PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Terpaksa mengerek harga meski omzet terkikis (2) Kamis, 16 Maret 2017 / 15:36 WIB
JAKARTA. Saat mendirikan gerai Tahu Cah Ungarang 10 tahun lalu di Semarang, Robby P. Wibowo sempat mendulang omzet besar. Maklum, saat itu, popularitas tahu bakso memang tengah memuncak. Selain itu, harganya masih ramah di kantong, sehingga banyak pelancong memborong kudapan ini sebagai oleh-oleh.
Namun, seiring kenaikan harga bahan baku utama, yakni daging sapi dan kedelai, Robby mengaku tak bisa berbuat banyak. Apalagi, harga sewa gerainya juga ikut melambung. Dia pun terpaksa mengerek harga tahu bakso. Kini, dia menjual Rp 33.000-Rp 35.000 per dus yang berisi 10 tahu bakso.
Dulu, Robby mampu menjual 200-300 dus tahu bakso pada hari-hari biasa. Jumlah itu akan berlipat menjadi 500 dus saat akhir pekan atau hari libur. Namun kini, Robby hanya mampu menjual rata-rata 200 dus ketika pada weekend atau hari libur dan 150 dus pada hari biasa. "Omzet turun hampir 40%," keluh dia.
Penjualan tahu bakso di gerainya beberapa tahun terakhir sudah tidak bisa mengalahkan penjualan sejak awal tahu bakso. Angin persaingan yang kencang juga mulai terasa, lantaran bermunculan pemain baru di Semarang.
Meski omzetnya mengempis, Robby tetap mempertahankan bisnisnya karena Tahu Cah Ungaran telah memiliki pelanggan setia. Toko Tahu Bakso Cah Ungaran ini juga masih ramai pelanggan terutama saat hari libur.
Demi memperkuat bisnisnya, Robby akan membuka cabang baru di Bandara Ahmad Yani, Semarang pada April 2017 mendatang. Pemasaran melalui sosial media juga Robby lakukan agar bisnisnya kembali jaya. Tak lupa Robby juga melakukan promosi langsung dengan menawarkan relasinya untuk mencicip tahu baksonya.
Tak hanya Robby, penurunan omzet juga dialami pengusaha tahu bakso lainnya, yaitu Ning Setyowati. Penjualan Tahu Bakso Ikan Bu Ning turun 25%. Dahulu penjualan Tahu Bakso Ikan Bu Ning berhasil mencapai 4.000 tahu per hari, tetapi sekarang jumlah penjualan menurun menjadi 3.000 tahu per hari. “Sekarang lagi turun semua, belum tahu dampak dari apa,” kata Ning.
Sama seperti Robby, penurunan omzet Tahu Bakso Ikan Bu Ning juga diperparah dengan kenaikan harga bahan baku. Dalam produksinya Ning menggunakan daging ikan kakap filet yang sekarang harganya mencapai Rp 30.000 per kilo. Saat musim kemarau datang, pasokan ikan kakap juga menjadi susah.
Kedala lain yang dihadapi Ning adalah permintaan konsumennya yang menginginkan Toko Tahu Bakso Ikan Bu Ning buka cabang di tiap kota. Sementara Ning belum menyanggupi karena industri rumahan ini hanya dibantu empat karyawan.
Untuk memikat pembeli baru pemasaran yang Ning lakukan adalah menyediakan tester untuk mencicip tahu bakso ikan miliknya.
Terpaksa mengerek harga meski omzet terkikis (2)
PELUANG USAHA / PELUANG USAHA Terpaksa mengerek harga meski omzet terkikis (2) Kamis, 16 Maret 2017 / 15:36 WIB
JAKARTA. Saat mendirikan gerai Tahu Cah Ungarang 10 tahun lalu di Semarang, Robby P. Wibowo sempat mendulang omzet besar. Maklum, saat itu, popularitas tahu bakso memang tengah memuncak. Selain itu, harganya masih ramah di kantong, sehingga banyak pelancong memborong kudapan ini sebagai oleh-oleh.
Namun, seiring kenaikan harga bahan baku utama, yakni daging sapi dan kedelai, Robby mengaku tak bisa berbuat banyak. Apalagi, harga sewa gerainya juga ikut melambung. Dia pun terpaksa mengerek harga tahu bakso. Kini, dia menjual Rp 33.000-Rp 35.000 per dus yang berisi 10 tahu bakso.
BACA JUGA :
Dulu, Robby mampu menjual 200-300 dus tahu bakso pada hari-hari biasa. Jumlah itu akan berlipat menjadi 500 dus saat akhir pekan atau hari libur. Namun kini, Robby hanya mampu menjual rata-rata 200 dus ketika pada weekend atau hari libur dan 150 dus pada hari biasa. "Omzet turun hampir 40%," keluh dia.
Penjualan tahu bakso di gerainya beberapa tahun terakhir sudah tidak bisa mengalahkan penjualan sejak awal tahu bakso. Angin persaingan yang kencang juga mulai terasa, lantaran bermunculan pemain baru di Semarang.
Meski omzetnya mengempis, Robby tetap mempertahankan bisnisnya karena Tahu Cah Ungaran telah memiliki pelanggan setia. Toko Tahu Bakso Cah Ungaran ini juga masih ramai pelanggan terutama saat hari libur.
Demi memperkuat bisnisnya, Robby akan membuka cabang baru di Bandara Ahmad Yani, Semarang pada April 2017 mendatang. Pemasaran melalui sosial media juga Robby lakukan agar bisnisnya kembali jaya. Tak lupa Robby juga melakukan promosi langsung dengan menawarkan relasinya untuk mencicip tahu baksonya.
Tak hanya Robby, penurunan omzet juga dialami pengusaha tahu bakso lainnya, yaitu Ning Setyowati. Penjualan Tahu Bakso Ikan Bu Ning turun 25%. Dahulu penjualan Tahu Bakso Ikan Bu Ning berhasil mencapai 4.000 tahu per hari, tetapi sekarang jumlah penjualan menurun menjadi 3.000 tahu per hari. “Sekarang lagi turun semua, belum tahu dampak dari apa,” kata Ning.
Sama seperti Robby, penurunan omzet Tahu Bakso Ikan Bu Ning juga diperparah dengan kenaikan harga bahan baku. Dalam produksinya Ning menggunakan daging ikan kakap filet yang sekarang harganya mencapai Rp 30.000 per kilo. Saat musim kemarau datang, pasokan ikan kakap juga menjadi susah.
Kedala lain yang dihadapi Ning adalah permintaan konsumennya yang menginginkan Toko Tahu Bakso Ikan Bu Ning buka cabang di tiap kota. Sementara Ning belum menyanggupi karena industri rumahan ini hanya dibantu empat karyawan.
Untuk memikat pembeli baru pemasaran yang Ning lakukan adalah menyediakan tester untuk mencicip tahu bakso ikan miliknya.
(Selesai)
Reporter Danielisa Putriadita Editor Havid Vebri
USAHA IKM
Feedback ↑ x Feedback ↓ x