Mencetak untung dari bisnis kue wafel

PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Mencetak untung dari bisnis kue wafel Rabu, 07 Juni 2017 / 16:58 WIB Mencetak untung dari bisnis kue wafel

JAKARTA. Kendati bukan jajanan khas Indonesia, wafel (waffle) termasuk satu dari sekian banyak jenis camilan yang populer di lidah orang Indonesia. Lihat saja, sekarang semakin banyak gerai wafel yang bermunculan di pusat-pusat perbelanjaan. Salah satu pelaku usahanya adalah Erina Santoso di Solo, Jawa Tengah.

Mendirikan gerai dengan merek Eggio Waffle pada 2012, Erina langsung menawarkan kemitraan. Saat ini, sudah ada 20 mitra yang bergabung. Mereka tersebar di Solo, Madiun, Ngawi, Ketapang, Bali, Surabaya, Jakarta dan Lamongan.

Sementara gerai pusat ada satu di Solo. Saat ini, Eggio Waffle masih menawarkan kemitraan. Tersedia satu paket kemitraan komplit yang dapat diboyong oleh mitra. Paket tersebut memiliki nilai investasi sebesar Rp 50 juta. "Mitra tinggal mencari tempat dan karyawan, sudah bisa langsung jualan," ujar Erina.

Lebih lanjut Erina merinci fasilitas yang didapatkan mitra. Fasilitas tersebut antara lain pan wafel , kipas angin, media promosi, wadah topping, nampan, sendok, sarung tangan, seragam karyawan, booth, bahan baku dan training karyawan.

Bahan baku yang diperoleh mitra terdiri dari tepung premix untuk 550 porsi wafel. Sementara training akan dilakukan selama satu sampai dua hari yang bisa berlangsung di gerai pusat maupun di gerai mitra. "Biasanya training sekalian pendampingan awal. Kami di awal memberikan pendampingan di tiga hari opening," jelas Erina.

Setiap gerai Eggio Waffle menyediakan menu wajib wafel. Selain itu, ada menu tambahan es krim. Beberapa varian rasa yang tersedia antara lain red velvet, yam taro, vanilla butter, stroberi, pandan, mocca coffee dan choco blackforedt. Camilan wafel di gerai Eggio dijual dengan harga mulai Rp 14.000 hingga Rp 27.000.

Omzet Rp 40 juta

Melihat penjualan dari gerai-gerai yang sudah ada, Erina memproyeksikan mitra dapat menjual 60-100 wafel setiap harinya. Dengan omzet berkisar Rp 40 juta hingga Rp 66 juta per bulan, mitra diharapkan bisa balik modal dalam enam bulan sampai sembilan bulan.

Kerjasama antara mitra dan gerai pusat berlangsung selama 5 tahun. Setelah itu akan ada mekanisme perpanjangan kontrak kerjasama dengan sejumlah biaya perpanjangan. Selama terikat kerjasama, mitra tidak dikenakan biaya royalti. Namun, mitra wajib memasok bahan baku dari pusat.

Agar penjualan optimal, Erina menyarankan mitra untuk memilih lokasi yang dekat dengan keramaian. Sejauh ini, ia bilang, kebanyakan mitra Eggio berlokasi di mal dan pusat perbelanjaan. Tahun ini Erina menargetkan bisa menggaet 15-20 mitra baru.

Pengamat waralaba, Djoko Kurniawan menilai, persaingan bisnis wafel saat ini sudah ketat. Di tengah ketatnya persaingan, pebisnis wafel harus pintar-pintar melakukan inovasi agar tetap menarik minat konsumen.

"Target penjualan 60 porsi per hari itu terlalu optimistis," tutur Djoko. Lebih-lebih, jika outlet Eggio berada di mal. Pasalnya, sudah ada market leader dalam bisnis wafel yang juga bermain di mal dan pusat perbelanjaan.

Menurut Djoko, target aman bisnis wafel dengan investasi Rp 50 juta bisa balik modal dalam waktu satu tahun. "Penjualan 20-30 porsi per hari itu sudah bagus," ujarnya. Jika ingin penjualan tinggi, Djoko kembali menegaskan bahwa inovasi menjadi kunci utama.

Eggio Waffle Jalan Ronggowarsito 171, Solo, Jawa Tengah Telp 08113538633

Reporter Nisa Dwiresya Putri Editor Havid Vebri

USAHA IKM

  1. IHSG waspadai sentimen global
  2. Trump klaim isolasi Qatar terinspirasi darinya
  3. Raksasa sawit tak berkantor di Indonesia
  4. Kemhub bantah pencabutan lisensi Qatar Airways
  5. Hingga Mei 2017, realisasi pajak Rp 537,63 triliun
  1. Saldo Rp 200 juta wajib dilaporkan secara otomatis
  2. Amien Rais tak bantah mengalir dana ke rekeningnya
  3. Alasan nasabah bersaldo Rp 200 juta wajib lapor
  4. Anies sindir pemerintah sebagai 'pelayan warga'
  5. Analis: Beli saham IPO Integra Indocabinet

Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]

Leave a Reply