Menjajal manis bisnis gerai oleh-oleh Latela

PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Menjajal manis bisnis gerai oleh-oleh Latela Rabu, 29 Maret 2017 / 13:18 WIB

JAKARTA. Setiap bepergian, sebagian dari Anda pasti akan menyempatkan untuk datang ke pusat oleh-oleh. Pulang dari melancong tanpa membawa buah tangan memang terasa ada yang tertinggal. Dengan membawa makanan atau sesuatu yang khas dari kota yang dikunjungi juga pasti akan membuat senyum orang-orang tersayang mengembang.

Hal ini pula yang mendorong bisnis oleh-oleh kian semarak, terutama di kota-kota yang ramai oleh kunjungan wisata. Di Yogyakarta misalnya, gerai yang menawarkan kudapan sebagai oleh-oleh memang tak pernah sepi pembeli.

Untuk makanan oleh-oleh berupa kue banyak dipilih masyarakat karena memiliki ketahanan yang cukup lama dibanding dengan makanan lain Pasar pembeli kue sebagai oleh-oleh yang besar menarik pelaku bisnis untuk menawarkan kemitraanya. Salah satunya, toko kue Latela yang berdiri dibawah naungan Cokro Tela Cake dan berpusat di Yogyakarta.

Sudah sejak 2006 Cokro Tela Cake menjajakan beragam kue, namun baru pada tahun 2017 ini, pemilik menawarkan kemitraan gerai kue oleh-oleh. Meski baru beberapa bulan, kini Latela sudah membuka lima gerai mitra yang tersebar di sekitar Yogyakarta.

Adi Purwanto, Kepala Divisi Cokro Tela Cake menawarkan paket kemitraan awal sebesar Rp 9 juta. Dari nilai investasi awal ini, mitra akan mendapatkan etalase, renovasi outlet serta bahan baku berupa kue siap jual sebanyak 50 produk. Kemitraan ini memiliki masa kontrak selama lima tahun.

Total Latela memiliki 25 varian produk kue yang diantaranya terdiri dari kue bolu, bakpia, pie, dan lainnya. Setiap varian menu tersebut juga tersedia dalam berbagai rasa, seperti keju, coklat, stroberi, blueberry dan almond.

Harga jual kue Latela dibandrol mulai dari Rp 25.000 hingga 35.000. Harga yang ditetapkan ini menurut Adi tergolong murah bila dibandingkan dengan kompetitor. Sehingga hal ini bisa menjadi keunggulan Latela.

Jika bahan baku awal sudah habis, mitra bisa dengan bebas membeli produk dari pusat tanpa ada ketentuan minimal pembelian. Pusat akan memberikan diskon sebesar 30% dari harga normal yang bisa mitra jadikan sebagai keuntungan.

Adi mengatakan rata-rata omzet yang bisa mitra peroleh berkisar Rp 500.000 per hari untuk masa tiga bulan pertama berjualan. Omzet ini bisa bertambah seiring toko sudah mulai dikenal masyarakat. "Namanya juga toko baru buka biasanya pengenalan dulu, jadi belum banyak yang beli," kata Adi.

Namun, bila masyarakat sudah mulai mengenal keberadaan gerai, omzet bisa bertambah menjadi Rp 1,5 juta per hari. Dengan laba bersih berkisar 30% setelah dikurangi gaji karyawan dan sewa lokasi. Adi memperkirakan mitra akan mendapat balik modal dalam satu setengah tahun hingga dua tahun. Di tahun ini, Adi menargetkan akan menambah mitra dan outlet baru menjadi 25 gerai.

Reporter Danielisa Putriadita Editor Havid Vebri

USAHA IKM

  1. Pajak minta bank siapkan data kartu kredit
  2. Ini alasan peserta tax amnesty wajib update harta
  3. Kerugian BNBR bengkak jadi Rp 3,6 triliun
  4. Jumat, Dirjen Pajak akan luncurkan Kartin1
  5. Valuasi KBLI menarik, target harga Rp 1.020
  1. Kinerja oke, dua direktur BNI Syariah diganti
  2. Oknum UOB Kay Hian Securities perdaya investor
  3. Gali lobang tutup lobang ala Dream for Freedom
  4. Istri orang terkaya sedunia ingin tiru cara Jokowi
  5. http://industri.kontan.co.id/news/agarindo-bangun-pabrik-agar-agar-di-tangerang

Feedback ↑ x Feedback ↓ x

Leave a Reply