PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Menengok sentra produksi tas di Kudus (2) Jumat, 07 April 2017 / 15:30 WIB
Ketika KONTAN bertandang ke Desa Loram, Kudus, tampak salah satu rumah produksi tas sepi. Namun, ketika mengintip ke dalam gerbang, terlihat gulungan kain tersandar di dinding rumah produksi tersebut. Siang di akhir pekan, tak terdengar deru mesin pemotong kain maupun mesin penjahit tas.
Tak jauh dari workshop tersebut, KONTAN menemui Tholkhan, sang empunya rumah produksi tas. "Kalau hari Minggu rumah produksinya memang tutup," ujar pria paruh baya ini. Tholkhan bilang, produksi tetap berjalan, namun dikerjakan di rumah-rumah karyawannya.
Tholkhan sehari-hari melakukan produksi dan penjualan tas dibawah UD Baru yang berlokasi di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Usaha ini telah dirintisnya sejak 18 tahun yang silam. Ia memproduksi tas untuk anak-anak dan dewasa.
Tholkhan memasok bahan baku tas dari luar kota, seperti Bandung, Surabaya, dan Semarang. "Ada banyak jenis bahan yang kami gunakan, kebanyakan bahan impor dari China," jelasnya. Bahan baku berupa kain ini kemudian dia gambar dan potong sesuai pola di workshop miliknya.
UD Baru memang khusus memproduksi tas punggung atau ransel. Hanya ada dua jenis ransel yang diproduksi. Keduanya dibedakan dari target pasarnya yakni anak-anak dan dewasa. Untuk desainnya, Tholkhan selalu menyesuaikan dengan tren. "Banyak sekali modelnya, ada Upin Ipin, Anak Jalanan, sampai tas dewasa," ujarnya.
Sebagian kain yang telah dipotong itu tetap dijahit di workshop UD Baru. Namun, sebagian besar lainnya dibawa pulang oleh penjahit lepas. "Yang jahit di rumah itu sekitar 10 orang, kalau total dengan yang dirumah, karyawan bisa sampai 50 orang," ujar Tholkhan.
Setiap hari Sabtu, karyawan lepas wajib setor hasil produksi. "Tak ada jumlah minimum, yang penting setor," ucap Tholkhan. Dengan sistem ini, Tholkhan bisa menghasilkan tas hingga dua lusin per hari. Jumlah ini fluktuatif, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan desain yang dibuat.
Tholkhan bukan satu-satunya perajin tas di Desa Loram kulon. Ada ratusan perajin lainnya yang tersebar di desa tersebut dan wilayah sekitarnya. Rahmat adalah pemain lain dari usaha ini, yang baru tujuh tahun silam mulai menggeluti usaha ini.
Rahmat juga menerapkan sistem produksi yang sama dengan Tholkhan. Selain membuat tas di rumahnya, Rahmat juga mempercayakan proses menjahit tas pada beberapa karyawan lepas. "Kami produksinya masih dalam skala kecil" jelas Rahmat.
Sehari-hari, Rahmat hanya memproduksi tas untuk anak-anak. Dengan bahan kulit imitasi, berpadu kain sablon bergambar, Rahmat hasilkan tas anak dengan model ransel. Tas ini kemudian ia jual dengan harga Rp 200.000 per lusin.
Menengok sentra produksi tas di Kudus (2)
PELUANG USAHA / SENTRA USAHA Menengok sentra produksi tas di Kudus (2) Jumat, 07 April 2017 / 15:30 WIB
Ketika KONTAN bertandang ke Desa Loram, Kudus, tampak salah satu rumah produksi tas sepi. Namun, ketika mengintip ke dalam gerbang, terlihat gulungan kain tersandar di dinding rumah produksi tersebut. Siang di akhir pekan, tak terdengar deru mesin pemotong kain maupun mesin penjahit tas.
Tak jauh dari workshop tersebut, KONTAN menemui Tholkhan, sang empunya rumah produksi tas. "Kalau hari Minggu rumah produksinya memang tutup," ujar pria paruh baya ini. Tholkhan bilang, produksi tetap berjalan, namun dikerjakan di rumah-rumah karyawannya.
Tholkhan sehari-hari melakukan produksi dan penjualan tas dibawah UD Baru yang berlokasi di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Usaha ini telah dirintisnya sejak 18 tahun yang silam. Ia memproduksi tas untuk anak-anak dan dewasa.
Tholkhan memasok bahan baku tas dari luar kota, seperti Bandung, Surabaya, dan Semarang. "Ada banyak jenis bahan yang kami gunakan, kebanyakan bahan impor dari China," jelasnya. Bahan baku berupa kain ini kemudian dia gambar dan potong sesuai pola di workshop miliknya.
UD Baru memang khusus memproduksi tas punggung atau ransel. Hanya ada dua jenis ransel yang diproduksi. Keduanya dibedakan dari target pasarnya yakni anak-anak dan dewasa.
Untuk desainnya, Tholkhan selalu menyesuaikan dengan tren. "Banyak sekali modelnya, ada Upin Ipin, Anak Jalanan, sampai tas dewasa," ujarnya.
Sebagian kain yang telah dipotong itu tetap dijahit di workshop UD Baru. Namun, sebagian besar lainnya dibawa pulang oleh penjahit lepas. "Yang jahit di rumah itu sekitar 10 orang, kalau total dengan yang dirumah, karyawan bisa sampai 50 orang," ujar Tholkhan.
Setiap hari Sabtu, karyawan lepas wajib setor hasil produksi. "Tak ada jumlah minimum, yang penting setor," ucap Tholkhan. Dengan sistem ini, Tholkhan bisa menghasilkan tas hingga dua lusin per hari. Jumlah ini fluktuatif, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan desain yang dibuat.
Tholkhan bukan satu-satunya perajin tas di Desa Loram kulon. Ada ratusan perajin lainnya yang tersebar di desa tersebut dan wilayah sekitarnya. Rahmat adalah pemain lain dari usaha ini, yang baru tujuh tahun silam mulai menggeluti usaha ini.
Rahmat juga menerapkan sistem produksi yang sama dengan Tholkhan. Selain membuat tas di rumahnya, Rahmat juga mempercayakan proses menjahit tas pada beberapa karyawan lepas. "Kami produksinya masih dalam skala kecil" jelas Rahmat.
Sehari-hari, Rahmat hanya memproduksi tas untuk anak-anak. Dengan bahan kulit imitasi, berpadu kain sablon bergambar, Rahmat hasilkan tas anak dengan model ransel. Tas ini kemudian ia jual dengan harga Rp 200.000 per lusin.
(Bersambung)
Reporter Nisa Dwiresya Putri Editor Johana Ani K.
0
Feedback ↑ x Feedback ↓ x