Menyesap legit pasar cokelat premium lokal

PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Menyesap legit pasar cokelat premium lokal Sabtu, 18 November 2017 / 12:25 WIB Menyesap legit pasar cokelat premium lokal

KONTAN.CO.ID – Selain menjadi penghasil kopi, Indonesia juga terkenal dengan komoditas biji kakao. Inilah yang membuat para pengusaha tertantang berbisnis olahan cokelat.

Kini, pemain cokelat lokal kian banyak bermunculan. Sejumlah produk pun dibikin premium dan menjadi buah tangan dari masing-masing lokasi produsen.

Seperti Cokelat Ndalem yang menjadi salah satu pilihan oleh-oleh Yogyakarta. Asal tahu saja, usaha cokelat lokal ini dibesut oleh pasangan suami istri Meika Hazim dan Wednes Yuda pada tahun 2013 lalu.

Dia menilai potensi pasar cokelat premium sangat besar. Sayang, pasar belum siap. Kebanyakan konsumen lebih suka cokelat reguler alias coklat campuran. "Mindset coklat yang manis masih dominan di masyarakat, jadi mereka cukup susah menerima cokelat dengan rasa pahit," jelasnya pada KONTAN, Kamis (11/10).

Selain itu, keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi cokelat lokal juga masih kecil. Makanya, perempuan berhijab ini terus melakukan edukasi pasar. Dia giat mempublikasikan tetang proses pembuatan sampai dengan proses kerjasama dengan petani.

Dengan strategi ini, Meika mengaku mendapatkan respon cukup baik dari konsumen. Brand awareness terhadap Cokelat Ndalem pun meningkat.

Dia mengaku dalam sebulan, dapat memproduksi sekitar 300 kg biji cokelat. Bahan bakunya diambil dari beberapa wilayah seperti Gunung Kidul, Yogyakarta, Bengkulu dan Papua.

Dalam sebulan, total penjualannya mencapai sekitar Rp 30 juta sampai Rp 35 juta. Kebanyakan konsumennya adalah para pelancong yang tengah berlibur di Yogyakarta.

Ida Bagus Namarupa, Direktur PT Bali Coklat (POD Chocolate) juga mengatakan bila potensi pasar bisnis ini didalam negeri masih sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk indonesia yang mencapai 262 juta orang, dengan tingkat konsumsi cokelat yang masih rendah. "Dari data orang konsumsi cokelat orang Indonesia hanya 0,3 kg per orang per tahun," jelasnya. Makanya dia optimis, bisnisnya bakal bisa terus berkembang.

POD Chocolate, memproduksi sekitar 20 varian rasa, beberapa diantaranya adalah trufles & pralines, nectar bar dan classic bar. Untuk harganya dibanderol mulai dari Rp 26.000 sampai Rp 49.000.

Dalam sebulan produksinya mencapai enam sampai delapan ton. Hasilnya didistribusikan kebeberapa kota di Indonesia seperti sekitar wilayah Bali, Jakarta, dan lainnya. Cokelat ini sudah banyak masuk di toko ritel modern dalam pusat perbelanjaan.

Laki-laki yang lebih akrab disapa Gusdhe mengaku bila dalam sebulan hampir seluruh produksinya habis. " Penjualan hampir sama dengan produksi , coklat kami tidak menggunakan pengawet sehingga tak tahan lama," katanya.

Selanjutnya Halaman 1 2 Reporter Tri Sulistiowati Editor Johana K.

COKELAT

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=GDUlEJF8ZHg]

  1. Menkeu beri kesempatan WP yang tak ikut amnesti
  2. Penjelasan lengkap Metro TV soal Setya Novanto
  3. Orang paling tajir di China bukan lagi Jack Ma
  4. Setnov ngotot menolak untuk ditahan KPK
  5. KPK tahan Setya Novanto
  1. PLN siap tanggung biaya ganti MCB
  2. Fahri: Saya tidak percaya, kita semua sudah gila
  3. Tarif tol ruas Cikupa-Merak naik per 21 November
  4. Terbukti monopoli di Medan, PGN didenda Rp 9,92 M
  5. Jasa Marga kebut pembangunan Tol Manado-Bitung

Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]

Leave a Reply