bambu kombinasi kulit binatang dengan harga Rp 10 juta per unit.

(Bersambung)

Reporter Nisa Dwiresya Putri Editor Johana K.

SENTRA UKM

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=mWwjkqwG2KA]

  1. Terkuak, posisi seks yang paling menciderai penis
  2. Saham BUMI mengerek IHSG
  3. Penasaran mengapa cuaca panas terik? Ini jawabnya
  4. Analis rekomendasikan buy saham WSBP
  5. PP turunan pasal 18 UU tax amnesty telah rilis
  1. Selain HP, sepeda juga harus dilaporkan di SPT
  2. Bola panas biaya top up uang elektronik di BI
  3. Utang luar negeri Indonesia menjadi US$ 339,9 M
  4. Mandiri: Wajar jika uang elektronik dikenakan fee
  5. Sandiaga Uno angkat bicara tentang Asma Dewi

Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]

Leave a Reply