PELUANG USAHA / AGRIBISNIS Permintaan tinggi, bibit kepiting bakau menyusut Kamis, 21 Desember 2017 / 11:30 WIB
KONTAN.CO.ID – Kepiting bakau atau yang bernama latin Scylla Paramamosain biasa hidup di daerah pesisir dan sela-sela tanaman mangrove atau bakau. Namun, meski habitat asli kepiting bakau di air laut, spesies tersebut masih bisa dibudidayakan di air payau.
Malik, salah satu pembudidaya asal Makassar membudidayakan kepiting dengan menggunakan karamba atau tambak. Dia sudah mengembangkan cara pembudidayaan ini selama 15 tahun. Naiknya permintaan kepiting bakau diakui oleh Malik. Bahkan permintaannya meningkat dua kali lipat sejak setahun belakangan. Malik menduga adanya peningkatan tersebut karena restoran yang menyajikan menu khusus kepiting mulai banyak muncul belakangan. Tak hanya kepiting siap olah, Malik juga menjual bibit kepiting bakau. Sebab, seiring naiknya permintaan, banyak pula pembudidaya yang mencari bibit kepiting ini. Ia pun tak ingin melewatkan momen ini. Bibit kepiting bakau yang biasa dia jual seberat 100 gram (gr) hingga 200 gr. Ia menjualnya Rp 8.000 – Rp 10.000 per ekor. Malik biasa mendapatkannya di daerah pesisir di sekitar Sulawesi Selatan. Dalam sebulan, ia bisa menjual sampai 5.000 bibit. Namun, sayangnya, di akhir tahun, bibit kepting bakau mulai sulit ditemukan. “Sekarang permintaan banyak, tapi stok bibit di alam sudah menipis. Dua bulan terakhir saya sering menolak pesanan. Kalau seperti sekarang ini saya jual seadanya saja,” ujar Malik. Sedangkan untuk kepiting bakau siap panen, harganya sekitar Rp 90.000 per kilogram (kg). Banyaknya permintaan yang tak sebanding dengan pasokan bibit juga diakui oleh Hasyim, pembudidaya kepiting bakau asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Jika biasanya dalam sebulan dirinya bisa menjual sampai 10.000 bibit, kini, ia hanya bisa menjual sekitar 4.000 bibit kepiting bakau. “Memang kalau akhir tahun susah, karena kepiting ini tergolong musiman dan selama ini kebanyakan petani masih mengandalkan pasokan alam,” tuturnya. Hasyim menjual bibit kepiting bakau dengan berat sekitar 250 gram dibanderol Rp 12.000 per ekor. Ia mengatakan, harga bibit tersebut bergantung pada beratnya. Semakin berat bibit kepiting bakau, kemungkinan untuk lebih cepat panen semakin besar juga. “Kalau makin berat berarti kan waktu untuk panen bisa lebih cepat," ujar Hasyim. Berbeda dengan Malik, Hasyim hanya menjual bibit kepiting bakau saja. "Belum punya niat untuk pembesaran," tuturnya. Pelanggannya adalah kalangan petani lanjutan dan suplier restoran dari beberapa kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Balikpapan, Tarakan, Pontianak dan kota lainnya di sekitar Kalimantan. Selanjutnya Halaman 123 Reporter Elisabeth Adventa Editor Johana K.
Permintaan tinggi, bibit kepiting bakau menyusut
PELUANG USAHA / AGRIBISNIS Permintaan tinggi, bibit kepiting bakau menyusut Kamis, 21 Desember 2017 / 11:30 WIB
KONTAN.CO.ID – Kepiting bakau atau yang bernama latin Scylla Paramamosain biasa hidup di daerah pesisir dan sela-sela tanaman mangrove atau bakau. Namun, meski habitat asli kepiting bakau di air laut, spesies tersebut masih bisa dibudidayakan di air payau.
Malik, salah satu pembudidaya asal Makassar membudidayakan kepiting dengan menggunakan karamba atau tambak. Dia sudah mengembangkan cara pembudidayaan ini selama 15 tahun. Naiknya permintaan kepiting bakau diakui oleh Malik. Bahkan permintaannya meningkat dua kali lipat sejak setahun belakangan. Malik menduga adanya peningkatan tersebut karena restoran yang menyajikan menu khusus kepiting mulai banyak muncul belakangan. Tak hanya kepiting siap olah, Malik juga menjual bibit kepiting bakau. Sebab, seiring naiknya permintaan, banyak pula pembudidaya yang mencari bibit kepiting ini. Ia pun tak ingin melewatkan momen ini. Bibit kepiting bakau yang biasa dia jual seberat 100 gram (gr) hingga 200 gr. Ia menjualnya Rp 8.000 – Rp 10.000 per ekor. Malik biasa mendapatkannya di daerah pesisir di sekitar Sulawesi Selatan. Dalam sebulan, ia bisa menjual sampai 5.000 bibit. Namun, sayangnya, di akhir tahun, bibit kepting bakau mulai sulit ditemukan. “Sekarang permintaan banyak, tapi stok bibit di alam sudah menipis. Dua bulan terakhir saya sering menolak pesanan. Kalau seperti sekarang ini saya jual seadanya saja,” ujar Malik. Sedangkan untuk kepiting bakau siap panen, harganya sekitar Rp 90.000 per kilogram (kg). Banyaknya permintaan yang tak sebanding dengan pasokan bibit juga diakui oleh Hasyim, pembudidaya kepiting bakau asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Jika biasanya dalam sebulan dirinya bisa menjual sampai 10.000 bibit, kini, ia hanya bisa menjual sekitar 4.000 bibit kepiting bakau. “Memang kalau akhir tahun susah, karena kepiting ini tergolong musiman dan selama ini kebanyakan petani masih mengandalkan pasokan alam,” tuturnya. Hasyim menjual bibit kepiting bakau dengan berat sekitar 250 gram dibanderol Rp 12.000 per ekor. Ia mengatakan, harga bibit tersebut bergantung pada beratnya. Semakin berat bibit kepiting bakau, kemungkinan untuk lebih cepat panen semakin besar juga. “Kalau makin berat berarti kan waktu untuk panen bisa lebih cepat," ujar Hasyim. Berbeda dengan Malik, Hasyim hanya menjual bibit kepiting bakau saja. "Belum punya niat untuk pembesaran," tuturnya. Pelanggannya adalah kalangan petani lanjutan dan suplier restoran dari beberapa kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Balikpapan, Tarakan, Pontianak dan kota lainnya di sekitar Kalimantan.
Selanjutnya Halaman 1 2 3 Reporter Elisabeth Adventa Editor Johana K.
BUDIDAYA PERIKANAN
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=f7snp7QHGlE]
Feedback ↑ x Feedback ↓ x Close [X]