Menggigit empuk cuan steik lokal

PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Menggigit empuk cuan steik lokal Sabtu, 06 Mei 2017 / 10:10 WIB Menggigit empuk cuan steik lokal

Menu ala western sudah begitu populer di tanah air. Steik (steak) salah satunya. Gerai yang menyajikan santapan ini tersebar mulai kelas kaki lima hingga restoran mahal.

Salah satunya, Kampung Steak & Blended yang membuka gerai sejak tahun 2016 di Solo. Awal tahun ini, mereka menawarkan kemitraan gerainya. Hingga kini, sudah ada enam gerai mitra di Bandung, Bali, Semarang, Pekanbaru, Jayapura dan Batam.

Paket kemitraan Kampung Steak & Blended senilai Rp 100 juta. Mitra akan mendapat lisensi merek, perlengkapan usaha, bahan baku di awal sebanyak 500 porsi, dan pelatihan karyawan.

Kerjasama kemitraan berlangsung selama lima tahun. Setelah itu, untuk memperpanjang kerjasama, mira harus berbelanja bumbu ke pusat. Pusat tidak mengutip biaya royalti ataupun franchise fee.

Hampir sama dengan gerai steik lokal pada umumnya, Kampung Steak & Blend menyajikan makanan diantaranya chicken steak, sirloin steak, tenderloin steak, tenderloin double steak, french fries, nugget, dan aneka minuman seperti strawberry blend, coffee blend, vanilla blend, chocolate blend, grape blend, dan lain-lain.
Menu makanan Kampung Steak & Blend dijual mulai Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per porsi. Sementara aneka minuman dijual Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per gelas.

Harga terjangkau

Dani menjelaskan, estimasi omzet yang dapat diraup mitra bisa mencapai Rp 160 juta per bulan. “Dengan catatan, minimal mitra bisa menjual 60 porsi per hari, dan kalau lebih itu bisa sangat menguntungkan,” ujarnya.

Setelah dikurangi biaya sewa tempat, gaji pegawai, pembelian bahan baku, dan biaya operasional lainnya, mitra akan dapat laba bersih sekitar 40% dari omzet. Perkiraan balik modalnya sekitar enam bulan atau kurang dari setahun.

Tempat usaha yang dibutuhkan sekitar 10×20 m2 dengan delapan pegawai. Dani mengklaim, keunggulan Kampung Steak & Blend terletak pada suasana gerai kalangan menengah dengan harga menu makanan minuman terjangkau. “Bumbu dan saus yang disajikan juga dibuat pusat langsung dan tidak bisa ditiru,” sebut Dani. Pada tahun 2017, Dani targetkan menggandeng 10 mitra baru tiap bulan.

Menurut Levita Supit, Ketua Umum Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), bisnis steik lokal memang mulai banyak bermunculan. Para pelakunya umumnya berasal dari mereka yang sebelumnya pernah bekerja di restoran steik dan memutuskan buka usaha sendiri. "Dengan target konsumen menengah dan menjual menu makanan dengan harga terjangkau, bisa mendorong bisnis ini maju dan punya peluang tinggi," ujar Levita.

Agar bisa bersaing, Levita mengatakan pelaku usaha harus punya keunikan baik dari menu, bumbu dan cara penyajian. Tapi, yang terpenting adalah kualitas sajian makanan yang membuat pengunjung datang dan datang lagi.

Selain itu, lokasi juga harus mudah dijangkau. Penentuan harga juga jadi faktor yang mendukung perkembangan usaha. "Semakin lama usaha berjalan, semakin berpengalaman pelaku usaha menangani semua masalah yang timbul nantinya," pungkasnya.

Kampung Steak & Blended
Jl. Sam Ratulangi Gg. Kasuari I No. 2 Kerten, Laweyan
Surakarta

Reporter Jane Aprilyani Editor Johana K.

WARALABA

  1. PT Amman akan PHK separuh karyawan?
  2. Harga minyak sentuh US$ 44 per barel
  3. Resolusi hidup saat usia sudah menginjak 30 tahun
  4. Menelisik saham lapis kedua layak koleksi
  5. Asabri kocok ulang racikan investasi 2017
  1. Ingkar janji saham DLTA, Anies bisa kena sanksi
  2. Tarif internet Telkomsel dan operator lain mahal?
  3. Rizal Ramli beberkan dosa IMF di korupsi BLBI
  4. Reliance: Akuisisi WOM Finance belum berakhir
  5. Garuda evaluasi rute merugikan

Feedback ↑ x Feedback ↓ x

Leave a Reply